27 || Run

110 48 94
                                    

Olahraga. Tidak jarang beberapa murid menyukai pelajaran olahraga. Dimana mereka bisa keluar dari kelas yang jenuh, dan bisa sembari sedikit bermain dijam pelajaran. Tetapi berbeda dengan Charles yang sepertinya tidak menyukainya.

Mereka semua berbaris, untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu. Barisan dibuat sesuai dengan ketinggian masing-masing murid.

"Aku lebih suka belajar dikelas." gerutu Charles kesal, sembari membenarkan barisannya.

Charles sadar, bahwa orang yang berbaris didepannya adalah adiknya, Kenza. Charles mengangkat tangannya, meletakkan telapak tangan dibahu adiknya. Tak ada alasan ia melakukan itu, hanya bosan.

Kenza mengenali tangan siapa yang berada dibahunya, ia menoleh memperlihatkan setengah wajahnya. "Aku yang akan menang kak." ucapnya.

Charles memutar bola matanya malas, mencengkeram bahu adiknya. "Diam." tekan Charles lalu menurunkan tangannya.

Kenza tersenyum miring, dan mengembalikan arah kepalanya.

••^••

Materi hari ini adalah tentang olahraga lari. Sebagai guru pengajar, ia menjelaskan, bahkan mempraktikan bagaimana cara pengaturan nafas, dan bagaimana cara berlari dengan benar.

Kali ini mereka akan melakukan lari estafet. Dimana para murid akan dibagi menjadi beberapa tim, dan melawan satu sama lain. Dan kebetulan, Hyejin mendapatkan tim yang sama dengan Natasha, dan tiga orang lainnya.

Sedangkan Bora malah satu tim dengan Kenza. Ia menoleh kearah Natasha dan Hyejin, dirinya merengek tidak mau berpisah dari kedua temannya itu.

Natasha terkekeh kecil sembari melambaikan tangan memberi semangat kepada Bora. Hyejin juga menoleh, ia tersenyum lembut untuk Bora. Tapi ketika ia ingin mengalihkan pandangannya, ia malah gagal fokus dengan lelaki yang bola matanya membinar kearahnya. Senyum Hyejin perlahan mulai memudar, matanya menatap mata lawan yang masih setia menatapnya.

"Charles?"

Merasa sudah ketahuan, Charles menunduk dengan senyumannya yang masih terpasang, ia berbalik pergi kearah timnya.

"Baru pertama kali ini, aku melihat senyumannya." sambung batin Hyejin.

Peluit berbunyi, membuyarkan pandangan Hyejin. Ia menoleh kearah sumber suara, melihat para murid yang lain sudah mulai membagi tugas ditimnya. Hyejin membalikan badannya, melihat kearah timnya yang tengah berdiskusi.

"Hyejin, tidak masalah kan? Jika kau pelari terakhir?"

"Pelari terakhir?"

"Iya, pelari terakhir. Orang putaran terakhir yang harus membawa tongkat ke garis finish. Kau mengerti kan?" tanya Natasha meyakinkan.

Hyejin sempat terdiam beberapa saat, sampai ia menganggukan kepala pertanda sudah mengerti.

Karena guru pengajar sudah selesai mempersiapkan arena, ketua kelas membantu mengumpulkan para murid, menyuruh mereka untuk segara bersiap diposisi masing-masing.

Hyejin dan Natasha harus berpisah karena berbeda posisi. Hyejin berdiri disamping arena menunggu gilirannya tiba. Ia memperhatikan arena lapangan, yang cukup besar dan sepertinya akan cukup menguras energinya ketika berlari nanti.

Dalam pandangannya menghitung arena, perlahan matanya melihat bayang-bayang tangan yang melambai kearahnya. Hyejin baru menyadari bahwa sedari tadi Bora melambai untuknya.

Hyejin mengangkat tangannya setengah, ia membalas lambaian Bora sekaligus memberikannya semangat.

Ada empat peserta yang bermain pertama, yang dua diantaranya adalah Charles dan Kenza, ternyata dua saudara itu berbeda tim. Mereka menjadikan pertandingan itu sebagai taruhan, dimana siapa yang kalah harus menjauh dan pergi.

REVENGE BLOOD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang