Kekecewaan

7.2K 525 26
                                    

"Pergi!!! Jangan mendekat!!" Arum mendorong Abiram yang tengah berusaha menenangkannya. Arum mengalami syok begitu tersadar dari pengaruh obat dan kehilangan mahkotanya di tangan Abiram.
Arum menarik selimut menutupi tubuhnya, ia merasa tidak nyaman dengan keadaannya saat ini.

Arum menatap nanar Abiram yang masih merenggek di bawah kakinya. Berlutut sambil meminta maaf. Air mata Arum kembali menetes lantaran merasa terluka karena Abiram tega melakukan hal menjijikan ini.

Memang, Seks bukan hal yang baru bagi Arum, namun di kehidupan keduanya kali ini ia ingin menjaga dirinya jauh dari hal berbau maksiat. Arum benar benar ingin bertobat dan menjaga kedua orang tuanya sampai akhir hayat mereka. Arum tak ingin lagi mengejar harta, ketenaran, kedudukan, dan bahkan rela melepaskan cintanya. Namun apa yang ia dapat? Justru penghinaan dan pengkhianatan dari sahabatnya sendiri.

Abiram berjongkok di depan Arum, mencoba menenangkan gadis itu. Abiram tak akan mundur, semua sudah ia pikirkan baik baik saat ia menerima permintaan Rini. Abiram akan bertanggung jawab. Ia bisa menghidupi Arum begitu sang ayah mempercayakan tender resort kepadanya. Abiram bisa menjadi pria yang bertanggung jawab.

"Buah memang tidak jatuh jauh dari pohonnya!" Arum mengepalkan tangannya menahan emosi.

"Apa maksudmu, Rum?" Abiram bingung.

Arum berdecih dalam hati, ia berusaha membantu musuhnya mendapatkan belas kasihan dari ayah tirinya. Arum merasa menjadi orang yang paling bodoh di dunia ini karena terlena dengan kebaikan hati Abiram muda. Arum pikir Abiram akan menjadi sosok yang berbeda bila Arum membantunya sejak dini. Ternyata sama saja, Abiram tetaplah Abiram yang ia kenal.

Arum mendorong Abiram dan berusaha mencari pakaiannya, saat itulah, Raja datang. Ia melihat Abiram tengah berusaha menahan Arum pergi, dan Arum berusaha melawan. Hal ini sontak membuat Raja begitu murka. Tanpa bisa membendung lagi perasaannya Raja melepaskan semua amarahnya dengan memukuli wajah Abiram.

"Bjingan!!" Raja membabi buta begitu Abiram terjungkal, ia menghajar pria itu sampai babak belur.

Arum terbelalak melihat kebuasan Raja dalam menghajar Abiram. Arum tak tega, ia langsung melerai mereka berdua. Arum menghentikan Raja menghajar Abiram. Bisa bisa Raja membunuh Abiram dan terlibat kasus kejahatan.

"Mas ... sudah, Mas. Berhenti!" Arum memisahkan keduanya sambil menangis.

"Kamu membelanya?? Jadi benar kamu sudah tidak mencintaiku lagi, Rum? Kamu memilih bersamanya?" Raja menaikkan suarannya. Amarahnya belum reda, kecemburuannya semakin terbakar melihat ada noda merah di atas sprei, juga di leher Arum, dan juga penampilannya yang semrawut. Arum hanya menggunakan selimut, bajunya robek, roknya entah kemana.

Arum merasa begitu terluka saat Raja menatapnya penuh dengan kekecewaan. Mungkin rasanya sama seperti saat Arum menatap video perselingkuhan Raja dengan Sari dulu. Mereka sama sama di jebak dengan obat, dan satu sama lain tak ada yang saling mempercayai. Entah karena terlalu cinta atau karena buta, intinya mereka tak bisa saling mempercayai, bahkan di kehidupan kali ini.

Arum merosot ke bawah dan menangis, membuat Raja dan Abiram mendekat untuk menolong Arum. Arum bergeleng dan menolak keduanya. Sudah cukup, tak ada lagi cinta. Arum sudah muak dengan kata kata cinta. Cinta tak bisa mengubah sifat dasar manusia yang begitu serakah dan egois.

Arum merasa menjadi wanita yang bodoh, ia pikir dengan menjadi orang baik maka orang pun akan memperlakukan hal yang sama kepadanya. Ternyata tidak. Harta dan Tahta tetaplah nomor satu dalam hidup. Arum hanya akan menjadi serangga mengenaskan yang mati diinjak injak bila ia tak melawan takdirnya.

Arum memecahkan lampu nakas, ia mengambil serpihan lampu itu dan mengancam akan bunuh diri saja bila mereka berdua masih mengganggu Arum.

"Pergi!! Keluar!! Atau aku akan bunuh diri di sini sekarang!!" Ancam Arum.

"Jangan bertindak gegabah, Rum!!" Raja mendekat pelan.

"Pergi!!" Arum benar benar menggorok lehernya, darah perlahan menetes. Kedua pria itu bergidik melihat darah menetes di ujung sayatan.

"Baik baik, kami pergi." Raja dan Abiram meninggalkan kamar. Mereka berdua takut Arum melakukan hal yang bodoh.

Arum menjatuhjan kacanya, ia merasa sakit sekarang, perih mengerung di lehernya. Arum menekan luka dengan tisu. Ia pun berbenah diri supaya bisa lekas meninggalkan tempat terkutuk ini.

"Jam sembilan malam," Arum mendengar jam berdentang sembilan kali. Arum jadi teringat dengan masa lalunya. Bayangan ia menyakiti Rini, merekam pemerkosaan yang dilakukan beberapa orang lelaki pada Rini hingga membuat Raja jijik kepadanya.

Hal itu terjadi di tanggal ini, jam yang sama, namun pemainnya berbeda. Arum yang menjalani takdir Rini saat itu. Arum menutup mulutnya setengah tak percaya. Takdir tetap berjalan sama seperti kehidupannya yang pertama, hanya saja diperankan oleh orang lain. Arum menjadi gelisah, itu berarti, ia harus menjalani takdir yang sama menggantikan Rini untuk mati.

"Tidak ... tidak mungkin." Arum menatap jendela luar yang begitu gelap. Permainan apa yang Tuhan ciptakan untuknya, sepertinya ada dosa yang Arum harus tebus.

****

Sementara Arum berdebat dengan perasaannya, Raja dan Abiram masih saling beradu tatapan saling membunuh. Abiram masih bertelanjang dada dengan celana jeans saja, beberapa luka hasil pukulan Raja melengkapi wajah tampannya.

"Bjingan!! Aku bunuh kamu! Semua ini terjadi gara gara kamu!" Raja mencoba melepaskan sebuah serangan ke arah Abiram. Namun lusut, pemuda itu kini sudah siap siaga menanggapi serangan Raja. Dengan mudah Abiram menghindar dan memukul Raja balik, tubuhnya terengah engah.

"Kamu pikir gara gara siapa?? Aku?? Hahaha ... ini semua gara gara kamu Raja. Gara gara kamu memutuskan Rini."

"Apa maksudmu, Hah?

"Kamu pikir kita di hotel mana? Hotel ini milik keluarga Rini. Bagaimana mungkin kamu bisa masuk dengan kunci kamar yang bukan milikmu kalau bukan karena Rini yang memberikannya??" Abiram menarik kerah kaos Raja dan mendorongnya ke dinding selasar.

"Aku melakukan ini demi melindungi Arum dari mantan pacarmu yang gila itu!" tandas Abiram. "Jadi kamu masih mau bilang semua ini gara gara aku?? Bukan gara gara kamu, hah??"

Alis Raja mengeryit, jadi Rini dalang di balik semua kejadian malam hari ini.

"Andai saja kamu masih berpacaran dengan cewek syco itu! Aku tak harus bertindak sampai sejauh ini!" Abiram menekan cengkramannya ke kerah Raja.

Raja mengeraskan rahang, ia menyikut perut Abiram dengan lututnya. Abiram melepaskan cekikakan karena terdorong mundur dan Raja langsung memukulkan lagi. Abiram menghindar, ia memukul balik Raja. Wajah tampan Raja terluka.

Klik ... pintu kamar terbuka. Suara pintu membuat Raja dan Abiram berhenti berkelahi. Mereka melihat Arum keluar dari pintu. Wajahnya terlihat pucat karena mengetahui bagaimana sistem permainan dalam takdirnya kali ini.

"Rum ..." Abiram hendak mengejar Arum, begitu pula Raja.

"Anterin aku pulang, Mas." Arum meminta Raja mengantarkannya pulang. Raja mengangguk, sementara Abiram langsung membelalak tak percaya. Memiliki Arum tetap tak bisa menggeser perasaannya pada Raja??

"Arum!!" Abiram mendorongnya.

Arum menghentikan langkahnya dan menoleh pada Abiram. "Aku anggap hari ini adalah tebusan akan dosaku pada Rini di masa lalu. Kedepannya aku tak akan lagi menahan diriku. Dan ... anggap saja kita tak pernah saling mengenal." Arum meninggalkan Abiram.

"Arum!!! Rum!!" teriak Abiram, Raja menahan tubuh Abiram, ia menghantamkan tinjunya satu kali lagi ke arah pria itu supaya tumbang dan tak lagi mengejar Arum.

**** BERSAMBUNG ****

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang