Arum membuka laptop pemberian Raja. Arum mulai menggambar untuk mengikuti lomba design tingkat nasional. Batas pengumpulannya minggu depan. Arum tak boleh menyia yiakan sedikit pun waktu. Untung saja Arum berasal dari masa depan, ia bisa dengan mudah mengingat design design yang ia buat di kehidupan lalu.
Lomba kali ini di adakan oleh dinas pekerjaan umum, pembangunan sebuah tepian sungai yang akan di restorasi menjadi taman kota. Arum harus pandai membuat design yang menarik dengan biaya pembangunan yang tidak terlalu tinggi dan tahan dengan medan tepian sungai yang basah. Area ini diharapkan bisa menjadi taman yang indah bagi warga sekitar.
"Belum tidur, Nak?" Tari terbangun, ia melihat anak gadisnya masih sibuk di depan laptop. Terdapat enam bilik dalam satu ruang kelas tiga, mereka tidak hanya sendiri di sana, Tari takut mengganggu pasien yang lain, jadi ia bicara dengan cara berbisik bisik.
"Nanggung, Bu. Nanti jam dua Arum tidur," jawab Arum, masih pukul dua belas, masih ada waktu.
"Jangan memaksakan dirimu, Nak."
"Nggak, Bu. Arum tahu batasan kemampuan Arum kok." Arum tersenyum.
"Baiklah, Ibu buatin kopi ya."
Arum mengangguk, ia kembali berkutat dengan laptopnya. Tengkurap di bawah ranjang rumah sakit karena memang sangat sempit. Tari bangun dari sisinya, ia mencari teremos dan menyeduh kopi sachetan.
"Buat apa, Rum?"
"Ini, Bu, lomba design untuk tata kota, sisi barat kan ada kali tuh, rencananya mau di buat taman. Arum mau coba coba peruntungan, Bu. Doain Arum bisa menang ya, Bu."
"Iya, Nak. Ibu yakin kamu pasti menang. Dari kecil kamu selalu berusaha yang terbaik."
"Makasih, Bu. Doa ibu dan bapak yang buat Arum berhasil." Arum menerima kopi dari tangan Tari.
"Ibu tidur dulu ya."
Arum mengangguk lalu menyeruput kopi panasnya. Rasanya begitu nikmat. Arum merasa jauh lebih lega begitu menangis dalam pelukan ayah dan ibunya. Apapun keputusan Arum mereka akan mendukungnya.
Arum bersusah payah selama satu minggu, ia harus mengumpulkan banyak uang untuk kesembuhan Ayahnya. Thanks to Raja yang telah memberikan Arum laptop, Arum berjanji akan mengganti uang Raja.
****
Satu minggu kemudian.
Abiram melirik Arum yang tengah bekerja keras membuat gambar kerja untuk design resort. Arum kini sudah resmi menjadi pegawai magang di studio Abi. Gadis itu bekerja tanpa henti meski pun tubuhnya lelah. Pagi Arum bekerja di toko bunga, siang Arum akan mengerjakan design resort. Dan setelahnya, Arum akan ke rumah sakit untuk menjaga sang ayah yang belum sembuh benar lalu mengerjakan design lomba.
Arum sungguh sungguh pekerja keras yang pantang mundur. Arum seperti mentari, cahayanya membuat banyak perubahan dalam hidup Abiram yang begitu dingin. Semangat Arum menular pada Abiram, yang sebelumnya malas dan tak memiliki tekat kini berubah menjadi anak yang rajin dan tekun dalam memperjuangkan sesuatu. Abiram sungguh sungguh jatuh cinta pada sosok Arum.
Abiram menatap wajah Arum, ia masih menyimpan obat pemberian Rini di saku celananya, rencananya hari ini Abiram akan memakai obat itu. Abiram tak berkedip saat melihat kecantikan Arum. Benar, Abi tak ingin siapa pun memiliki Arum, hanya dirinya yang boleh menyentuh dan memiliki gadis itu. Biarlah Abiram yang menanggung dosanya.
Cepat sekali tangannya bekerja, dia seperti drafter profesional, bukan mahasiswa baru, batin Abi saat melihat juga kelincahan tangan Arum memainkan mouse laptop.
"Kenapa menatapku terus? Apa ada sesuatu di wajahku?" tanya Arum yang sadar kalau pandangan Abi terus tertujuh kepadanya.
"Tidak, aku hanya kagum dengan caramu bekerja. Siapa yang akan percaya kalau kamu adalah mahasiswa semester satu? Aku pun tak akan percaya andai saja kamu tidak cerita sebelumnya." Abi memuji Arum.
"Sejak dulu aku terbiasa menggambar sendiri." Arum merentangkan tangannya ke atas, ia butuh sedikit pemanasan untuk menghilangkan pegal karena duduk terlalu lama.
"Capek?"
"Sedikit, tapi demi dirimu aku akan berusaha." Arum menepuk pundak Abiram. Ada seorang Dewi yang akan membantunya memenangkan hati sang ayah. Arum bersemangat karena ia ingin membantu Abiram mendapatkan pengakuan ayahnya.
"Thanks, Dewi Arsitektur!!" Abiram terkikih bersama.
"Dewi Arsitektur ini haus," pinta Arum, Abiram tersenyum, bangkit, dan pergi ke arah pantry untuk menyeduh kopi.
"Kamu sampai tidak kuliah seminggu apa tidak apa apa?" Abiram kepo.
"Tidak apa kok," ucap Arum santai, padahal Arum sengaja tidak masuk karena menghindar dari Raja dan Rini. Arum pikir dengan memberi jeda waktu bagi mereka berdua tanpa kehadirannya akan membuat hubungan mereka berdua membaik. Setidaknya Rini tidak terlalu sakit hati karena kehadiran Arum. Lagi pula Arum saat ini tengah fokus mencari uang demi biaya pengobatan Yono.
"Nggak takut nggak lulus?" Abi mengaduk kopi.
"Absensiku sudah terpenuhi, nilaiku juga selalu bagus, absen seminggu tidak akan membuatku tidak lulus," jawab Arum santai, tinggal ujian semesteran saja. Bila nilainya bagus sudah pasti ia lulus.
"Bagaimana dengan desain lombanya?" tanya Abi.
"Sudah ku kirim semalam." Arum kembali fokus pada layar monitor laptop.
Abi mengeluarkan obat dari dalam saku celananya, ia menuangkan obat itu ke dalam kopi milik Arum. Abi mengaduknya pelan sambil memantapkan hatinya. Malam ini dia harus memiliki Arum. Abiram tak bisa mencegah Rini. Gadis menyeramkan itu bisa melakukan kejahatan pada Arum kapan saja. Keputusannya memang bermata dua bagi Abiram, namun Abiram nekat mengambil resikonya demi Arum.
"Ini, kopi. Istirahat dulu." Abiram menyodorkan gelas kopi pada Arum. Ia berdiri di sampingnya mengamati Arum.
"Thanks, Bi." Arum menyeruput kopi buatan Abiram. Rasanya manis, aroma elegan kopi tercium jelas. Arum yang memang sangat haus menghabiskan secangkir kopi hangat hanya dalam hitungan menit.
"Enak sekali! Kopi saat lembur memang sangat nikmat." Arum memuji kopi buatan Abiram tanpa sadar kalau di dalamnya sudah ada obat yang bisa merangsang libidonya.
Abiram menyentuh tangan Arum, sebuah sentuhan ringan yang bisa membuat siapa pun berdesir bila jatuh cinta. Namun Arum tak ingin terlibat dengan perasaan lagi. Arum hendak menolak sentuhan tangan Abi, namun entah kenapa tubuh Arum justru berreaksi lain.
Abi menatap Arum yang terpaku heran di kursinya, wajahnya memerah mendapati sentuhan tangan Abi yang kini menggenggam tangannya dengan erat. Abi menyentuh bibir merah Arum dengan ibu jarinya.
Arum memejamkan mata mencoba menahan desahan, entah kenapa sentuhan ringan Abi terasa begitu seduktif baginya.
"A ... Abi." Arum terbata, napasnya mulai tersenggal. Abi mendekatkan wajahnya ke arah wajah Arum.
"Maaf, Rum. Tapi aku sungguh mencintaimu," bisik Abiram lantas mengecup bibir Arum dan melumatnya dalam.
Mata Arum membelalak, ia tak bisa berpikir dengan jernih karena pengaruh obat. Arum sadar benar kalau ada sesuatu yang salah pada dirinya, namun Arum tak bisa menolaknya. Arum tahu gejalanya, ia pernah memberikan hal yang sama kepada Rini, kenapa takdir menjadi terbalik?? Kenapa kali ini Arum yang merasakan hal itu??
Apa Tuhan memang tengah menghukum Arum dengan membuatnya merasakan semua dosa yang pernah ia lakukan dulu??
*** BERSAMBUNG ***
Maaf saya baru bisa update, flu berat nih,
Bapil dan radang 😭😭
Doain aja cepet sembuh biar bisa up tiap hari lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
RomanceYa Tuhan bila saja ada kesempatan kedua ... aku pasti akan ... Pernahkan kalian berpikir semacam ini? Apa yang akan kalian lakukan bila diberikan kesempatan kedua oleh Tuhan? Arum Prawesti, seorang gadis jahat, si cantik yang menjadi pemeran antagon...