Cinta yang tak sempat dimiliki
lebih sulit untuk dilupakan
__________________________________________Itulah yang dirasakan oleh Jeremy. Kepergian orang yang sangat dicintainya benar-benar membuat pengunci dihatinya. Sudah beberapa kali mencoba, tapi jika bukan 'dia' yang diinginkan, rasanya hambar sekali untuk menjalin hubungan apalagi sampai menikah.
Jeremy pikir, dirinya akan melajang seumur hidup, tapi ternyata takdir berkata lain. Tuhan sengaja mempertemukan Jeremy dengan dua kakak beradik untuk menemani sisa umurnya.
••^••
Ditengah hari, dengan matahari yang begitu terik menyengat. Dibalik orang-orang yang berkeluyuran melakukan kegiatan masing-masing, dua bayangan kecil terduduk dijalan, tanpa alas, tepat dibalik mereka. Tak ada yang peduli, tak ada yang merasa iba, melihat dua sosok anak kecil berumur delapan tahun yang meminta pertolongan.
Satu anak terduduk dengan memeluk kedua lututnya dan satu lagi terduduk dengan kepala menyender pada pundak saudara, yang disebut sebagai 'kakak'.
"Kakak...Aku lapar..."
Mendengar keluhan sang adik, membuat rasa sakit dihati seorang kakak terasa. "Tahan sebentar lagi yah. Kakak janji, setelah ini kita akan makan enak." balas si kakak tanpa tahu kapan pasti mereka bisa memakan sesuap nasi.
Tak alasan mereka berdua duduk disana, selain kedua orang tua mereka yang mengalami penceraian. Sang ibu yang mengalami gangguan jiwa, sedangkan sang ayah enggan untuk mengurus kedua putranya itu.
Dua tahun lamanya mereka hidup di jalanan, bertahan hidup dari kerasnya dunia hanya dengan mengharapkan kebaikan dari orang-orang.
Sampai seorang pria dengan jas biru tua datang, berjalan menghampiri duduk bersimpuh dihadapan kedua anak itu. "Halo?"
Mendengar suara menyapa, kedua anak itu menangah untuk melihat wajah pria yang memanggil.
Sang kakak, langsung sigap menghalangi tubuh adiknya dengan tangan kiri yang direntangkan, waspada akan orang dihadapannya.
Pria itu tersenyum hangat, "Aku tidak jahat, tenanglah."
Perlahan tangan yang menghalangi adik mulai turun, sepertinya senyuman dari pria itu berhasil membuat mereka luluh.
"Siapa nama kalian? Dan dimana orang tua kalian?" sambung pria bertanya.
Sang kakak sekilas menatap adik yang mematung, lalu kembali mengarahkan pandangan kedepan. "Namaku, Charles. Dan ini adiku, Kenza." balasnya, tapi untuk pertanyaan selanjutnya, kedua anak itu tak mau menjawab, dan malah menundukkan pandangan mereka.
Merasa mengerti, pria itu kembali tersenyum, "Namaku Jeremy, apa kalian mau ikut denganku? Kebetulan aku belum makan siang."
"Kau serius?!" tanya Kenza dengan penuh antusias.
"Hey Kenza, itu tidak sopan." Charles menepis kecil lengan adiknya.
Jeremy terkekeh, "Sudah tidak masalah. Jadi Kalian mau ikut?"
Kedua saudara itu saling menatap senang, karena memang rasa lapar sudah benar-benar menyerang tak ada pilihan lain selain ikut dengan pria asing didepan mereka.
Jeremy bangun dengan kedua tangan terulur, senyuman hangat selalu menyertai, berkenan untuk menuntun mereka pergi ketoko makan disebrang jalan.
••^••
"Maafkan aku karena bertanya tidak sopan." ucap Hyejin yang selesai mendengar cerita dari Jeremy.
"Tidak masalah Hyejin, lagian aku juga tidak keberatan." balas Charles, disusul anggukan setuju dari Kenza.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE BLOOD
Teen FictionSeorang gadis kecil yang seharusnya tumbuh dengan belaian kasih sayang dan didikan baik dari orang tua. Kini ia harus menerima takdir dari kehilangan ibunda tercinta. Tumbuh menjadi wanita berdarah dingin, hanya sekedar untuk membalaskan dendam. A...