Jam istirahat tiba. Hyejin terlihat datang kembali ke tempat kejadian Kai menjatuhkan dirinya, atau entah diserang seseorang.
Hyejin berdiri, menatap kearah atas atap. Membayangkan bagaimana Kai diserang. Walaupun itu hanya gambaran asal, siapa tahu dirinya mendapat sesuatu.
"Hyejin." Charles datang menghampiri, membuat Hyejin menoleh, melihat siapa yang memanggil namanya.
"Kau belum menemukannya?" tanya Charles yang menyamakan posisi berdirinya dengan Hyejin.
"Aku bukan seorang detektif. Aku hanya seorang pembunuh yang mungkin dapat membunuhmu kapan saja."
Charles terkekeh kecil. "Aku tak keberatan jika pembunuhnya adalah dirimu."
Hyejin tak menggubris jawaban dari Charles. Ia malah bertanya tentang hal lain. "Apakah kau tahu dimana rumah Kai? Kau bisa mengantarkanku kesana?" tanya Hyejin sembari menoleh menatap Charles.
Charles mengangguk. "Aku bisa mengantarmu."
Hyejin lalu memberitahu kapan mereka akan berangkat, sembari dirinya yang berbalik pergi. Charles ikut berbalik, ia menyamakan langkahnya dengan lawan berjalannya.
Tapi tak lama, ponselnya berdering pertanda telpon masuk. Membuat Charles harus mengangkat dan pergi meninggalkan Hyejin.
Hyejin menoleh dengan kaki yang terus melangkah sembari matanya memandangi punggung Charles yang mulai menjauh.
Tiba-tiba seseorang merangkul Hyejin dari samping, yang ternyata adalah Natasha. Natasha lalu mengajak Hyejin untuk duduk dikursi taman, karena bel masuk belum berbunyi.
Mereka berdua duduk dikursi. Natasha memberi sebuah botol minuman rasa jeruk kepada Hyejin. "Minumlah sembari mendengarkanku bercerita." ucap Natasha dengan tangan memberikan botol minuman itu.
Hyejin mengambil minumannya, ia berterimakasih. Sorot mata Hyejin terlihat begitu bersemangat, agar sang pencerita tidak ragu-ragu menyampaikan ceritanya.
Sembari meminum minuman, Natasha mulai bercerita. "Aku dulu pernah menyukai Kenza."
Hyejin yang mendengar itu, kepalanya menoleh cepat kearah Natasha. Ia tidak tahu bahwa Natasha pernah menyukai seorang Kenza.
"Tapi aku tidak jadi menyukainya. Kenza begitu dingin, ia memiliki hati sedingin iblis salju." sambung Natasha meneguk minumannya.
"Wahh." balas Hyejin.
"Apa kau tahu siapa yang sekarang aku sukai?" tanya Natasha dengan senyuman nakalnya.
"Aku menyukai Charles."
Mendengar itu, mata Hyejin mengembang, mulutnya sedikit terbuka. Terkejut dengan apa yang didengarnya. "Eh?"
"Entahlah, tapi sepertinya mendapatkannya juga akan sulit." gerutu Natasha.
Hyejin termenung sesaat. Ia lalu memberikan semangat kepada Natasha bahwa cepat atau lambat Charles pasti membalas perasaannya. Natasha yang mendengar itu begitu senang, ia berterimakasih kepada Hyejin.
"Tapi aku tidak suka jika ada yang mengganggu miliku." ucap Natasha.
Hyejin menjadi lebih terdiam, dengan tatapan yang tetap mengarah pada Natasha.
Namun, terdengar bel berbunyi membuat mereka harus segera kembali. Natasha bangun, dengan senyumannya mengajak Hyejin ke kelas.
"Kenapa ini? Kenapa ini sakit?" batin Hyejin dengan dirinya yang sedikit berlari dituntun oleh Natasha.
∞•Ω•∞
Sekolah panjang kini telah berakhir. Posisi matahari berubah kebagian barat, seperti akan tenggelam. Warna langit yang mulanya cerah, perlahan mulai meredup pertanda sore telah tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE BLOOD
Teen FictionSeorang gadis kecil yang seharusnya tumbuh dengan belaian kasih sayang dan didikan baik dari orang tua. Kini ia harus menerima takdir dari kehilangan ibunda tercinta. Tumbuh menjadi wanita berdarah dingin, hanya sekedar untuk membalaskan dendam. A...