Hyejin mematung, melihat orang yang didepannya terus memukuli korban, hingga menusuk-nusuk korban dengan pisau. Setelah puas dan korban sudah benar-benar terkapar. Orang itu bangun menoleh kearah Hyejin dan Jungwoon.
Dibalik hoodie yang menghalangi wajahnya. Hyejin melihat sorot mata pelaku yang penuh dengan kebencian. Dan tanpa sepatah katapun, orang itu berlari kencang kearah belakang, seperti seekor kucing yang takut tertangkap.
Melihat keadaan sudah kembali, Hyejin menyuruh Jungwoon yang sedari tadi bersembunyi untuk keluar.
Jungwoon perlahan kembali kesamping Hyejin, ia melihat kearah depan bahwa orang tadi sudah menghilang tersisa korban yang tergeletak. Mereka mulai berjalan kembali, dengan langkah demi langkah mencoba untuk mendekati sang korban.
Terlihat darah mengalir deras dari perut korban yang sudah sobek akibat serangan. Jungwoon menutup matanya, ia mundur kebelakang dengan tangannya yang bergetar.
Hyejin mengerti, ia lantas menyuruh Jungwoon untuk tetap berdiri ditempat sedangkan dirinya akan mengecek keadaan sang korban.
Hyejin perlahan mulai melangkah kembali, dengan Jungwoon yang menunggunya dibelakang. Tubuh korban terlihat semakin jelas, Hyejin kemudian duduk bersimpuh dengan satu kaki, memandangi jasad yang sudah tidak bisa diselamatkan lagi.
Seorang wanita dengan rambut panjang terurai yang kini warnanya berubah akibat darah membasahi. Terlihat dari wajahnya, wanita itu masih terlihat muda seperti baru berumur 25 tahunan.
Hyejin mengalihkan pandangannya kearah perut, untuk melihat luka tusuk korban. Dimana luka itu adalah luka acak, yang berarti pelaku memang sengaja membunuhnya.
Setelah itu Hyejin berbalik dan berlari kearah Jungwoon. "Ayo cepat pulang." ucap Hyejin sembari tangannya menarik tangan Jungwoon.
Jungwoon menarik kembali tangan Hyejin, membuatnya tidak jadi melangkah. "Apa kita tidak akan membantunya?" tanya Jungwoon memalingkan pandangan pada korban.
Hyejin menggenggam erat tangan Jungwoon. "Dia sudah mati. Percuma kita bantu juga."
Jungwoon menatap dalam kearah korban, hatinya benar-benar merasa tidak enak jika meninggalkannya begitu saja. Tapi pandangannya kembali kearah Hyejin. Jungwoon mengangguk, dan bersama mereka berdua bergegas kembali pulang.
••^••
Besok paginya. Sebelum Hyejin pergi berangkat sekolah, dirinya menyempatkan pergi ketempat semalam dimana seseorang ditikam.
Terlihat disana ada beberapa mobil polisi pertanda seseorang telah melapor, atau mungkin saja Jimmy yang menemukannya. Karena memang jalan ini adalah jalan masuk menuju apartemen mereka.
Hyejin tidak bisa terlalu melihat jelas apa yang sedang dilakukan oleh polisi karena terhalang beberapa orang yang berkerumun disana. Hyejin kemudian berbalik berniat untuk langsung pergi ke halte bus. "Aku akan bertanya saja pada Jimmy nanti."
••^••
Terlihat Charles yang didalam mobil menunggu Kenza yang tengah bersiap. Sedangkan didalam, Kenza tengah sibuk memilih parfum yang mana yang harus ia pakai.
"Wangi vanilla? Atau Wangi caramel?"
Karena merasa terlalu lama berpikir, Kenza akhirnya memilih untuk menggunakan parfum caramel. Ia kemudian merapihkan barang-barang kamarnya, mengambil tas lalu bergegas untuk menyusul kakaknya dan ayahnya yang sudah menunggu dimobil.
Diperjalanan Jeremy menanyakan lagi tentang gadis yang bersama Kenza kemarin. Ia penasaran apakah putra bungsunya menyukainya, karena pertamakalinya Kenza bersama seorang gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE BLOOD
Teen FictionSeorang gadis kecil yang seharusnya tumbuh dengan belaian kasih sayang dan didikan baik dari orang tua. Kini ia harus menerima takdir dari kehilangan ibunda tercinta. Tumbuh menjadi wanita berdarah dingin, hanya sekedar untuk membalaskan dendam. A...