Sudah seminggu Nika berdiam diri di apartement Trisha. Bukan hanya ia malas untuk keluar, tetapi mempersiapkan dirinya yang akan sidang. Trisha mendukung keputusannya dengan menemani Nika.
Trisha yang biasanya keluar untuk bekerja intern di perusahaan ayahnya memutuskan untuk bekerja seperti biasa hanya dari rumah. Ia mengawasi Nika agar tidak implusive dan tidur lagi dengan pria brengsek!
AKhirnya hari yang ditunggu Nika tiba. Ia sangat siap. Ia yakin semua akan lancar dari presentasi sampai diberi pertanyaan oleh penguji.
Trisha yang tidak ingin Nika terlambat memaksa mengantarnya. Trisha bahkan berjanji akan menjemputnya setelah sidangnya selesai.
Nika masuk ke dalam ruang sidang. Dengan rasa percaya diri yang tinggi, semua berjalan lancar. Akhirnya ia lulus. Walau belum resmi, akhirnya ia bisa terbebas dari Universitas yang ia jalani seperti neraka.
Nika berjalan keluar gedung menuju taman. Ia sudah menghubungi Trisha agar menjemputnya di depan gerbang Universitas.
"Nika," Panggil Diva menghentikan langkah Nika.
Agh! Kenapa ia malah bertemu dengan Diva?! Kenapa diantara semua hari, Diva malah datang ke kampus hari ini?!
Nika memasang ekspresi senang bertemu Diva. Ia hanya bisa berpura-pura. Terutama banyak orang yang menatap mereka. Lebih tepatnya menatap Diva. Ia selalu menjadi pusat perhatian.
"Aku dengar Kenny buat masalah di tempat kerjamu." Diva melingkarkan tangan di lengan Nika.
"Iya" Jawab Nika sambil menahan diri ingin melepaskan pegangan Diva. Apalagi di bawah sorot iri orang-orang disekitarnya termasuk teman-teman Diva.
"Kenny keterlaluan! Sampai kapan dia bisa berhenti merudung kamu!"
Nika mendengar kata-kata simpati dari Diva sebagai omong kosong yang masuk ke telinga kiri dan keluar ke telinga kanan.
Jika dulu Nika akan tersentuh akan perhatiannya, setelah ia tahu jika gadis di hadapannya lah yang ingin menghancurkannya, ia sangat membencinya!
"Tidak apa-apa. Awalnya aku sedih tetapi aku yakin aku bisa dapat pekerjaan yang lain." Perkataan Nika berhasil membuat Diva senang. Berhasil membuat Nika sedih karena kehilangan pekerjaan.
"Kalau kamu mau, aku punya teman yang bisa ku minta untuk menerimamu kerja dengannya."
"Terima kasih, Diva." Nika bertingkah senang akan bantuan Diva. Dalam hati ia menolak tegas tawaran dari Diva.
"Tidak perlu terima kasih. Kita kan berteman. Ayo duduk" Diva mengandeng Nika dan memintanya duduk di sebelahnya di salah satu bangku taman yang disusun saling berhadapan dengan pohon bunga di tengahnya.
Valen, Cherly dan Lancy yang biasa bersikap sinis , malah bersikap baik padanya. Tidak seperti biasanya. Mereka tidak mengomentari apapun selama Diva menghiburnya.
"Aku dengar kamu baru saja selesai sidang skripsi. Kenapa kamu tidak beritahu kami?" Tanya Diva begitu mereka duduk.
"Maaf, aku kehilangan ponsel. Semua nomor kalian di ponsel yang lama." Bohong Nika sambil dengan wajah menyesal.
Ia berterima kasih pada Trisha yang membelinya ponsel baru. Trisha mengatakan alasannya menganti SIM Card sangat tidak meyakinkan lebih baik beralasan kehilangan ponsel. Ia memberi Nika ponsel pada Nika agar Diva tidak curiga kalau ia menghindar dari Diva.
Beruntung pula ia tidak punya media sosial. Itu pun aplikasi chatting ia hapus dan menginstall ulang dengan memakai nomor baru.
"Oh, Kami pikir kamu menghindar dari kami." Ucap Lancy yang akhirnya tidak dapat menahan berbicara sinis pada Nika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Envy
RomanceHal yang paling dibenci oleh Nika terlahir miskin. Ia selalu iri pada teman-temannya yang kaya raya terutama Diva Adikara. Diva terlahir di Keluarga nomor satu di kotanya memiliki semua yang diinginkan oleh Nika. Ia berharap mendapatkan semua yang D...