22 || Mother?

123 49 33
                                    

Giboom menghampiri mereka bertiga, ia melepas kedua genggaman dari Kenza maupun Charles. Dengan tangan yang direntangkan menyuruh mereka berdua untuk mengakhiri pertengkaran.

Giboom juga menyuruh bubar para murid yang masih berkerumun. Menyisakan Natasha, Bora dan mereka berempat. "Heyy sudahlah jangan seperti ini." ucapnya.

Kenza, Charles yang beradu pandangan, kali ini mereka saling membuang pandangan. Kenza berbalik dan meninggalkan mereka disana. Charles yang melihat itu, ia juga ikut berbalik pergi, yang membuat Giboom ataupun yang lainnya bingung.

Giboom berbalik melihat Hyejin yang menatapnya, ekspresinya berubah menjadi senang karena Hyejin diperebutkan oleh dua orang lelaki populer disekolah. Bora menghampiri, menggenggam tangan Hyejin dan meloncat-loncat kecil, pertanda hal yang sama.

Hyejin masih diam, ia masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Natasha yang sedari tadi memperhatikan dibelakang, ia menghampiri Hyejin bertanya apakah dirinya baik-baik saja.

Belum sempat menjawab pertanyaan dari Natasha, tiba-tiba ponsel Natasha berdering membuatnya harus mengangkat dan meninggalkan mereka. Hyejin tetap melihat kearah Natasha yang mulai menjauh, ia teringat bahwa Natasha menyukai Charles, itulah alasan yang membuat dirinya menjauhi Charles.

Bora dan Giboom yang melihat Natasha pergi, mereka juga ikut berpamitan. Bora sekali lagi tersenyum kepada Hyejin, karena ia masih terkejut sekaligus senang.

Hyejin juga berbalik pergi, ia berjalan keluar dari sekolah dengan pikiran yang masih memikirkan Natasha. Ia tidak memikirkan kembali tentang kejadian antara dirinya Charles dan Kenza. Menurutnya, perasaan Natasha lebih penting.

••^••

Hyejin berjalan, melewati orang-orang yang sibuk dengen kegiatan masing-masing, ia kadang menoleh kearah mobil-mobil yang lewat. Benaknya masih memikirkan perasaan Natasha, Hyejin takut menyakiti perasaan temannya itu.

Sampai tiba-tiba sebuah mobil berwarna hitam berhenti didekatnya. Hyejin menghentikan langkahnya dan melihat siapa yang keluar dari dalam mobil.

Pria dengan jas berwarna biru tua turun dari mobil, dengan senyumannya ramah dan suaranya lembut ia menyapa Hyejin. "Selamat sore."

Hyejin mengangguk, sekarang ia dalam posisi waspada karena bisa saja orang yang didepannya adalah musuhnya.

Pria itu lalu memberikan kartu identitasnya. "Namaku Jeremy Austin. Mungkin ini sedikit lancang, tapi... Aku ingin berbicara denganmu."

Hyejin pertamanya ingin menolak, ia menatap wajah pria didepannya. Merasa sedikit curiga, Hyejin akhirnya mengangguk pertanda iya.

Jeremy mengajak Hyejin untuk membicarakannya dicafe didekat sana. Hyejin yang masih sedikit menyimpan rasa curiga, ia perlahan mengikuti langkah Jeremy kedalam cafe.

Mereka berdua duduk dengan saling berhadapan, meja bundar menjadi penengah. Hyejin menatap dingin Jeremy seperti mempersilahkannya untuk bicara.

Jeremy menghela nafasnya, ia memandangi wajah Hyejin dengan bola mata lembut. Sosok Hyejin mengingatkan dirinya dengan wanita yang selalu ia cintai hingga detik ini, yang selalu ia tunggu untuk mengabari dan selalu tersimpan dimemorinya.

"Kau begitu mirip dengan seseorang yang ku kenal."

"Siapa namamu?" sambung Jeremy bertanya.

"Namaku Hyejin."

Jeremy tersenyum lembut. "Sebenarnya tidak ada hal penting yang ingin ku bicarakan. Hanya saja, aku ingin memastikan bahwa kau bukan Minjin." ucap Jeremy tidak menurunkan senyumannya.

REVENGE BLOOD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang