bab 56

357 19 0
                                    

"Aku ingkn kamu... lindungi anak anak karena aku takut orang itu akan melakukan sesuatu kepada mereka, mereka bukan orang yang sembarangan mereka sangat kejam kepada siapa pun" ucap rehan.

"Kamu tidak perlu khawatir sayang, tanpa kamu suruh pun aku akan selalu menjaga anak anak dengan sebaik mungkin jika perlu akan mempertaruhkan nyawaku demi mereka." Ucap sagar kepada rehan tepat di telinga rehan.

Mereka pun kembali melakukan penyatuan mereka, karena sagar sangat rindu akan lubang sempit milik rehan.

Waktu makan malam mereka pun keluar dari dalam kamar, dengan wajah kusus rehan dan jalan rehan yang tidak baik baik saja membuat Rizal memperhatikan jalan anaknya itu.

"Dasar anak muda jika sudah kebelet lupa diri, sepertinya memang aku harus menikahkan mereka" gumam rizal, dari pada melihat anaknya yang terus di gempur tanpa ada hubungan.

Saat mereka sudah di meja makan, Rizal menatap keduanya dengan tajam membuat keduanya menjadi salah tingkah.

"Sudah puas hm?" Ucap Rizal.

"Belum" celetuk sagar yang membuat rehan menginjak kaki sagar dengan sangat keras.

"Akhhhhh...!! Sayang sakit kenapa kamu. Injak aku?"

"Itu mulut bisa di jaga tidak? Kamu sedang berbicara dengan ayah" ucap rehan kesal karena mulut sagar menjadi blak blakan tanpa di filter dulu.

"Memangnya aku salah bicara sayang?"

"Tau" ujar rehan yang langsung menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, membuat kedua laki-laki di situ hanya geleng kepala, bahkan sagar sudah gemes ingin memakan rehan kembali.

"Permisi tuan mengganggu"

"Ada apa bi?"

"Hm itu tuan ada tuan reza ingin bertemu dengan den Reno" ujar pembantu dengan sopan.

"Suruh masuk BI"

"Baik tuan"

Mendengar nama orang lain membuat sagar bertanya kepada rehan siapa 'reza' karena dia tidak pernah mendengar nama Reza.

"Siapa Reza?"

"Dia ad-" belum sempat menyelesaikan, orang yang akan di bicarakan mereka pun datang dengan membawa sebuah bingkisan, duduk di samping rehan tanpa permisi dulu.

"Ren, ini mama buatkan kamu bekal ,, mama ingin kamu memakannya karena mama tau kamu lagi sakit dan habis sembuh dari kecelakaan kamu jadi dia berniat membuatkan kamu makan"

"Terima kasih reza, nanti aku makan ya?" Ucap rehan.

Sedangkan sagar, dia seperti tak merasa asing dengan seorang pria itu tapi dia lupa melihat pria itu dimana.

"Kenapa dia sangat mirip dengan seseorang? Tapi tidak mungkin karena dia tak punya saudara lain" batin sagar.

Namun, saat sagar melihat tatapan dari pria itu merasa ada tatapan kemarahan dan tatapan kebencian, karena dia tidak ingin asal menuduh dia pun hanya biarkan saja.

"Sayang dia siapa?" Tanya Reza kepada rehan, karena dia baru pertama melihat' pria di depannya itu.

"Dia adalah teman saya, dia sedang berkunjung ke mari" ujar rehan yang membuat sagar menatap ke arah rehan dengan dalam.. tapi dia segera hilang saat melihat kode dari rehan, membuat dia mengiyakan.

"Kenalkan saya sagar teman 'hidup' re-no salam kenal" ucap sagar, sambil mengulurkan tangannya kepada Reza.

Reza pun menerima uluran tangan sagar, dia pun memperkenalkan dirinya kepada sahabat rehan. "Kenalkan saya Reza calon tunangan reno, senang berkenalan dengan dirimu"

"Hahaha... Baru juga calon tunangan aku sudah punya anak bersama dengan rehan bahkan bsru saja kami habis kawin" batin sagar, dia ingin tau seberapa lama dia akan seperti itu.

"Sudah sudah ayok kita makan, nanti makanannya keburu tidak enak" ucap Rizal.

Mereka pun makan dengan tenang, tanpa ada yang bersuara sedikitpun.

****

Saat ini keluarga raharja juga sedang makan malam tanpa kehadiran rehan di keluarga mereka.

"Dimana tifani? Apa dia tidak ikut makan?" Tanya tuan raharja.

"Tidak yah, dia sedang tidak enak badan"

"Sejak kapan mommy tidak enak badan? Kemarin baik baik saja?" Tanya riana,

"Entah" ucap Rion.

Tifani saat ini sedang berada di sala. Kamarnya, dia merasa terpukul akan kenyataan yang dia terima berapa hari yang lalu.

"Kenapa harus rehan anak dadi mas Rion dan. Rizal? Kenapa?"

"Mas kamu tau kalau aku sangat mencintaimu sejak SMP tapi mendengar kamu menyukai Rizal membuatku sakit mas, aku berusaha memisahkan kamu tapi kamu selalu saja mencintai rizal sahabat barumu itu mas" gumam Tifani.

"Aku sudah menyingkirkan anak pertama kalian, tapi kalian kembali memiliki anak lain ,,, kurang apa lagi aku," gumam Tifani.

Pyarrr

Sebuah nampan berisi piring dan gelas terjatuh dari tangan seseorang, membuat Tifani terkejut dan pun melihat ke arah pintu kamar.

Degh..

"Mas Rion?"

"Tifani apa yang kamu katakan tadi benar? Kalau kamu yang sudah menyingkirkan anak pertamaku?"  Bentak Rion kepada Tifani

"Mas itu tidak benar itu semua salah" Tifani terkejut kalau Rion mendengar semua pembicaraannya.

"Jangan bohong Tifani, aku mendengar semua apa yang terlah kamu katakan kalau kamu sudah menyingkirkan anak aku dan Rizal" bentak Rion.

"Ya, iya mas iya aku sudah menyingkirkan anak kamu dan Rizal, itu semata mata karena aku ingin menikah dengan mu mas aku ingin menikahimu mas, aku marah dengan mu mas karena kamu jadi g*y karena Rizal andaikan kamu tidak kenal Rizal mungkin kamu akan menikahi ku" teriak Tifani.

Degh.

"Jadi benar kamu penyebab kamu kehilangan anak kami, lalu apa lagi yang kamu lakukan untuk bisa mendapatkan ku hah?" Ucap Rion dengan lirih.

"Aku yang menjebak Rizal tidur dengan berapa pria agar kamu ilfil, dan terbukti setelah mengetahui itu kamu langsung menjauhi rizal, dan bersedia menikahi ku" ucap Tifani, yang membuat Rion terkejut dengan kenyataan yang sangat besar.

Bruk. Rion terjatuh, karena sudah tidak kuat lagi menahan. Dia terlalu sakit mendengar semua itu, andaikan kalau dia percaya dan setia dengan rizal pasti saat ini dia bisa bahagia bersama dengan orang tercintanya.

"Daddy?" Ucap Riana langsung mendekati daddy-nya bersama dengan Ryan, mereka semua sudah mendengar pertengkaran antara Rion dan Tifani, mereka tidak menyangka kalau mommy mereka sejahat itu.

Bukannya menjawab panggilan putrinya Rion berdiri lalu dia berjalan meninggalkan tempat itu. Dia pergi ke sesuatu tempat yang tidak keluarganya tau tempat itu.

Dengan kasar dia menyibakkan kain merah yang menutupi bingkai foto, yang sudah puluhan tahun.

Wajah itu yang selalu dia ingat, dia selalu merindukan akan pelukannya, bahkan dia sangat mencintai seorang itu yang tidak bisa memiliki perasaan itu. Karena terhalang akan restu mereka.

Bruk dia ambruk di depan bingkai foto tersebut, dia pun berkata dengan air mata yang mengalir.

"Maafkan aku, maafkan aku yang tidak mempercayai mu, andaikan aku percaya dengan mu aku tidak akan meninggalkan kamu dan kita bisa hidup bahagia bersama dengan anak kita."

"Maafkan aku Rizal"

Sahabat jadi cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang