Hari dimulai dengan Hyejin yang membantu Yime untuk membuka toko bukunya. Ada banyak sekali jenis buku, mulai dari komik, sejarah, novel dan lainya. Ketika merapihkan buku di rak belakang, bel yang ada dipintu masuk berbunyi pertanda ada pelanggan masuk, membuat Yime bergegas menghampiri.
"Ternyata kau sudah pulang?" sambut Yime.
"Ketika melihat buku dirumah, aku teringat tempat ini, jadi ku sempatkan untuk mampir menyapa." ucap pelanggan yang masuk, yang ternyata adalah seorang pemuda.
"Ini untuk ibu." sambungnya.
Yime menerima sebuah bingkisan dari pemuda itu, meski awalnya menolak karena merasa merepotkan tapi ia tetap menerimanya karena pemuda itu tetap memaksa.
Sebagai ungkapan terimakasih Yime mempersilakannya untuk masuk memilih salah satu buku secara gratis. Didalam, Hyejin hanya melirik sekilas kedepan, ia lalu pergi ke rak paling belakang untuk mencari buku dan meminjamnya.
Jari telunjuknya mulai mengabsen satu persatu buku disana, sampai ia terhenti dengan buku bersampul warna biru tua. Ketika hendak mengambil, ada tangan lain yang juga ingin mengambil buku itu.
Hyejin sontak menoleh menatap ke arah pemilik tangan, yang ternyata adalah pelanggan pemuda tadi. Mata mereka saling beradu sekilas lalu setelahnya Hyejin spontan mengambil buku dan beranjak pergi dari sana.
Namun pemuda itu juga cekatan. Ia menghentikan langkah Hyejin dengan salah satu tangannya menahan tangan milik Hyejin."Permisi... tapi aku yang pertama menyentuh buku itu."
Hyejin membalikan badanya dengan tangannya yang masih digenggam pemuda itu. "Tidak... Aku yang pertama mendapatkannya."
Pemuda itu lantas mengambil bukunya cepat. "Aku sudah menandatangani buku peminjaman kemarin, jadi ini miliku."
"Baiklah... ambil saja, tapi bisakah kau melepaskan tanganku?"
Menyadari bahwa tangannya masih menggenggam, pemuda itu dengan cepat melepaskannya. Kembali, mata mereka saling beradu, tapi kali ini lebih lama. Hyejin yang menyadari langsung mengalihkan pandangnya, membuat pemuda itu sadar dan beranjak pergi.
"Sudah mau pulang?" tanya Yime.
Pemuda itu mengangguk, ia lantas berpamitan lalu menutup pintu.
"Siapa dia?" tanya Hyejin sembari berjalan menghampiri Yime.
"Sebelum kau pindah kesini, ia setiap hari selalu meluangkan waktunya untuk membaca disini."
"Jika tidak salah... Namanya... Namanya Kenza." sambung Yime.
Hyejin mengangguk pelan, sembari melihat kemana pemuda bernama Kenza, itu pergi.
••=••
Terlihat Hyejin tengah berjalan menuju arah rumah dengan topi berwarna hitam sebagai ciri khasnya, sembari memandangi lingkungan sekitar. Tiba-tiba, pandangannya teralih melihat kearah lawan jalan, melihat seorang yang sudah lanjut usia kesusahan menyebrang jalan. Tanpa pikir panjang Hyejin langsung berlari untuk membantu.
Sempat menolak ketika diberi makanan karena telah membantu, tapi Hyejin tetap menerima makanan itu karena si nenek tetap memaksa memberikannya. Dengan lembut nenek itu berterimakasih kepada Hyejin. Hyejin menundukan kepala kecil, mengucapkan kata yang sama. "Terimakasih kembali."
Setelah selesai, ia kembali berjalan pulang. Namun tak lama, ponsel disaku jaketnya bergetar pertanda ada yang menelpon. Hyejin kemudian meraih ponselnya dan menggeser tombol angkat pada layar ponselnya.
Didalam telpon, seseorang menyuruh Hyejin untuk datang ke tempat yang telah ditunjukkan, yaitu perusahaan Christoffer milik Nattan. Telpon kemudian ditutup dengan Hyejin yang bergegas pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE BLOOD
Teen FictionSeorang gadis kecil yang seharusnya tumbuh dengan belaian kasih sayang dan didikan baik dari orang tua. Kini ia harus menerima takdir dari kehilangan ibunda tercinta. Tumbuh menjadi wanita berdarah dingin, hanya sekedar untuk membalaskan dendam. A...