39 || Identity

73 28 24
                                    

Hyejin kembali menemui Jangsu. Terlihat mereka yang sedang berada diruangan penuh dengan benda elektronik, tempat mereka bekerja.

Sama-sama duduk menghadap layar komputer yang lebar. Dengan segelas teh disamping mereka. Terlihat Jangsu yang begitu serius melanjutkan tugasnya dalam mencari identitas.

Berbeda dengan Hyejin, yang terlihat menunduk dengan menghela nafas panjang. Jangsu yang merasa aneh, ia bertanya tentang apa yang dikatakan oleh nyonya Yuna kepadanya.

Hyejin mengangkat kepalanya sekilas melihat kearah Jangsu. "Bukan apa-apa." ucapnya.

Jangsu menggeleng, ia heran dengan Hyejin yang sekarang terlihat begitu lesu.

"Aku tinggal mencari informasi tentang Jungwoon. Setelah itu pulang dan beristirahatlah." ucap Jangsu yang kembali kelayar komputernya.

Tapi anehnya, Jangsu tidak menemukan apa-apa tentang Jungwoon. Ia hanya menemukan namanya saja. Tak seperti identitas yang lain, yang tertera tempat tanggal lahir, hobi, zodiak, bahkan keterangan tentang kedua orang tua.

Hyejin menoleh kelayar komputer. Ia juga melihat, dilayar komputer hanya tertera foto Jungwoon dengan nama lengkapnya.
"Park Jungwoon."

Jangsu yang belum menyerah, ia kembali mencari. Dengan mencari melalui berita berharap ada sedikit celah. Hyejin juga tidak mau diam, kini jari jemarinya sibuk mengetik dikeyboard komputernya.

Beberapa menit berlalu. Tetap saja, tak ada apapun yang mereka temukan. Hyejin terdiam sejenak, mencoba mengingat kembali tentang awal pertemuan dengan Jungwoon.

Hyejin ingat, Jungwoon pernah bilang bahwa dirinya diculik dan dimasukan kedalan sebuah ruangan kurang lebih lima hari lamanya. Tapi untuk informasi kedua orang tua. Jungwoon sepertinya merupakan anak buangan, yang hidup dan besar dipanti asuhan.

Hyejin lalu teringat dengan perkataan Yoshi yang mengatakan bahwa Jungwoon menyembunyikan sesuatu yang Hyejin sendiri bahkan tidak tahu.

Hyejin kemudian membuka sebuah situs, untuk mencari informasi tentang panti asuhan yang dimaksud oleh Jungwoon. Untungnya ketika menghadap Nattan dulu, Jungwoon memberitahu bahwa dirinya berasal dari Busan.

Hyejin bingung. Karena ternyata di Busan memiliki banyak sekali panti asuhan. "Bagaimana aku tahu jika Jungwoon tinggal disalah satu gedung ini." ucap Hyejin yang meletakkan wajahnya diatas meja.

Jangsu menoleh, melihat kelayar komputer milik Hyejin. Ia kemudian menggeser layar kebawah. "Jangan seperti itu. Pasti ada sesuatu." balas Jangsu.

Mendengar perkataan dari Jangsu, Hyejin kembali mengangkat kepalanya melihat kembali kelayar komputer.

Sampai Hyejin tiba-tiba mencengkram tangan Jangsu, membuat Jangsu berhenti menggeser layar. Jangsu menoleh, ia melihat kemana mata Hyejin melihat.

Hyejin kemudian mengambil alih komputer, ia ternyata menemukan sebuah berita yang didalamnya tertulis nama Park Jungwoon.

Berita yang menceritakan seorang anak misterius yang ditemukan disebuah kota di Busan. Tak ada orang yang mengenali, membuat anak itu dimasukkan kedalam panti asuhan.

Wali mengaku bahwa ketika ia hendak mencuci baju, ia menemukan sebuah nama dan tulisan New York city dibagian depan baju anak itu.

Hyejin mengerutkan dahinya, "New York city?" gumamnya heran.

"Lihat! Bukankah ini Jungwoon?" ucap Jangsu tiba-tiba, dengan salah satu tangannya menunjuk kelayar komputer.

Hyejin melihat kearah yang dimaksud, terlihat Jungwoon yang mengenakan baju berwarna putih memeluk seorang wanita yang dinyatakan sebagai pemilik dari panti asuhan tersebut.

Hyejin menghela nafas kasar. Ia benar-benar dibuat bingung dengan siapa sebenarnya Jungwoon. Dulu Hyejin hanya percaya bahwa Jungwoon adalah seorang anak yatim piatu yang diperjualbelikan oleh Geng Venom.

Hyejin kembali menghela nafas panjang. Ia menyenderkan tubuhnya dibagian kursi dibelakangnya. Dengan kelopak matanya yang menutup perlahan.

Jangsu yang melihat itu, menyuruh Hyejin agar segera beristirahat dan menyerahkan urusan ini kepadanya. Jangsu juga menambahkan bahwa dirinya akan meminta bantuan dari rekan kerjanya yang seorang detektif, sekaligus bantuan dari Pak Wang.

Hyejin membuka kembali kelopak matanya, "Terimakasih banyak. Mungkin kali ini aku memang memerlukan istirahat." ucap Hyejin.

••^••

Dibawah langit malam. Sebuah mobil terparkir didepan jalan masuk menuju Gang Geungneum. Seorang wanita dengan stelan jas, dan rambut hitam yang terurai terlihat turun dari mobil tersebut. Yang ternyata adalah Hyejin.

Hyejin lebih memilih untuk kembali pulang keapartemennya. Merasa bahwa dia akan lebih tenang jika berada disana.

Hyejin terus berjalan maju. Sembari sesekali melihat kearah langit, yang dipenuhi dengan bintang-bintang.

Dirinya kembali mengingat tentang banyaknya kasus yang belum bisa diungkap sama sekali. Tentang latar belakang Jungwoon, perkataan Yoshi tentang teman-temannya, pelaku pembunuh Kai, bahkan ia sampai lupa dengan pertemuannya dengan Luis hari ini.

Hyejin hanya bisa menghela nafas pelan, dengan terus berjalan berharap bahwa hari esok akan menjadi hari yang lebih baik.

Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti, karena melihat seseorang yang berlari keluar dari sebuah persimpangan gang disana. Orang itu berhenti didekat lampu penerangan, dengan melihat kearah belakang seperti telah dikejar sesuatu.

Hyejin awalnya merasa bahwa itu adalah psikopat yang mengincarnya. Tapi setelah dilihat lebih seksama, Hyejin dibuat terkejut karena ia mengenali orang tersebut.

"Jungwoon." teriak Hyejin memanggil.

Hyejin kemudian berjalan menghampiri tak kala Jungwoon yang menoleh kearahnya. "Kenapa kau ada disini? Bukannya akan menginap?" tanya Hyejin.

"Ehm...Itu...Kak Charles mengantarku pu-lang tetapi hanya sa-mpai diujung jalan masuk Gang."

"Aku takut, dan akhirnya aku berlari." sambung Jungwoon.

Hyejin mengerutkan dahinya, ia mencoba menoleh kearah jalan yang dilalui Jungwoon. Tapi tiba-tiba Jungwoon menggenggam tangannya, membuat niat itu terurung.

"Ayo kita segera kembali." ucap Jungwoon, lalu menarik tangan Hyejin agar mengikutinya.

Hyejin merasa janggal, kenapa Charles akan setega itu membiarkan Jungwoon berjalan sendiri. Terlebih lagi sekarang sudah pukul sepuluh malam lebih, seharusnya mereka sudah tertidur lelap.

Jungwoon terus menuntun Hyejin hingga mereka sampai di apartemen. Bergegas masuk kedalam, lalu pintu kembali ditutup.

Hyejin diam mematung, menunggu penjelasan dari Jungwoon. "Apa ada yang salah?" tanyanya.

Jungwoon yang baru selesai menutup pintu, ia berbalik tapi tak berani menatap mata Hyejin. "Aku hanya mengantuk." ucap Jungwoon dengan pandangan menunduk.

Hyejin menghela nafasnya, ia kemudian menyuruh Jungwoon untuk pergi kekamarnya dan beristirahat.

Jungwoon membungkuk kecil, lalu berbalik berjalan kearah kamarnya. Hyejin memperhatikan dari kejauhan, hingga pintu kamar milik Jungwoon tertutup.

Seperti tak mau ambil pusing, Hyejin juga berjalan masuk kekamarnya. Ia meletakkan tas diatas meja, lalu duduk dikursi. Hyejin lalu mengambil selembar kertas yang ada didalam tasnya, ia membaca masing-masing biodata teman-temannya.

Tak ada yang janggal, teman-teman Hyejin seperti orang-orang pada umumnya. Ia malah merasa curiga dengan Yoshi yang mungkin saja mengelabui dirinya, karena memang Yoshi merupakan orang yang sedikit jahil.

Tapi setelah berpikir kembali, Hyejin akan tetap berhati-hati sekaligus mencari apa yang dimaksud oleh Yoshi.

Hyejin bangun dari duduknya, ia berjalan kearah kasur lalu merebahkan dirinya disana. Sebelum kelopak matanya tertutup, Hyejin memandangi bilik atap kamarnya. Berharap untuk besok, menemukan petunjuk yang benar-benar akan membantu dirinya.

"Permainan dimulai." gumamnya.






NEXT ?
Vote dulu dong

REVENGE BLOOD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang