Tidak ada pilihan lain, selain pulang kerumah, beristirahat dikasur yang empuk dan nyaman. Jeremy berjalan menuju pintu masuk kerumah. Ketika pintu terbuka, dirinya terkejut dengan putra pertamanya yang sudah menunggu disana.
"Kau mengagetkan ayah." ucap Jeremy sekilas memegang dadanya.
"Ayah darimana? Tadi aku ke kantor, tapi tidak menemukan keberadaan ayah sama sekali."
"Sebuah urusan." balas Jeremy sekilas lalu berjalan masuk kedalam.
Charles heran dengan sikap ayahnya yang tidak seperti biasanya. Ditambah dengan wajahnya yang memerah, seperti baru saja menangis. Tapi, Charles berpikir bahwa itu adalah efek pekerjaan yang melelahkan. Ia hanya bisa terdiam sembari melihat punggung ayahnya yang semakin menjauh.
••^••
Teh hangat sangat cocok diminum disore hari, apalagi setelah melalui hari-hari yang sulit. Jungwoon membuatnya, dengan tangan mungilnya ia mengaduk teh dengan sendok besi kecil. Sembari menunggu kepulangan dari kakaknya.
Sampai suara bel berbunyi, membuat Jungwoon terusik. Ia meletakkan sendok didekat gelas teh, lalu berbalik pergi kearah pintu.
Jungwoon bingung, siapa yang datang ke rumahnya. Karena biasanya, kakaknya selalu datang setiap pukul tujuh malam tapi sekarang baru saja pukul lima sore. Jungwoon kemudian berniat mengintip terlebih dahulu dilubang kecil pintu karena arahan dari kakaknya untuk tidak membukakan pintu kepada siapapun selain dirinya. Tapi tiba-tiba pintu terbuka memperlihatkan orang yang menekan bel tadi.
Jungwoon tersentak, "Kakak?!"
"Aku pulang." balas Hyejin yang langsung meloncat memeluk Jungwoon.
Sempat terdiam sejenak, perlahan dengan lembut Jungwoon membalas pelukan Hyejin. Kaki mungilnya mencoba untuk meraih pintu, sedikit menendang agar kembali tertutup. Dalam pelukan yang belum dilepas, Jungwoon berusaha menuntun Hyejin untuk berbaring disofa.
Tangan Hyejin yang merasakan area sofa, membuatnya melepas pelukannya, menyenderkan tubuhnya pada sofa yang nyaman, membuat rasa ngantuk menyerang. Kedua kelopak mata Hyejin kemudian menutup, disusul helaan nafas panjang.
Jungwoon yang melihat Hyejin, dirinya seperti mengerti bahwa kakaknya pasti telah mengalami hari yang melelahkan. Jungwoon lalu teringat dengan teh yang baru saja ia buat, dengan bergegas, Jungwoon bangun dari duduknya, ia berjalan pergi kearah dapur untuk mengambil teh dan kembali menghampiri.
"Maafkan aku. Tapi, bagaimana perasaanmu ketika bertemu dengan seseorang yang ternyata dia adalah orang tuamu?" tanya Hyejin bangun dari tidurnya, menoleh kearah Jungwoon.
Jungwoon terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Hyejin. Sempat terdiam untuk berpikir, sampai akhirnya ia menoleh menatap Hyejin. "Mungkin... Aku akan senang. Memeluknya dengan erat, dan menangis dipelukannya." balas Jungwoon dengan tangannya yang kembali mengaduk teh.
Jungwoon kemudian memberikan teh itu kepada Hyejin, dengan senang hati sang penerima menerimanya. Setelah sedikit demi sedikit meminum teh, pikiran Hyejin kembali tenang. Helaan nafas kembali Hyejin lakukan, yang membuat dirinya semakin rileks.
Tanpa aba-aba, tiba-tiba tubuh Hyejin bangun dari sandarannya. Kedua bola mata membinar, menyorot kepada Jungwoon. "Aku tahu!"
Hyejin berterimakasih kepada Jungwoom atas tehnya, ia lalu bangun sembari membawa teh itu kemeja komputernya.
Jungwoon kembali mematung karena masih mencerna apa maksud kakaknya. Tapi tak lama senyuman mengembang diwajahnya. Sembari melihat Hyejin yang pergi, Jungwoon kemudian bangun dari duduknya pergi kearah dapur, berniat untuk memasak makan malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE BLOOD
Teen FictionSeorang gadis kecil yang seharusnya tumbuh dengan belaian kasih sayang dan didikan baik dari orang tua. Kini ia harus menerima takdir dari kehilangan ibunda tercinta. Tumbuh menjadi wanita berdarah dingin, hanya sekedar untuk membalaskan dendam. A...