Hyejin kini berjalan pulang menuju apartemen. Sesekali melihat kearah langit. Memikirkan kejadian aneh yang baru saja terjadi begitu saja.
Langkah Hyejin berhenti ketika dari kejauhan ia melihat toko buku milik Yime. Entah sudah berapa lama ia tidak datang mengunjungi.
Hyejin kemudian meraih ponsel yang ada disakunya. Ia berniat untuk menelpon Jimmy.
Call
"Maaf menganggu waktumu Jimmy."
"Ouhh...Hyejin...Kau tidak mengganggu."
Hyejin yang tidak mau basa basi, langsung bertanya tentang kode angka dulu. Apakah Jimmy sudah berhasil menemukan jawabannya.
Jimmy tersentak, ia lupa memberitahu Hyejin tentang kode itu. Jimmy meminta maaf, sembari memberitahu bahwa jawaban kode itu telah berhasil ditemukan.
Tapi sayangnya, rekannya yang tahu jawabannya dari kode tersebut, sedang tidak bertugas karena sakit.
Jimmy lalu memberitahu bahwa dirinya akan menjenguk rekannya sekaligus bertanya tentang kode tersebut. Setelah selesai, ia pasti akan langsung kembali menghubungi Hyejin.
Hyejin berterimakasih. Ia juga meminta maaf karena telah merepotkan, ditengah-tengah kesibukan Jimmy.
Telpon akhirnya kembali ditutup, Hyejin menghela nafas lega. Lalu tak lama kembali melangkah menuju toko buku berniat untuk berkunjung sebentar.
Ketika sampai didepan pintu, Hyejin yang hendak memegang gagang pintu. Dikejutkan oleh seseorang yang memanggilnya dari kejauhan.
Hyejin menoleh, melihat orang berlari dari ujung sebelah kanan jalan. Yang dimana jalan itu adalah jalan menuju apartemennya.
Setelah dilihat lebih seksama Hyejin mengenali orang itu. "Eh? Jangsu?"
Hyejin terkekeh, ia berbalik kearah Jangsu yang datang. Ia bertanya kenapa Jangsu sampai berlari seperti itu, padahal ia memiliki mobil.
Jangsu memegangi kedua lututnya, ia kelelahan karena berlari.
"Astaga...Padahal kau masih muda." ucap Hyejin menepuk sekilas bahu Jangsu.
Jangsu melempar tatapan kearah Hyejin. Sampai akhirnya ia membenarkan posisi berdirinya, dengan nafas yang masih Terengah-engah.
"Ada apa? Cepat katakan. Jangan membuatku penasaran." sambung Hyejin.
Jangsu yang masih lelah, ia tidak membalas perkataan Hyejin. Dan lebih memberikan sebuah kertas yang dilapisi oleh amplop berwarna coklat besar.
"Untukku?" tanya Hyejin sembari mengambil amplop itu.
Ketika Hyejn hendak membuka amplop, Jangsu menghentikan, lalu menyarankan agar Hyejin membacanya ketika sampai dirumah.
Sempat bertanya mengapa, tapi Jangsu tetap menekankan, karena itu adalah amplop berisi informasi penting.
Hyejin yang mendengar tak ada pilihan lain, "Baiklah." ucap Hyejin sembari memasukan amplop kedalam tasnya.
Setelah selesai, Hyejin berterimakasih kepada Jangsu karena sudah jauh-jauh mengantarkan.
Hyejin kemudian menepuk sekilas bahu Jangsu, lalu kembali berbalik kearah pintu masuk toko. Tapi lagi-lagi, Hyejin harus terhenti dikala Jangsu bertanya, apakah Hyejin mendapatkan pesan dari Yuna.
Sebelum Jangsu pergi untuk menemui Hyejin. Yuna menitipkan pesan, agar Hyejin menemuinya kembali.
Hyejin sontak diam mematung. Sebenarnya, ia mendapat pesan itu, tapi Hyejin sengaja mengabaikan pesan Yuna karena tidak mau salah tanggap kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE BLOOD
Teen FictionSeorang gadis kecil yang seharusnya tumbuh dengan belaian kasih sayang dan didikan baik dari orang tua. Kini ia harus menerima takdir dari kehilangan ibunda tercinta. Tumbuh menjadi wanita berdarah dingin, hanya sekedar untuk membalaskan dendam. A...