Bab 22

150 27 2
                                    

Nika meminta supir untuk berhenti di depan gang. Tetapi supir itu menolak dan mengantarkan Nika sampai di depan rumah.

Nika terpaksa keluar. Semakin cepat ia berurusan dengan keluarganya maka semakin cepat ia pulang ke apartment Trisha.

Sebelum Nika mengetuk pintu, Ibu membuka dari dalam. Ia menyambut Nika sambil tersenyum melirik mobil mewah terparkir di depan rumahnya.

"Siapa itu? Apa itu temanmu? Ajak dia masuk ke dalam" Tanya Ibu bersemangat. Ia bahkan tidak melihat Nika. Matanya fokus pada mobil yang terparkir.

"Tidak perlu. Aku cuma sebentar. Ada yang mau aku bicarakan dengan Bapak dan Ibu." Jawab Nika sinis. Ia tahu pikiran Ibu yang mengira ia diantarkan oleh pria kaya.

"Mau bicara apa?" Tanya Bapak yang tidak menyangka jika Nika datang ke rumah. Bapak meminta Nika duduk dan meminta Ibu membuatkan minuman.

Wajah Ibu merengut kesal. Tetapi ia menuruti perintah Bapak meski terpaksa. Telinga tajam mendengarkan pembicaraan Bapak dan Nika di ruang tengah.

"Aku mau minta salinan kartu keluarga, KTP Bapak dan Ibu." Nika mengutarakan maksud ia kembali ke rumah setelah ia memutuskan hubungan dengan mereka tiga hari yang lalu.

"Untuk apa?" Tanya Bapak bingung dengan permintaan Nika.

Nika tidak menjawab langsung. Ia memberikan lembaran berkas yang harus Bapak dan Ibu tanda tangani.

Bapak membuka map yang diberikan Nika. Terkejut begitu tahu jika berkas yang berikan Nika surat izin nikah. Nika akan menikah? Kenapa ia tidak pernah memberitahu sebelumnya? Ini sangat mendadak.

"Kamu mau menikah?" Tanya Bapak yang masih tidak percaya.

"Siapa yang menikah?" Ibu yang baru datang membawa nampan berisi cangkir langsung menaruh ke atas meja. Mengambil map yang ada di tangan Bapak.

"Nika, kenapa kamu mendadak menikah? Katanya kamu tidak punya pacar. Sekarang mau menikah? Dengan siapa?" Ibu berpura-pura terkejut. Begitu ia mendengar Nika minta salinan Kartu keluarga dan Kartu identitas Bapak Ibu, Ibu sudah menduga jika Nika akan menikah.

Apa yang Juno bilang ternyata benar! Perut Nika akan segera membesar. Jelas Nika dan pacarnya harus segera melangsungkan pernikahan sebelum jadi gunjingan orang.

"Nanti Bapak Ibu akan tahu." Nika berharap Bapak dan Ibu tidak mengorek siapa calon suaminya.

"Kenapa kamu tidak mau bilang?" Tanya Ibu menuntut jawabannya. Ia harus tahu siapa calon menantunya. Jika ia tahu namanya, ia bisa minta Juno cari informasi berapa kekayaan calon menantunya.

"Aku tidak bisa bilang sekarang." Tegas Nika yang tetap merahasiakan Xander.

"Sudah," Bapak tidak ingin mendengar Ibu ribut dengan Nika. Walaupun Bapak juga penasaran calon suami Nika dan latar belakangnya, ia tidak menuntut seperti Ibu.

Nika sudah tidak ada hubungannya dengan keluarga mereka. Kembalinya Nika karena secara hukum ia masih bagian dari keluarga ini. Bapak hanya bisa berharap Nika bisa hidup lebih baik saat ia menikah nanti. Suaminya pun memperlakukannya dengan baik selama mereka berumah tangga.

Bapak mengambil map dari tangan Ibu. Ia berdiri mengambil pulpen di atas meja kerjanya dan menandatanganinya. Lalu Bapak kembali dan duduk ke tempatnya semula.

"Tanda tangan" Bapak menyodorkan pulpen ke arah Ibu. Ia menunjuk berkas yang diletakan di atas meja agar Ibu dapat tanda tangan di sana.

"Tidak mau. Aku mau tahu siapa yang akan menjadi menantu kita!" Tolak Ibu bersikeras menentang. Ia harus tahu jawaban yang ia inginkan!

EnvyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang