Matahari pagi kembali, cahayanya masuk kedalam melalui celah-celah jendela. Terlihat Hyejin yang tengah sarapan bersama dengan Jungwoon sebelum berangkat kesekolah.
"Jungwoon...Untuk semalam..."
Jungwoon yang masih nengunyah makanannya ia menoleh, mendengar kakaknya menyebut namanya.
Hyejin memandangi wajah Jungwoon, mata bulat seperti kucing dengan mulut yang penuh dengan makanan layaknya seekor tupai. Membuat Hyejin mengurungkan niat untuk bertanya tentang nama dari panti asuhan Jungwoon.
Hyejin kemudian bertanya tentang hal lain, tentang apakah Jungwoon mendengar suara tadi malam, sama seperti dirinya. Jujur saja, Hyejin tidak yakin suara apa itu. Ia hanya mendengar seperti suara ketukan dari arah pintu depan.
"Aku ingin mengecek, tapi sayangnya selimutku mengikatku." ucap Hyejin yang kembali memasukkan makanan kemulutnya.
Jungwoon perlahan menelan makananya, ia berpikir sejenak. "Ehm...Sepertinya aku tidak mendengar apapun." balasnya.
Hyejin mengangguk kecil, "Mungkin itu hanya mimpi."
••^••
Setelah selesai sarapan, Hyejin berpamitan kepada Jungwoon setelah dirinya selesai mengikat tali sepatu. Hyejin berjalan keluar, ia kini berdiri, menunggu dihalte bus.
Bus tiba, berhenti dan membukakan pintu untuk penumpang, naik dan turun. Hyejin masuk kedalam, ia berjalan perlahan mencari tempat duduk yang nyaman.
Ketika bus sebentar lagi akan tiba disekolah, Hyejin yang ingin bangun dari duduknya. Dikejutkan oleh seorang siswa lelaki yang terlihat mengenakan seragam yang sama.
Lelaki itu ternyata adalah teman sekelas dari Seoyun, ia lalu mengatakan bahwa Seoyun menitipkan sesuatu kepadanya. Dan memintanya untuk memberikan itu kepada Hyejin.
Lelaki itu memberikan sebuah kertas yang dilipat. Melihat itu Hyejin mengulurkan tangannya untuk menerima kertas tersebut.
"Seoyun adalah sahabatku. Jadi permintaannya merupakan hutang bagiku." ucap lelaki itu menarik kembali tangannya.
"Terimakasih." balas Hyejin.
Lelaki itu mengangguk, lalu berjalan keluar, turun dari bus. Hyejin juga ikut turun sembari memandangi kertas ditangannya. Yang tak lama ia memasukan kertas itu kedalam tasnya.
Hyejin memandangi gedung sekolah, ia mengingat kembali kejadian pembunuhan kemarin. Sebenarnya, Hyejin sendiri tengah menunggu kabar dari Jimmy, tentang pelaku yang bertanggung jawab atas kematian Seoyun.
Pandangannya kemudian teralih ketika mendegar suara wanita yang ia kenali.
Ternyata itu adalah Namgi yang tengah mengobrol bersama teman-temannya. Hyejin yang memang kebetulan memiliki urusan, kakinya kembali melangkah menghampiri Namgi.
Namgi menoleh, tak kala teman-temannya berbisik bahwa ada yang datang. "Hyejin?"
"Aku ingin berbicara berdua denganmu." ucap Hyejin yang kemudian langsung berbalik pergi.
Namgi yang tidak percaya bahwa Hyejin ingin bicara dengannya, ia sekilas menoleh karah teman-temannya lalu mengikuti kemana langkah Hyejin pergi.
Namgi terus mengikuti Hyejin, sampai dirinya melihat Hyejin yang masuk kesebuah ruangan, yang diyakini adalah gudang sekolah.
Tepat didepan pintu, Namgi memperlambat langkahnya. Satu langkah, demi langkah, ia maju sembari melihat sekeliling ruangan. Tembok yang terlihat sudah kotor, dan barang-barang yang dipenuhi dengan debu.
Namgi yang sudah masuk cukup dalam. Dengan penuh penekanan menyuruh Hyejin agar keluar.
BRUK!!
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE BLOOD
Fiksi RemajaSeorang gadis kecil yang seharusnya tumbuh dengan belaian kasih sayang dan didikan baik dari orang tua. Kini ia harus menerima takdir dari kehilangan ibunda tercinta. Tumbuh menjadi wanita berdarah dingin, hanya sekedar untuk membalaskan dendam. A...