08 || Criteria

151 47 83
                                    


"Aku sudah menunggu lama dimobil, dan ini yang kau lakukan?" ucap Kenza tak percaya.

Karena Charles yang begitu lama tiba, Kenza akhirnya datang menghampiri, takut jika sesuatu menghambat kakaknya.

Charles membuang nafas kasar, dan pergi begitu saja. Kenza mengalihkan pandanganya ke Hyejin, menundukkan kepalanya kecil lalu pergi berbalik mengikuti kakaknya itu.

Hyejin hanya bisa diam mematung. Kali ini ia mendapat opini baru dibenaknya. "Charles." gumam Hyejin sembari beranjak pergi.

Disisi lain, didalam mobil.

"Apa yang sebenarnya kau lakukan?" tanya Kenza.

"Dia membuntutiku dan menuduhku jika aku pembunuhnya." balas Charles dengan nada suara yang mulai naik.

Kenza terdiam sesaat, ia memandangi wajah kakaknya itu. "Kau memang terlihat seperti pembunuh."

Charles mengerutkan dahinya bingung, "Maksudmu aku membunuh temanku sendiri?"

"Sudahlah, lupakan. Ayah sudah menunggu kita dirumah, dan kau membuatnya semakin menunggu."

Charles terdiam, dengan kesal tubuhnya mulai membenarkan posisi duduk. 

••^••

Hyejin baru saja turun dari sebuah taxi. Ia berjalan menyusuri lorong gang yang sepi. Hyejin juga sempat mampir kerumah Yime untuk mengatakan bahwa sekarang ia sudah sekolah dan sedikit sibuk.

Drrrttt...

Entah kenapa sedari tadi ponsel Hyejin terus bergetar. Ia lalu meraih saku untuk mengambil ponsel. Hyejin terkejut karena aplikasi yang dibuat oleh Bora mengeluarkan banyak notifikasi.

Hyejin membuka, ia melihat bahwa sekarang ia memiliki lebih dari 70 ribu pengikut diakunnya. Tapi Hyejin yang tidak terlalu peduli, ia kemudian mematikan ponselnya dan memasukannya kembali kesakunya.

Tak lama akhirnya ia datang ke apartemen. Hyejin menekan bel lalu masuk kedalam. Ia melihat jungwoon yang tengah tertidur disofa.

Perlahan Hyejin meletakan barang-barangnya lalu pergi kedapur. Ia melihat bahwa makanan yang dibuatnya telah habis semua. "Baguslah."

Hyejin lalu pergi membersihkan diri.

Setelah ia mandi, Hyejin menghampiri Jungwoon yang masih tertidur lelap. Jari Hyejin mengusap lembut pipi Jungwoon agar ia terbangun.

Hal itu berhasil membuat Jungwoon terusik. Perlahan Jungwoon bangun dengan mata yang masih setengah menutup.

"Jungwoon... Aku akan keluar." ucap Hyejin.

Jungwoon mengucek matanya pelan dengan satu tangan lain mencengkram lengan baju Hyejin. "Mau kemana lagi?"

Hyejin tersenyum dan mengelus lembut kepala Jungwoon. "Aku akan pergi kesuatu tempat dan membeli beberapa barang. Aku akan kembali sebelum makan malam tiba."

Jungwoon mengangguk pelan sembari melepas cengkraman itu. Setelah berpamitan, Hyejin berjalan keluar apartemen, menutup dan mengunci pintu.

Hyejin berjalan dengan langit yang mulai meredup. Melihat sekitar yang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Dirinya berhenti disebuah gedung besar nan tinggi, lalu masuk kedalam.

Ternyata Hyejin pergi untuk menghadap Nattan, melapor tugas kemarin sekaligus memberikan permintaan tuannya, tentang pesanan yang dipesan.

"Tuan. Aku membawa apa yang anda inginkan." ucap Hyejin sembari meletakkan plastik diatas meja.

Nattan tersenyum miring. Ia mengambil dan meletakkan plastik itu kedalam sebuah candi disana. "Kau hebat Hyejin, bisa mengambil jantung yang ku mau."

Hyejin tidak terlalu menggubris pernyataan Nattan. Didalam hatinya ternanam sesuatu yang ia ingin tanyakan. "Tuan..."

REVENGE BLOOD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang