Hyejin masuk kedalam kerumunan para murid. Tidak ada yang sadar dengan keberadaannya. Hyejin memasang wajah seolah terkejut dan takut, perlahan mulai menghampiri salah satu polisi disana.
"Permisi... Apa yang terjadi?"
"Kami mendapat laporan bahwa ada yang terjatuh dari atap sekolah." jawab salah satu dari mereka.
Hyejin berterimakasih. Ia mundur beberapa langkah dan kembali beranjak pergi. "Terjatuh? " benaknya berfikir.
Ketika sedang serius memikirkan penyebab lelaki itu bunuh diri, Hyejin merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Dirinya mulai waspada terhadap langkah kaki yang semakin mendekat.
Hyejin langsung berbalik. Membuat orang yang dibelakangnya terkejut dan mundur beberapa langkah.
"Kau membuatku kaget saja." ucapnya sekilas memegang dadanya.
Ternyata itu adalah Bora. Ia sengaja keluar kelas karena khawatir dengan Hyejin, terlebih ia mendengar kabar orang yang tewas terjatuh di sekolahnya.
Hyejin meminta maaf. Ia beralasan bahwa ketika selesai menelpon, ia kesulitan mencari toilet.
Bora menghela nafas, seharusnya Hyejin meminta bantuan padanya, bukanya langsung pergi begitu saja.
Hyejin meminta maaf kembali sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal. Bora terlihat tidak terlalu menggubris. Ia lebih memilih menggandeng tangan Hyejin, mengajaknya kembali kedalam kelas.
"Bora. Kamu mendengar berita itu?" tanya Hyejin.
Bora menatap Hyejin sekilas. "Sudah dua kali sejak kematian seseorang satu tahun lalu."
Hyejin menundukkan kepalanya. Ia menunggu ucapan selanjutnya dari temanya itu.
"Dulu juga, terjadi kasus yang sama. Tapi entah kenapa kasus itu ditutup polisi. Aku tidak tahu sebabnya, semakin aku penasaran, semakin aku tidak bisa menemukan jawaban." Bora menjelaskan dengan raut wajahnya yang tiba-tiba murung.
Hyejin yang sadar jika mood Bora berubah, ia tidak kembali bertanya tentang itu, ia mengganti topik dengan bertanya keberadaan dari Natasha.
Bora menoleh menatap mata Hyejin. Matanya mengembang, perlahan bibirnya membentuk sebuah senyuman manis. "Kau adalah orang yang peka." ucapnya.
Hyejin memiringkan kepalanya kecil.
Bora melanjutkan ceritanya dengan tangan yang masih menggandeng Hyejin. "Satu tahun yang lalu juga ada kasus seperti ini, yaitu terjatuh dari atap sekolah. Banyak orang yang bilang bahwa itu adalah bunuh diri dan bentuk protes dari lelahnya belajar."
"Lalu?"
"Tapi entah lah, aku malas membahas kasus kriminal disekolah. Ditambah lagi dengan orang-orang pengedar sabu."
Ekspresi Hyejin merubah seketika seperti menemukan sebuah jawaban yang hilang. Dengan rapih Hyejin bertanya kepada Bora agar ia tidak dicurigai.
"Pengedar sabu? Disekolah? Apakah itu ada?"
Bora memutar bola matanya malas. Menghela nafasnya pelan. "Aku tidak tahu. Tapi mereka benar-benar membuatku kesal. Setiap kali polisi mencari bukti mereka selalu pintar menyembunyikannya. Terdengar aneh bukan?"
Hyejin mengangguk seperti setuju dengan perkataan Bora, tapi didalam hatinya ia senang karena mendapat petunjuk lebih cepat.
"Mungkin para polisi itu yang tidak becus." bela Hyejin.
Tak terasa mereka sudah sampai dikelas. Terlihat hanya ada lelaki yang membantu Hyejin tadi pagi, yang sedang memainkan ponselnya. Hyejin berjalan masuk menuju kursinya dengan tatapan terus mengarah kelelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE BLOOD
Teen FictionSeorang gadis kecil yang seharusnya tumbuh dengan belaian kasih sayang dan didikan baik dari orang tua. Kini ia harus menerima takdir dari kehilangan ibunda tercinta. Tumbuh menjadi wanita berdarah dingin, hanya sekedar untuk membalaskan dendam. A...