Bab 42

102 20 2
                                    

Diva ragu masuk ke dalam kamarnya. Apa kamarnya masih terkunci? Diva mencoba membukanya. Krek! Pintu tidak terkunci. Siapa yang ada di dalam?

Diva membuka pintu perlahan. Empat pasang mata menatapnya yang berdiri di luar pintu.

"Diva," Lancy lebih dahulu berjalan mendekati Diva. Wajahnya terlihat lega Diva kembali. Ia memegang lengan Diva dan mengajaknya masuk ke dalam.

"Kamu darimana saja? Aku sangat khawatir saat tahu dari Maora kamu tidak di kamar." Ia terlambat menyusul Diva. Saat ia sampai di lantai atas, ia langsung menuju kamar Diva menginap. Mengetuk pintu selama 5 menit dan Diva tidak membukakan pintu untuknya.

Ia mengira jika Diva ingin sendiri sehingga ia ke kamarnya. Ia memberikan waktu untuk Diva menenangkan diri. Berniat besok paginya akan menemui Diva.

Siapa sangka saat ia dan teman-temannya ingin melihat keadaan Diva tadi pagi, mereka bertemu dengan Maora yang membuka kunci pintu kamar Diva. Maora mengatakan jika kunci kamar Diva ada padanya.

Mereka mencari Diva di dalam kamar dan tidak menemukannya. Jadi, kemana Diva semalaman?

Diva hanya diam tidak ingin menjawab. "Kenapa kalian masih ada disini?" Tanya Diva memasang sikap bermusuhan pada teman-temannya. Ia memasang pertahanan sebelum mereka mengejeknya. Marah karena ia telah membohongi mereka.

"Kami khawatir padamu." Lancy memaklumi sikap Diva yang merasa semua orang memusuhinya.

"Kenapa? Bukankah kalian juga sama seperti orang-orang yang kecewa dan marah telah aku bohongi?"

Tentu saja Cherly marah dan kecewa. Ia tidak menyangka jika Diva aslinya sangat kejam dan jahat. Ia bersikap selalu melindungi semua orang yang ditindas terutama oleh Kenny. Nyatanya, ia sendiri berteman dengan Kenny menyakiti orang lain! Terlintas dipikiran semua orang kalau Diva lah yang selama ini menyuruh Kenny merudung setiap orang yang Diva benci.

"Diva, kami temanmu." Bohong Cherly berpura-pura masih berteman dengan Diva. 

Bagaimana pun, Diva tetap cucu kesayangan Bagas. Bagas memerintahkan semua orang untuk merahasiakan apa yang sudah mereka lihat. Ia mangancam akan memberi pelajaran pada siapapun yang berani menyebarkannya.

Bahkan yang Cherly dengar Bagas sudah menemukan pelakunya. Ia menyebarkan berita akan menghukum pelakunya sebagai pengingat kepada siapapun yang mencoba menyakiti Diva. Sebentar lagi, semua orang akan tahu siapa pelakunya. Siapapun yang berani membantu ataupun dekat dengan mereka, orang itu akan menjadi musuh Adikara.

"Teman?" Sinis Diva meremehkan kata 'teman' dari bibir Cherly. "Apa kamu yakin benar-benar temanku?"

Ia tahu mereka tidak pernah menganggapnya teman. Mereka berteman karena menginginkan keuntungan darinya!

"Kamu, Valen dan semua orang yang mendekatiku karena aku cucu kesayangan Bagas Adikara! Kalian ingin bisnis keluarga kalian maju seperti keluarga David!"

"Itu benar." Valen tidak menyangkal. Diva tahu betul tujuan Valen mendekati Diva. Sudah saatnya mereka membuka topeng masing-masing.

"Kamu memanfaatkan Diva?!" Lancy mendorong pundak Valen. Ia tidak menyangka jika selama ini Valen hanya ingin memanfaatkan Diva.

Valen mengibas pundaknya menantang Lancy. "Diva tahu. Sangat tahu." Valen tersenyum melirik Diva yang hanya diam.

Lancy menatap Diva tidak percaya. Ia merasa Diva dan Valen menyembunyikan sesuatu darinya.

"Lancy, siapa yang tidak ingin mendekati dan berteman baik dengan orang yang menguntungkan mereka?" Valen sudah muak dengan Lancy. Ia menganggap Lancy sangat konyol. Sampai kapan ia bersikap seperti penegak keadialan bagi Diva!

EnvyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang