∞•Ω•∞
Matahari kembali dengan kini posisinya sedikit naik, berada diatas kepala. Hyejin tengah duduk dikursi kelasnya, dengan tangannya yang mencatat materi dibuku.
Ponsel yang berada disamping buku bergetar mengeluarkan notifikasi. Hyejin yang terusik, ia kemudian menaruh balpoin, lalu berganti mengambil ponsel.
Hyejin membuka ponsel, melihat notifikasi yang masuk. Melihat pesan dari Nattan, dan juga berita yang baru saja diunggah. Hyejin memilih untuk melihat berita terlebih dahulu, lalu setelah selesai membalas pesan Nattan.
Hyejin dibuat terkejut, melihat isi berita tentang kematian akibat kebakaran kemarin malam. Ternyata kedua korban tersebut adalah kedua teman dari Namgi.
Hyejin kembali berpikir, apakah pelaku adalah orang yang berada didalam sekolahnya. Jika memang benar pelaku adalah orang luar. Bagaimana caranya dia masuk dan dengan cepat membunuh? Karena akses masuk kesekolah cukup sulit untuk dilewati.
Untuk kecelakaan kemarin, Hyejin berpendapat. Bahwa mungkin saja pelaku memiliki rekan lain, untuk ditugaskan diluar.
"Tapi bagaimana jika sekarang dia menyamar?"
"Atau...Ternyata dia adalah murid biasa."
Hyejin terus berpikir, sampai ia lupa bahwa dirinya sedang belajar dikelas. Guru Dong yang kebetulan mengajar dan melihat Hyejin yang tengah tertunduk. Bertanya, apakah Hyejin sedang sakit.
Sontak ucapan dari Pak Dong membuat Hyejin sadar, mengangkat kepalanya lalu membernarkan posisi duduknya.
Hyejin menggeleng sembari meminta maaf bahwa ia tidak sengaja melamun. Pak Dong mengangguk kecil menanggapi hal tersebut, ia tidak terlalu mempermasalahkannya, dan menyuruh Hyejin agar lebih fokus.
Hyejin berterimakasih untuk membalas perkataan gurunya. Ia kemudian mengambil kembali balpoin, dan pelajaran kembali dilanjutkan.
TENG...TENG...
Bel terakhir sekolah berbunyi. Memberitahu bahwa waktu belajar telah usai. Para murid terlihat berbondong-bondong keluar dari gedung sekolah.
Hyejin berjalan keluar dari kelasnya, ia menuruni tangga sembari memainkan ponselnya. Hyejin sudah pergi kekelas milik Giboom untuk mengecek Namgi. Tapi tetap sama, Namgi belum juga pergi kesekolah.
Akhirnya, Hyejin mendapat pesan dari ibu Namgi. Mengatakan bahwa Namgi sudah keluar dari kamarnya, bahkan sudah mulai berbicara seperti biasanya. Dan untuk besok, Namgi juga akan mulai bersekolah seperti biasanya.
Hyejin bernafas lega, membaca pesan tersebut. Ia membalas dengan rasa syukur dan rasa terimakasih kepada ibu Namgi karena sudah menghubungi dirinya. Hyejin juga mengirimi pesan, tentang apakah Namgi yang sudah mengetahui kematin kedua teman sekelasnya.
Tapi, pesan belum dibalas. Hyejin hanya tersenyum kecil memaklumi, mungkin saja ibu Namgi sibuk karena sekarang bahagia melihat putrinya kembali seperti semula.
Hyejin juga melihat kembali pesan yang dikirimkan oleh Nattan. Bukan pesan yang begitu penting, hanya sebuah pesan dimana Nattan menanyakan kabar Hyejin.
Serasa sudah bosan bermain ponsel. Dengan langkah yang terus maju, Hyejin memasukan kembali ponsel kedalam saku jasnya. Ia mengangkat pandangannya dan kembali berjalan.
Sampai ketika gerbang sekolah mulai terlihat. Langkah Hyejin berhenti, matanya melihat kearah dua orang yang berdiri disana dengan posisi membelakangi.
"Bukankah itu Charles dan Natasha?"
Melihat Charles dan Natasha berdiri bersama, mereka seperti bercanda bersama, tak kala terlihat Natasha yang menggandeng tangan Charles layaknya sepasang pengantin.
Hyejin juga melihat, bahwa Charles tidak melepaskan gandengan Natasha dan hanya terdiam disana. Dengan tawa dari Natasha yang menyertai.
Tubuh Hyejin terpaku, tatapan mata yang awalnya senang, entah kenapa berubah lesu dan sedih. "Kenapa rasanya sakit? Bukankah ini yang aku inginkan?"
Karena rasa sakit yang semakin mencekik dihati, Hyejin akhirnya beranjak pergi dengan mengambil arah jalan lain. Tapi, tanpa Hyejin sadari. Hyejin yang sedari tadi sibuk memperhatikan Charles dan Natasha, ada juga mata lain yang sibuk memperhatikan dirinya dari kejauhan.
Kenza, Kenza orangnya. Ia yang juga baru saja keluar dari kelasnya, melihat Hyejin yang berdiri disana. Awalnya ia melangkah menghampiri untuk menyapa. Namun, langkah kakinya berhenti melihat wajah Hyejin yang terlihat murung.
Dari kejauhan, Kenza mencoba untuk melihat apa yang membuat Hyejin bersedih. Sampai ketika matanya berhenti kearah kakaknya yang sedang digandeng oleh Natasha.
Kenza terus memperhatikan, sampai Hyejin beranjak pergi. Sempat melihat kearah kakaknya, tapi tak lama arah pandangan Kenza berubah. Kembali memandangi punggung Hyejin yang semakin menjauh, dengan wajah yang sama-sama berubah murung.
••^••
Hyejin sekarang dalam perjalanan menuju tempat tinggal milik Nattan. Dengan dirinya yang kini terduduk didalam mobil, bersama Pak Wang, jemputannya.
Hyejin yang masih memikirkan apa yang terjadi tadi. Wajahnya yang masih terlihat murung sembari sedikit tertunduk, membuat Pak Wang yang sedang menyopir menjadi terusik.
"Hyejin kau sakit?"
Hyejin sedikit tersentak, matanya dengan cepat naik, melihat kearah Pak Wang.
"Ada apa Hyejin? Kau terlihat pucat."
Hyejin menggeleng, mencoba untuk mengelak. Sembari tersenyum kecil, agar Pak Wang berhenti khawatir. "Aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah."
Pak Wang yang mendengar, ia memberi saran kepada Hyejin agar beristirahat jika memang tidak enak badan.
"Tentu saja...Aku tahu harus apa." balas Hyejin.
Mobil akhirnya tiba ditujuan. Masuk melewati gerbang, dan terparkir ditempat yang telah disediakan. Hyejin turun dari mobil, dan berjalan masuk bersama Pak Wang.
Sebelum berpisah. Terlihat Hyejin yang berbalik, berkata kepada Pak Wang. Bahwa setelah ia menemui Nyonya Yuna, ia akan pergi untuk menemui Tuan Nattan.
Pak Wang mengangguk, "Baiklah."
Hyejin kemudian berbalik, berjalan menuju tempat yang ia tuju. Hyejin sebenarnya merasa khawatir. "Aku takut...Jika mengetahui hal yang seharusnya tidak ku ketahui."
Ketika sampai didepan pintu ruangan, Hyejin berdiam mematung sejenak. Mengambil nafas panjang, sampai akhirnya ia masuk kedalam.
Kedatangan Hyejin disambut baik oleh Yuna. Ia sudah menyediakan dua gelas teh susu dan beberapa cemilan rasa vanilla. Semua makanan yang berasa diatas meja, adalah makanan kesukaan Hyejin. "Kita bertemu lagi, Hyejin."
Hyejin membungkuk kecil, memberi hormat kepada Yuna. "Padahal Nyonya tidak perlu repot-repot." balas Hyejin sembari melihat banyak makanan dimeja.
Yuna tersenyum menanggapi ucapan Hyejin. Ia kemudian mempersilahkan Hyejin untuk duduk dikursi sofa dan diikuti oleh dirinya yang kini duduk berlawanan dengan Hyejin.
Suasana awalnya hening, sampai ketika Yuna membuka obrolan dengan menanyakan kabar Hyejin.
"Kabarku baik."
"Syukurlah." balas Yuna, meminum teh susunya.
"Ngomong-ngomong Nyonya. Apa yang ingin anda sampaikan?" tanya Hyejin.
Yuna menaruh kembali cangkirnya diatas meja. Pandangannya terangkat melihat serius kearah Hyejin. "Apa kau tidak penasaran dengan hubungan Nattan dan ibumu?"
Tidak seperti awal ketika Hyejin mendengar perkataan itu. Kini Hyejin lebih tenang, berkata kepada Yuna bahwa ia tidak akan mencari tahu sesuatu lagi tentang ibunya. Ditambah, setiap ia mengingat ibunya, itu membuat hatinya sangat sakit.
Yuna terseyum kecil, "Jadi kau tidak mau tahu, kenapa Nattan membunuh ibumu?"
NEXT ?
Vote dulu dong
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE BLOOD
Teen FictionSeorang gadis kecil yang seharusnya tumbuh dengan belaian kasih sayang dan didikan baik dari orang tua. Kini ia harus menerima takdir dari kehilangan ibunda tercinta. Tumbuh menjadi wanita berdarah dingin, hanya sekedar untuk membalaskan dendam. A...