Tamiya

14.5K 809 17
                                    

"Jangan!!" seru Raja dan Abiram bersamaan. Tangan mereka pun mencegah tangan Arum secara bersamaan.

"Ehhh???" Arum terlihat bingung, ia bertolah toleh melihat ke arah kanan dan kiri, Abiram dan Raja.

Kenapa Abiram sampai Raja mencegahnya meminum sekaleng bir? Apa ruginya bagi mereka bila Arum minum sedikit?

"Kenapa menghalangiku?" tanya Arum.

"Iya, kenapa?" Senior bertanya sampai keheranan.

Abiram dan Raja melepaskan tangan mereka dari tangan Arum karena tak bisa menjawab pertanyaan itu. Kenapa tangan mereka begitu garcep mencegah Arum meminum bir?

"Kan kamu sendiri yang bilang kalau belum cukup umur!"

"Benar, sini biar aku yang minum." Sahut Abiram.

"Yah, terserah. Aku mau pulang, keburu malam, nanti tak ada bis." Arum bangkit.

Saat itu Rini kembali dari kamar kecil dan melihat Raja tengah menatap intens pada kepergian Arum. Tentu saja hal itu membuat Rini merasa cemburu.

Arum menunggu bus, sementara menunggu, Arum melamun. Bagaimana cara menjadi kaya dengan instan? Bahkan di kehidupannya yang lalu pun ia tak mendapatkan semua kekayaan itu dengan instan. Sebenarnya ada banyak peluang bisnis yang bisa Arum lakukan, namun Arum tidak memiliki modal yang cukup.

"Sebentar lagi akan booming era berjualan online. Apa aku jualan online juga?" Arum melirik ponsel jadulnya, memang apa yang bisa ia harapkan dari benda berlayar monokrom ini?

"Argh!! Yang benar saja, aku bahkan tak bisa memotret produk dengan ponsel batangan begini!" keluhnya.

Saat Arum kesal ia akan menendang nendang aspal, kali ini tendangannya membuat sol sepatunya copot. Sepatu itu belum lama ia beli, jadi rusak gara gara Arum memakainya sembarangan.

"Yah ... copot." Arum merasa kesal dengan dirinya yang begitu ceroboh, padahal ia sekarang tak memiliki uang sama sekali, malah membuat kesalahan yang mengharuskannya keluar uang.

Arum berseru seru kesal di halte bis, membuat beberapa orang tertawa saat lewat dan melihat kakinya keluar dari bagian depan sepatu. Seperti lidah yang menjulur saja.

Dari arah belakang, Raja datang, ia bergegas menghampiri Arum yang tengah kesusahan. Tanpa berpikir panjang Raja melepaskan sepatunya dan memberikannya pada Arum.

"Pakai sepatuku." Raja menyerahkannya pada Arum. Perlakuan manis Raja tentu saja langsung membuat Arum salah tingkah. Bisa bisanya ia datang memberikan perhatian dengan wajah setampan itu, membuat Arum semakin sulit untuk bersikap.

"Ti ... tidak usah. Sepatuku masih bisa di pakai." Arum menekan sepatunya supaya tidak mengkap mengkap.

Raja tidak banyak bicara, ia langsung berjongkok dan mengangkat sebelah kaki Arum lalu melepaskan sepatunya dan diganti dengan sepatu milik Raja. Begitu pula dengan sisi yang lain. Wajah Arum menghangat, Raja memang talk less do more! Ia tak banyak bicara dan langsung bersikap. Ia menjadi dewa penolong bagi Arum.

Wajah Arum menghangat, bagaimana ia bisa memenangkan gejolak batinya bila godaannya seberat ini?? Raja sungguh meluluh lantahkan bertahanan Arum.

"Ma ... makasih, tapi bener hlo, nggak perlu, kamu pakai apa kalau sepatunya kupakai?" Arum kebingungan.

"Ada sandal di dalam mobil kok." Jawaban Raja membuat Arum tak bisa mengelak.

"Oh ... ahahaha ..." tawa Arum sumbang. Ia merem melek karena canggung berada sedekat ini dengan Raja. Bukannya takut kembali jatuh cinta, tapi karena memang masih cinta.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang