24 || Haunted house

98 48 28
                                    

Hyejin dan yang lainya berdiri didepan pintu masuk, bersama dengan para peserta lain yang mengikuti permainan tersebut. Mereka berdiri rapih mendengarkan instruksi bermainnya.

Permainannya cukup mudah, mereka hanya harus masuk, yang terdapat dua belas ruangan didalam, dengan harus mencari bola berwarna hijau untuk mendapatkan hadiah.

Tetapi nilai dihitung perorangan bukan total semua pemain yang ikut, yang berarti jika mereka ingin mendapatkan hadiah, maka satu orang diantara mereka semua harus mendapatkan lima bola berwarna hijau.

"Jika ada penyerang maka segeralah berlari, karena mereka akan menempelkan kertas berwarna merah. Itu akan membuat kalian tereleminasi."

Para peserta mengangguk paham, mereka saling melempar pandang memberi semangat kepada satu sama lain. Hyejin menatap tiket yang ia dapat, perlahan telinganya mulai mendengar sesuatu yang janggal.

Hyejin menoleh kanan, kiri mencari sesuatu dalam kerumunan. Sampai Bora memegang salah satu bahunya, membuatnya terhenti dan menatap orang didepannya. "Hyejin, kau tidak apa-apa? Kau terlihat sakit." tanya Bora khawatir.

Hyejin sadar, ia tersenyum. "Mungkin, aku hanya terlalu bersemangat."

"Permainan akan segera dimulai. Harap semua peserta segera memasuki pintu masuk."

Mendengar permainan akan dimulai, Hyejin mengalihkan pembicaraan dan mengajak Bora untuk masuk bersama. Bora yang memang sudah menunggu, ia teralihkan, dengan semangat masuk kedalam. Disusul dengan yang lainnya.

Terlihat ruangan didalam yang begitu gelap, hanya ada beberapa lampu sebagai penerangan. Rasa takut mulai menghampiri tak kala melihat patung-patung yang terlihat begitu persis seperti hantu didunia nyata.

"Hyejin jika kau takut kau bisa-" ucapan Kenza terpotong ketika melihat Hyejin yang sudah menghilang disampingnya.

Kenza melirik kanan kiri, mencari Hyejin, tapi tidak terlihat sama sekali. Sampai dirinya dikagetkan oleh Giboom yang tiba-tiba mengandeng tanganya. "Kenza, aku tidak bohong jika ini menakutkan." ucap Giboom berbisik.

Kenza melepas genggaman Giboom. "Jangan seperti anak kecil."

Giboom mempoutkan bibirnya, ia meraih tangan yang dilepas oleh Kenza. Ia kembali melihat sekitar yang begitu gelap dan menyeramkan. Berbeda dengan Bora, ia sangat bersemangat bahkan dirinya sudah berada jauh didepan bersama Natasha.

Kenza yang masih mencari keberadaan Hyejin, ia berbalik kearah kakaknya yang sedang berdiri memperhatikan sesuatu. Kenza menghampiri melihat apa yang dilihat oleh kakaknya.

Charles sedari tadi memperhatikan Hyejin yang tengah melihat sebuah patung kucing. Charles dan Kenza yang melihat itu terkekeh, lucu dengan tingkah laku Hyejin. Merasa diperhatikan Hyejin bangun, dan menatap mereka berdua. "Apa yang kalian lihat?"

Sampai seseorang menabrak punggung Charles dan Kenza, membuatnya kedua berbalik. Mereka melihat siapa yang menabrak yang ternyata adalah Giboom. Sempat kesal, tapi Giboom menunjuk kearah depan dimana ada penyerang yang menggunakan kostum Zombie.

"Itu penyerang, kita harus lari." ucap Charles.

Mereka berempat berlari bersama, kearah kanan ruangan lainnya. Bukannya menemukan tempat bersembunyi, mereka malah berlari keruangan yang terdapat banyak penyerang. Membuat mereka harus kembali berlari.

Kenza menyarankan mereka untuk berpencar, supaya penyerang akan sulit menemukan mereka. Semuanya setuju mereka mulai berpencar dengan dibagi kedalam dua kelompok.

Charles menarik tangan Hyejin, untuk bersembunyi diruangan lima. Mereka masuk kedalam ruangan, lalu menutup pintu. Dengan nafas yang terengah-engah Charles menoleh kesamping, yang ternyata yang ia tarik bukanlah Hyejin, melainkan Giboom.

Charles berpikir jika yang bersamanya adalah Giboom, maka Hyejin pasti bersama Kenza. Charles sedikit kesal, ia hanya bisa duduk sementara untuk mengatur nafasnya.

Benar saja, Hyejin sekarang bersama Kenza diruang delapan. Mereka duduk, bersembunyi dibalik kotak kardus besar, sembari mengatur nafas. "Aku benci permainan ini." gerutu Kenza.

"Itulah alasanku menyuruh Jungwoon untuk tidak ikut." balas Hyejin sembari dirinya bangun.

Kenza menoleh memperhatikan kemana Hyejin pergi. Ia menghampiri Hyejin yang tengah mencari sesuatu.

"Aku mendapatkannya." ucap Hyejin menunjukkan bola hijau yang berhasil ia temukan.

Kenza yang awalnya kesal, perlahan luluh melihat senyuman manis dari Hyejin. Tak mau kalah, ia juga mencari disekitaran ruangan.

Kembali ke Charles, dirinya masih duduk bersandar pada pintu. Ia memperhatikan Giboom yang begitu bersemangat mencari bola hijau. "Kau begitu bersemangat yah."

Giboom menoleh kearah belakang, ia memberikan senyuman lalu kembali melanjutkan kegiatannya. "Aku harus mengumpulkan lima bola, dan memberikan hadiahnya kepada Bora. Dia pasti akan sangat menyukainya."

Mendengar itu, Charles terdiam sejenak, ia kembali mengingat Hyejin. Perlahan ia mulai bangun, menghampiri Giboom. Charles mulai ikut mencari, Giboom yang melihat itu tersenyum, ia kemudian memberi semangat kepada Charles.

••^••

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, petugas memberi pengumuman bahwa permainan akan berakhir sekitar 12 menit lagi. Sebagian para peserta mulai keluar, dengan membawa bola hijaunya masing-masing.

Bora dan Natahsa juga ikut keluar. Bora mendapatkan dua bola, sedangkan Natasha hanya mendapatkan satu bola. Disusul oleh Charles dan Giboom yang sama-sama ikut keluar, Charles menunjukkan bolanya yang mendapat tiga bola hijau. Sedangkan Giboom masih belum menunjukkan berapa hasil yang ia dapat.

Bora dan Natasha menghampiri mereka berdua, mereka semua sadar bahwa Hyejin dan Kenza masih ada didalam.

Kembali ke Hyejin, ia terlihat bersama Kenza masih mencari bola tersebut. Mereka sekarang berada diruangan nomor sepuluh. Kenza tiba-tiba mengajak Hyejin untuk mencari bersama diruang dua belas, karena biasanya harta karun pasti berada diujung.

Hyejin setuju, bersama mereka melangkah menuju ruangan tersebut. Tapi ketika hampir tiba dipintu ruangan dua belas, Hyejin merasakan sesuatu yang berbeda, dirinya kembali dalam posisi waspada.

Berbeda dengan Kenza, ia sudah berada didepan pintu dan berniat untuk membuka. Hyejin segera menghampiri, ia menahan tangan Kenza yang ingin membuka gagang pintu.

"Tunggu sebentar." ucap Hyejin sembari perlahan mencoba mengintip kedalam.

Kenza yang tidak tahu, ia hanya terdiam, melihat kearah Hyejin.

Hyejin mengintip melalui lubang, ia berhasil melihat kedalam, walaupun tidak bisa melihat terlalu luas. Hyejin mengabsen tiap sudut ruangan, tidak ada yang lolos dari penglihatan Hyejin.

Sampai, sesuatu membuatnya berhenti. Hyejin melihat bahwa disana terdapat satu penyerang yang menggunakan hoodie hitam. Tapi penyerang itu seperti sadar bahwa ada yang memperhatikan dirinya, ia berbalik, matanya mencari dimana seseorang mengintip. Sampai ia menemukan dan tak sengaja bertatapan dengan Hyejin. Penyerang itu berlari menghampiri kearah pintu.

Hyejin terkejut, ia mengenali mata itu. Mata pria yang waktu itu berada dalam kegelapan. Tubuh Hyejin mundur kebelakang, dengan terdengar sebuah langkah kaki dari dalam, ia menoleh kearah Kenza, dan langsung menariknya untuk berlari.

Kenza yang masih tak paham, ia mengikuti Hyejin berlari, sekilas ia melihat kebelakang yang ternyata sudah ada penyerang yang berlari mengikuti mereka. Tapi Kenza tak menemukan ada kertas merah ditanganya selain sebuah pisau.

Hyejin menyuruhnya untuk tetap berlari, karena mungkin saja penyerang itu lebih berbahaya. Mendengar perkataan dari Hyejin, Kenza mengganti gandengan tangan Hyejin menjadi dirinya yang menggandeng, Kenza mengganti posisi, sekarang dirinya yang didepan menarik tubuh Hyejin agar berlari lebih cepat.

Hyejin melihat kearah belakang, memastikan penyerang yang mengejar. Tapi ia yakin bahwa penyerang itu adalah pria yang menyerang Jimmy semalam. "Kenapa bisa dia ada disini?" batin Hyejin.









NEXT ?
Vote dulu dong

REVENGE BLOOD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang