Charles terus menarik tangan Hyejin, sampai mereka kembali ke lantai bawah, dimana mobil mereka terparkir. Charles yang sadar telah menggandeng tangan Hyejin terlalu lama, ia perlahan melepas genggamannya. "Maaf."
Hyejin mengangguk kecil, sembari mengusap bekas pergelangan tangan yang ditarik oleh Charles.
Charles yang merasa bahwa genggamannya terlalu kuat, berniat untuk memeriksa. Tapi Hyejin mundur kebelakang, menolak untuk diperiksa dan lebih memilih masuk kedalam mobil.
Melihat Hyejin yang kembali menghindarinya. Dirinya menunduk, memandangi telapak tangannya. Charles merasa bersalah. "Kenapa malah semakin kacau?" Charles menghela nafas lelah, lalu kemudian, dirinya menyusul masuk kedalam mobil dan duduk dikursi depan sama seperti sebelumnya.
Sebelum berangkat, Charles sedikit melirik kebelakang. Melihat Hyejin yang tengah melihat kearah luar jendela. "Maaf..." Charles kembali meminta maaf, lalu setelahnya mobil berangkat.
Ditengah perjalanan, mereka berdua sama-sama terdiam. Charles melihat kearah depan, ia menghela nafas yang sedikit bernada panjang, yang berhasil membuat Hyejin melirik namun tak lama kembali kearah semula.
"Maaf... Jika tadi aku menjadi orang yang tidak kau sukai."
Pernyataan yang dilemparkan Charles, membuat Hyejin terusik. Ia perlahan membenarkan posisi duduknya. Melihat kearah depan, memandangi Charles dari samping belakang.
"Kita sampai." ucap sang supir bersamaan mobil berhenti ditempat yang dituju.
Hyejin maupun Charles, sama-sama menoleh keluar, mereka berdua turun dari mobil, melupakan kejadian yang terjadi tadi. "Ini tempatnya." Charles mengadah keatas, memandangi gedung di hadapannya.
Hyejin mengerutkan dahinya, ia heran, karena setahunya, Kai adalah anak dari seorang mafia, mana mungkin hanya tinggal di apartemen sederhana? Bahkan setahu Hyejin, tempat tinggal para orang-orang itu terbilang sangat tersembunyi.
"Ayo." Charles mengajak Hyejin untuk masuk bersama. Mereka berdua berjalan masuk kedalam gedung, dengan beberapa orang yang terlihat keluar dan masuk, melalukan aktivitas mereka. Dengan menaiki lift, karena memang tempat tinggal Kai berada dilantai atas. Tidak ada percakapan diantara mereka berdua selama dilift. Charles maupun Hyejin, sama-sama menyibukkan diri mereka masing-masing.
Lift berhenti dilantai enam, pintu perlahan terbuka. Charles berjalan terlebih dahulu supaya Hyejin mengikuti langkahnya. Hanya dalam beberapa langkah, akhirnya mereka sampai. Berdiri didepan pintu, dengan nomor 67 yang tertera dipintu tersebut. Charles lalu meraih sakunya, mengambil sebuah kunci disana. "Kai memberikan apartemen ini untuku."
Suara decitan pintu ketika dibuka, pertanda pintu sudah lama tidak dibuka. Mereka masuk kedalam, ruangan yang gelap dan rapih namun memiliki banyak debu.
"Carilah yang kau butuhkan." ucap Charles.
Hyejin mengangguk kecil, ia berjalan kearah televisi yang membuat dirinya penasaran sejak tiba disana. Dibantu oleh Charles yang membuka gorden jendela, cahaya masuk kedalam menerangi seisi ruangan.
Hyejin membungkuk, ia bersimpuh dengan salah satu kakinya, sembari mengambil sebuah benda kotak sedang yang dibingkai dengan warna keemasan. Sedikit mengusap lembut permukaan foto agar debu menghilang, membuat gambar difoto itu mulai terlihat.
"Itu foto terakhir kami." ucap Charles, membuat Hyejin terkejut karena dirinya sudah berada disampingnya.
Senyuman lepas dua lelaki yang terlihat begitu bahagia, Charles yang mengenakan seragam sekolah sedangkan Kai sendiri mengenakan Hoodie berwarna green tea. Foto yang diambil terkahir kali sebelum keesokannya, Kai pergi.
Setelah cukup puas memandangi kedua lelaki didalam foto itu, Hyejim mengembalikan kotak tersebut ketempat semula. Hyejin kemudian bangun dari duduknya, bersamaan dengan Charles yang pergi kedapur.
Hyejin menoleh kenana kiri, mencari tempat yang mana yang akan dijelajahi dahulu. "Kamar." Satu tempat yang memiliki banyak rahasia, yaitu kamar sang pemilik.
Hyejin melangkah, mencari dimana kamar tempat istirahat itu berada. Langkahnya terhenti, didepan sebuah pintu bertuliskan "My Room." Hyejin mengangkat tangannya, menyentuh gagang pintu, dengan perlahan ia membuka pintu tersebut.
Karena gelap, Hyejin mencari saklar lampu berharap lampu masih berfungsi. Dan untungnya lampu masih menyala walaupun sudah tidak terlalu terang.
Hyejin melihat sekeliling, mengabsen setiap sudut kamar. Melihat barang-barang yang begitu tersusun rapi walaupun sudah usang. Ranjang mini sederhana, lemari yang penuh dengan stiker bola dan angka. Tak lupa, terlihat gitar yang terpajang diatas meja belajar.
Pandangan Hyejin kemudian teralih oleh jendela yang sedikit terbuka. Ia lalu berjalan, untuk membuka jendela itu lebih lebar. Terpampang pemandangan indah dari luar, dengan cahaya matahari yang ikut masuk kedalam.
"Apa tidak ada yang bisa kutemukan?" Hyejin bingung harus mencari apa. Pasalnya tidak ada yang mencurigakan disana, terbilang hanya peralatan-peralatan remaja pada umumnya.
Brukkhh......
Hyejin tak sengaja menyenggol sesuatu dengan kakinya, dengan cepat pandangan turun untuk melihat apa yang jatuh.
Sebuah kardus usang tumpah dengan isinya yang berceceran disana. Hyejin bersimpuh, ia bertanggung jawab dengan merapihkan kembali barang-barang yang jatuh. Ada piringan kaset, lukisan abstrak mini, bahkan boneka kecil tedy.
Namun gerakannya berhenti, tak kala melihat sebuah piringan kotak hitam yang memiliki layar––Sebuah ponsel. Dengan mata yang membinar senang, Hyejin mengambil ponsel tersebut, dan berusaha untuk menyalakannya. Untungnya ponsel masih berfungsi, walaupun layar sudah banyak retakan.
Cukup sulit mengoperasikan ponsel yang sudah terlihat usang itu. Ditambah dengan gerakan yang lamban, dan juga goresan yang menghalangi layar ponsel. Sempat kesal, namun Hyejin tetap berusaha mengoperasikan dengan baik, perlahan sudut demi sudut dari isi ponsel mulai Hyejin jelajahi.
Jari lalu berhenti, menekan sebuah aplikasi berwarna biru muda bertuliskan messenger. Hyejin melihat riwayat panggilan pemilik, terlihat disana yang paling sering dihubungi adalah sahabatnya, yaitu Charles sendiri. Dengan username "CharChar."
Hyejin kembali menggeser layar, mengabsen setiap kontak yang ada disana. Sampai mata tertuju pada sebuah kontak dengan username "My guitar."
"Ini pasti pacarnya."
Hyejin sedikit membaca riwayat chat mereka, tak ada yang mencurigakan sama sekali. Hanya Chat mesra dua pasang kekasih yang seperti baru menjalin hubungan.
Lanjut, ibu jari Hyejin kembali menggeser layar sampai ia kembali berhenti pada sebuah kontak bertuliskan "Namgi." Tapi sayangnya, ponsel itu tiba-tiba lagh. Membuat Hyejin tidak bisa melihat seluruh pesan, hanya kalimat, "Aku tidak menyukaimu, sialan."
Hyejin berpikir, "apakah Namgi yang membunuhnya?"
Hyejin benar-benar berpikir keras. Ia tak menyangka akan menemukan semua itu. Ketika masih berfikir, dirinya dibuat kaget oleh Charles yang tiba-tiba memanggil namanya.
Hyejin sontak langsung berdiri dan menyembunyikan apa yang ia temukan dibelakang tubuhnya. Charles yang merasa aneh, ia menghampiri Hyejin dan langsung menarik tangan Hyejin, untuk melihat apa yang disembunyikan dibelakang.
"Sebuah ponsel?" ucap Charles.
Charles lalu mengambil ponsel itu, ia melihat bahwa layarnya mati. Ia berusaha menyalakan tapi sayangnya ponsel itu tidak berfungsi.
Hyejin berpikir bahwa ponsel itu mati pada saat yang tepat. Dirinya berusaha untuk menutupi karena jika Charles tahu. Takutnya Charles akan bertindak sendiri dan menghancurkan rencanannya.
"Sayang sekali ponselnya tidak berfungsi." sambung Charles sembari mengembalikan ponsel itu.
Hyejin mengangguk, ia setuju dengan apa yang dikatakan oleh Charles.
NEXT ?
Vote dulu dong
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE BLOOD
Teen FictionSeorang gadis kecil yang seharusnya tumbuh dengan belaian kasih sayang dan didikan baik dari orang tua. Kini ia harus menerima takdir dari kehilangan ibunda tercinta. Tumbuh menjadi wanita berdarah dingin, hanya sekedar untuk membalaskan dendam. A...