Bab 37

785 34 3
                                    

"TUNGGU..!!" Teriak ke empat pria secara bersamaan, dan ke empat pria itu sempat terkejut karena mereka keluar dari mobil secara bersamaan.

Setelah berapa tahun berpisah dan tak pernah berhubungan bahkan tidak pernah bertemu satu sama lain, tapi kali ini mereka di di satukan dan di pertemukan oleh jenazah rehan.

"Kenapa pak?"

Kayla yang melihat ke empat seme rehan menatap sinis, ternyata mereka datang juga.

"Lihatlah rehan mereka datang untuk menemui mu, dari dulu kemana saja saat kamu pergi mereka seperti orang yang merasa kehilangan" batin Kayla.

"Kenapa kalian mencegah kami?" Tanya Kayla.

"Kami hanya ingin memastikan kalau itu bukan rehan, pasti itu orang lain kan?" Tanya sagar.

"Benar dia bukan rehan kan?" Timpal Gilang.

"Jawab kami nona, dia bukan rehan kami kan? Kami belum bertemu dengan rehan tapi kami mendapatkan kabar kalau rehan meninggal dalam kecelakaan mobil" ucap berian

"Iya aku tidak percaya kalau itu adalah rehan, karena aku pernah bertemu dengan dia berapa hari yang lalu dan mana mungkin itu rehan" ucap darius.

"Sudah berbicaranya? Kami tidak ada waktu untuk menjawab pertanyaan kalian karena rehan sudah terlalu lama kami ingin rehan segera beristirahat dengan tenang" ucap Sasa yang langsung ke dalam mobil.

Begitu juga dengan para perawat yang langsung memasukkan peti jenazah kedalam mobil dan mereka pun meninggalkan area rumah sakit.

"Sebaiknya kita ikuti mereka."

*****

Di kediaman panduwinata para pelayat sudah pada berdatangan, dan para pelayan sudah mempersiapkan segalanya keperluan dan begitu juga dengan pengawal kediaman mereka.

Bodyguard juga sudah bersiap untuk keamanan agar tidak terjadi kericuhan.

Setelah berapa lama menunggu sebuah sirene ambulance berbunyi memecahkan kesunyian mereka.

Dan mobil Sasa memasuki pekarangan mansion Panduwinata bersama dengan yang lain. Setelah berhenti para perawat yang bertugas langsung bergegas mengeluarkan peti jenazah rehan dan membawa masuk sebelum ke acara selanjutnya.

Sasa, Kayla, keluarga rehan dan sahabat atau seme rehan masuk kedalam mansion.

"Kay, tunggu disini aku akan memberi tahu anak anak" ucap Sasa, namun saat akan berjalan langsung terhenti kala melihat ke empat anak rehan sudah ada di hadapannya dan itu membuat para pelayat dan keluarga rehan terdiam begitu juga dengan sahabat rehan

"Aunty ini ada apa?" Ucap Vina dengan muka polosnya.

Tes

Sasa sudah tidak bisa menahan tangisannya lagi kala mendengar suara anak anak dari rehan.

Sasa berjalan mendekati mereka dan dia berlutut di hadapan ke empat anak rehan.

"Sayang, aunty ingin mengatakan sesuatu.. kalian harus ik-.. hiksss.. hiksss.. iklas karena Daddy kalian sudah pergi untuk selama-lamanya.. hiksss...hiksss" tangis Sasa pecah membuat semua yang ada di situ mematung mendengar apa yang terlah di katakan oleh Sasa.

"Daddy?" Gumam mereka bertanya tanya siapa anak itu kenapa mereka memanggil rehan Daddy.

"Aunty pasti bohong kan?? Daddy itu orang yang sangat kuat Daddy tidak akan pernah pergi meninggalkan kami, Daddy tadi sudah janji jika dia aka. Kembali lagi" ucap Alkara tak terima.

Kayla langsung mendekati meraka. Dan memeluk tubuh Alkara menenangkan Alkara.

"Hiksss...hikssss...hiksss..sayang dengarkan aunty, kita harus ikhlas ya Daddy kalian sudah pergi, Daddy kalian sudah di jemput tuhan," ucap Kayla yang ikut menangis.

Alkara terdiam namun air matanya menetes begitu saja, dia kehilangan seorang yang selalu menjaga dirinya.

Alkara melepaskan pelukan dari Kayla lalu dia berjalan mendekati peti jenazah yang ada di hadapannya, sebelumnya peti itu belum sepenuhnya di paku jadi masih bisa melihat.

DEGHHH..

"Daddy, kenapa Daddy pergi meninggalkan Alka Daddy jahat Daddy nggak menepati janji Daddy" tangis Alkara pecah untuk pertama kalinya membuat mereka menatap sedih ke arah Alkara.

"Kenapa dia begitu mirip sekali dengan putraku? Sifat dan karakter nya seperti putraku" Ucap seorang wanita paruh baya yang ikut hadir di acara kematian rekan kerja suaminya. Namun, saat melihat anak yang begitu mirip dengan putranya membuat dia sangat tertarik.

Dia pun mencoba mendekati anak itu dia ingin menenangkan anak itu.

"Hai sayang," panggil wanita paruh baya kepada Alkara yang tengah menangis di hadapan jenazah daddy-nya.

"Hm" Alkara hanya membalas dengan deheman saja.

"Sama persis dengan Putra ku" batin.

"Sayang, apa kamu sangat menyayangi Daddy kamu?" Tanya wanita itu dan hanya di bales dengan anggukan kepala saja.

"Jika kamu sayang maka kamu harus mengikhlaskan kepergian Daddy kamu, Oma tahu pasti sangat berat kehilangan orang yang kita sayang, tapi kita harus ikhlas agar Dady kamu pergi dengan tenang tanpa beban meninggalkan anak anaknya yang masih belum mengikhlaskan nya" ucap wanita itu.

Alkara pun yang mendengar itu langsung menghapus air matanya dan dia berkata kepada wanita itu. "Terima kasih Oma, aku akan mencoba mengikhlaskan kepergian Daddy, pasti saat ini Daddy sudah bahagia, karena saat Daddy di dunia dia tidak pernah mendapatkan kebahagiaan dia selalu di sakiti oleh orang terdekatnya" ucap Alkara yang membuat mereka tersentil mendengar perkataan Alkara.

Sasa dan Kayla terkejut karena Alkara bisa berbicara panjang lebar, ke tiga saudara Alkara pun segera berjalan mendekati kakak mereka.

"Daddy maafkan kami dad, andaikan tadi Daddy tidak pergi pasti Daddy masih ada bersama kita,"

"Daddy bangun Vina butuh Daddy, Vina tidak ingin kehilangan Daddy, Vina mohon Daddy bangun, Vina janji jika Daddy bangun Vina akan jadi anak yang penurut"

"Bener dad, kami tidak akan. Membantah perkataan Daddy lagi"

"Kalian sudah terlambat, Daddy tidak akan pernah bangun dia akan pergi bersama dengan keluarga Daddy yang sudah tiada" ucap Alkara.

Skip

Saat ini jenazah sudah di kuburkan sesuai keinginan dari Nyonya Tifani yang ingin putranya di makamkan di samping makan keluarganya.

Sasa maupun Kayla tidak bisa menolak. Dia menurut saja.

Kiara pun berlutut di hadapan anak anak rehan, dia juga terpukul dengan kepergian dari sahabat dari anaknya yang sudah dia anggap seperti anaknya sendiri.

"Sayang, Daddy kalian sudah pergi, kalian harus mengikhlaskan Daddy kalian, ocan ( Oma cantik ) ocan berharap kalian bisa menjadi anak anak yang baik setelah Daddy kalian pergi" ucap Kiara.

"Kami janji ocan, untuk lebih baik lagi, andaikan tadi kami tidak melawan Daddy pasti dia masih hidup bersama dengan kita." Albara dan kedua adiknya merasa bersalah karana tadi sempat melawan kehendak Daddy mereka.

Tifani yang sejak tadi penasaran pun bertanya dia tidak perduli jika di situ ada sahabat rehan, karena dia begitu penasaran kenapa ke empat anak itu memanggil rehan dengan sebutan Daddy membuat dia semakin penasaran.

Ada wanita paru baya dan pria paru baya yang masih di situ karena dia merasa tidak tega dengan satu anak yang begitu mirip dengan anak mereka.

"Maaf nona Sasa, nona Kayla apa dia adalah anak rehan?" Tanya Tifani berhati-hati takut menyinggung.

"Dia...

Sahabat jadi cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang