Sebelum pergi ke toilet, Hyejin dan Bora sempat pergi kekantin dan mengganti pakaian diruang ganti khusus. Mereka sempat pergi kekelas untuk meletakkan sisa minuman yang mereka beli.
Setelah dirasa selesai, Hyejin dan Bora mulai melangkah menuju toilet. "Aku harus membenarkan diriku." ucap Bora.
Pintu toilet mulai terlihat, mereka berdiri didepan pintu, perlahan membukanya. Tidak terlihat siapapun disana, karena memang waktu itu adalah jam pelajaran berlangsung.
Bora masuk kedalam, tapi ia sadar bahwa orang yang dibelakangnya tidak mengikutinya. Ia berbalik dan menoleh kearah Hyejin yang berdiri dengan memainkan ponselnya.
"Kau tidak ikut?"
Hyejin menoleh. "Tidak, aku akan menunggu diluar."
Bora mengangguk, ia menutup pintu lalu kembali masuk. Terlihat ada sekitar lima bilik didalam toliet, dengan cermin besar menghias disana. Bora berdiri, menghadap kearah cermin, ia merapihkan rambut dan seragamnya.
Diluar, alasan kenapa Hyejin tidak ikut masuk, karena ia ingin menghubungi Nattan. Hyejin melihat semua pesan Nattan, yang memintanya untuk ikut dalam pertemuan besok malam. Hyejin sedikit memiringkan kepalanya, ia lalu membuka dokumen yang dikirimkan, berisi tentang identitas orang-orang dipertemuan besok.
Bora masih sibuk merapihkan rambutnya. "Olahraga dijam pagi mukaku cepat kusam, tapi jika disiang hari akan panas. Lebih baik memang tidak ada jam olahraga." gerutunya kesal.
Bora menghela nafasnya, ia memandangi bayangannya dicermin. Sampai ketika sesuatu membuat pandangannya teralih.
Sesuatu seperti cairan mengalir perlahan dari bawah bilik toliet. Bora berbalik melihat kearah yang dimaksud. Betapa terkejutnya dirinya yang ternyata cairan itu adalah darah segar.
Bora panik, ia menghampiri bilik pintu toilet itu. Menggedor-gedor pintu berharap bahwa orang didalam baik-baik saja. "Hey kau tidak apa-apa? Apa yang terjadi?"
Bora terus mengulanginya, sampai pintu tiba-tiba terbuka kecil. Bora mengangkat tanganya menyentuh gagang pintu, perlahan melihat kedalam, dengan sedikit demi sedikit membuka pintu.
Ketika sepenuhnya pintu terbuka, melihat sesuatu didalam, matanya membulat, jantungnya seperti berhenti. Bora berteriak, dengan kaki yang mundur beberapa langkah.
Hyejin yang masih membaca dokumen, terkejut mendengar suara teriakan Bora. Hyejin menoleh kearah pintu, dengan cepat ia membuka dan melihat Bora yang sudah terduduk dilantai dengan kepala yang sedikit mengadah keatas.
Hyejin berlari menghampiri, ia panik. Hyejin memegang kedua bahu Bora dengan kedua tangannya. "Apa yang terjadi?" tanyanya. Tapi tak ada jawaban sama sekali.
Hyejin menurunkan tangannya, melihat mata Bora memperhatikan sesuatu. Perlahan Hyejin menggeser pandangannya kearah yang dilihat oleh Bora.
Alangkah terkejutnya dirinya, melihat seorang wanita yang terduduk ditoilet duduk dengan pisau yang menancap dibatang lehernya. Mata yang masih terbuka, darah keluar dari mulut dan luka, membasahi seluruh tubuhnya.
"Seo...yun?"
Hyejin mengenali sang korban, yang dimana ia adalah adik kelasnya, Seoyun. Korban tempo lalu yang pernah diculik bersama Jungwoon disebuah pabrik tua.
Mulut Hyejin sedikit bergetar tak percaya melihat jasad Seoyun didepannya, matanya mulai turun melihat darah yang sudah benar-benar memenuhi lantai toilet.
Hyejin kemudian memeluk Bora, menyuruhnya untuk menutup mata. "Ini hanya mimpi." ucapnya menenangkan.
Bora menutup matanya, ia memeluk erat Hyejin. Merasa Bora sudah mulai teralihkan, Hyejin perlahan berdiri supaya Bora mengikuti dan membawanya untuk keluar dari toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE BLOOD
Teen FictionSeorang gadis kecil yang seharusnya tumbuh dengan belaian kasih sayang dan didikan baik dari orang tua. Kini ia harus menerima takdir dari kehilangan ibunda tercinta. Tumbuh menjadi wanita berdarah dingin, hanya sekedar untuk membalaskan dendam. A...