Hyejin mengambil kembali ponsel yang ia temukan. Dengan alasan akan mencoba untuk menghidupkannya kembali. Charles sama sekali tidak curiga, ia malah suka rela akan membantu, jika Hyejin butuh bantuannya.
"omong-omong... Kenapa kau tidak menyimpan barang-barang ini?" tanya Hyejin.
Charles tersenyum kecil, ia berbalik menghampiri gitar yang dipajang disana. "Sakit rasanya, jika harus melihat ini semua berkali-kali." ucap Charles, dengan jari tangannya yang mengusap lembut gitar yang dipenuhi oleh debu.
Hyejin mengerti, rasa sakit dari sebuah kehilangan. Titik terendah bagi seseorang yang dimana itu akan membuat api dari balas dendam berkorbar.
"Kau sudah selesai?" tanya Charles kembali, yang sekarang terlihat menutup kembali jendela kamar.
"Tidak ada." balas Hyejin memasukan ponsel kedalam sakunya.
Charles lalu berbalik, menghampiri Hyejin. Ia memberikan kunci apartemen itu kepadanya. Mungkin suatu hari nanti Hyejin pasti akan datang kembali kesana. Dan jika semua sudah selesai Hyejin harus memberikan kunci itu kembali pada Charles.
Hyejin membuka telapak tangannya, ia melihat kunci yang diletakkan disana. Hyejin merasa bahwa Charles sudah terlewat baik, ia bahkan rela memberikan kunci peninggalan dari sahabatnya.
Hyejin mengangkat pandangannya, menatap serius mata Charles. Berjanji bahwa dirinya akan secepatnya memecahkan semuanya.
Charles hanya terkekeh, kemudian dirinya mengajak Hyejin untuk kembali kerumah sakit, jika memang sudah tidak ada yang bisa ia temukan sekarang.
Mereka berdua keluar dari ruangan itu, suara decitan pintu kembali terdengar karena pintu kembali ditutup. Kali ini Hyejin yang mengunci pintu. Mereka lalu berjalan bersama menuju lift, untuk kembali turun ke lantai bawah.
Ketika sampai di mobil, Charles membukakan pintu untuk Hyejin masuk. Melihat itu, Hyejin sekilas menatap mata Charles lalu kembali menunduk, sembari mengangguk kecil untuk berterimakasih.
Charles kembali menutup pintu, ia kemudian masuk kedalam mobil, duduk di kursi depan bersama sopirnya yang setia menunggunya disana.
"Kita akan langsung kembali kerumah sakit?" tanya Charles, dengan pandangan yang tetap kedepan.
Hyejin berpikir sejenak, mengingat kembali apakah ada tempat lain yang bisa dijadikannya sebagai penambah petunjuk. Tapi ia rasa sepertinya tidak ada. Hyejin malah teringat dengan Jeremy yang memintanya untuk melakukan tes DNA siang ini.
"Sepertinya begitu."
Mendengar ucapan dari Hyejin, Charles lalu menyuruh sopirnya untuk mengantar mereka kembali kerumah sakit. Sopir itu mengangguk patuh, ia menyalakan mesin lalu mobil pun kembali berangkat.
Ditengah perjalanan kembali, terlihat Hyejin yang tengah memainkan ponsel miliknya. Ia mengirimi pesan kepada Jeremy untuk datang kerumah sakit yang diminta, dan melakukan tes DNA disana.
Siapa sangka, pesan itu langsung dibalas oleh Jeremy. Yang mengatakan bahwa dirinya akan segera kesana. Pertanda bahwa Jeremy sudah menunggu pesan dari Hyejin.
Hyejin menghela nafasnya pelan. Ia mematikan ponsel, menaruh kembali ponsel disakunya. Matanya kembali terangkat, melihat kearah luar jendela.
Hyejin berpikir. Jika Jeremy benar-benar ayah kandungnya, apa yang harus ia lakukan. Apakah harus bahagia? Atau menangis. Hyejin bingung, karena yang ia anggap sebagai ayah, adalah Nattan.
Orang yang menemukannya, orang yang merawatnya, melatihnya hingga bisa menjadi seperti sekarang. Walaupun Hyejin merasa, bahwa Jeremy berbanding terbalik dengan Nattan. Jeremy yang memiliki tatapan mata lembut, berbeda dengan Nattan yang memiliki tatapan layaknya burung elang.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE BLOOD
Teen FictionSeorang gadis kecil yang seharusnya tumbuh dengan belaian kasih sayang dan didikan baik dari orang tua. Kini ia harus menerima takdir dari kehilangan ibunda tercinta. Tumbuh menjadi wanita berdarah dingin, hanya sekedar untuk membalaskan dendam. A...