Bab 41

128 19 1
                                    

Diva mengerjapkan matanya yang terasa perih dan berat untuk dibuka. Ia terdiam sesaat sampai seluruh inderanya berfungsi. Tubuhnya terasa kaku. Ada yang aneh. Kenapa ia mendengar detak jantung begitu dekat? Diva meraba sesuatu yang menempel di wajahnya. Ini bukan bantal. 

"Sudah bangun?" Suara berat pria mengejutkan Diva. 

Diva mendongkak menatap pria yang tersenyum ke arahnya. Mengamati pria tampan yang rambut dan matanya berwarna coklat. 

"Kalau kamu terus melihatku, aku tidak bisa menahan diri untuk menciummu." Goda pria itu membuat Diva sadar sepenuhnya. 

Ia bahkan menyadari jika ia tidur dalam posisi berpelukan dengan pria itu. Ia menunduk melihat dirinya masih berpakaian lengkap. Lega jika ia tidak melakukan hal yang akan ia sesali seumur hidup.

Diva mendorong pria itu dan langsung duduk. Terkejut, bingung dan panik. Kenapa ia bisa tidur dengan pria yang tidak ia kenal? Apa yang terjadi?

Pria itu bangun dan duduk di hadapan DIva. "Apa kamu sudah merasa lebih baik?"

"Siapa kamu?" Tanya Diva mengeluarkan sikap bermusuhan. Mempertahankan dirinya dari orang asing. 

"Vernon." Vernon sama sekali tidak marah dengan sikap Diva. Ia malah merasa lucu akan tingkah Diva yang berbeda dengan gadis yang menangis tadi malam.  

"Kamu tidak ingat tadi malam?" 

Diva terdiam mengingat peristiwa tadi malam. Kenapa ia tidur dengan pria bernama Vernon. Bukankah kemarin hari pernikahannya dengan David? 

Memori Diva seperti tsunami yang memutar semua kilasan-kilasan tadi malam. Saat ia berjalan menuju pelaminan. Berganti dengan ingatan yang sangat buruk mengiasi memorinya. Videonya diputar di hari bahagianya dan ditonton oleh banyak orang termasuk David dan keluarganya.

Wajah Diva berubah pucat pasi. Ia sudah hancur. Tidak ada lagi Diva yang disukai oleh semua orang. Mereka pasti akan membencinya. 

Ingatan terus berputar di otaknya. Ia berlari ingin bersembunyi ke kamar tetapi ia tidak dapat masuk. Ingat Vernon mengulurkan tangan kepadanya. Mengajaknya berlindung di kamarnya. Setelahnya, ia lupa. Yang ia tahu ia hanya meluapkan perasaaannya dengan menangis sepuasnya.

Vernon dapat melihat dari ekspresi Diva jika ia sudah ingat. Awalnya ia tidak tahu nama gadis itu. Ia hanya menduga satu-satunya pasangan yang akan melangsungkan pernikahan Adat hari ini hanya David Wistara dan Diva Adikara. Pernikahan dimana ia turut diundang. 

Ia terlambat menghadiri undangan karena pesawat yang ia tumpangi mengalami delay. Saat ia tiba di hotel, acara sudah dimulai. Ia tidak langsung ke pesta. Memilih mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Setelahnya, saat ia ingin turun menghadiri pesta, ia ditabrak oleh Diva.  

"Aku mau pergi." Diva tidak mau tinggal lebih lama di kamar Vernon. Ia ingin kembali ke kamarnya.

 Ia ingin tahu apa yang terjadi dengan pernikahannya setelah ia pergi. Ingin tahu apa keluarganya mencarinya. Apa kakeknya kecewa kepadanya? Lalu bagaimana dengan David? Apa David membencinya sudah memukul gadis yang ia suka?

"Tunggu! Siapa namamu?" Tahan Vernon memegang pergelangan tangan Diva. Ia berpura-pura tidak tahu nama Diva. Ia ingin gadis itu memberitahunya langsung. 

"Kamu tidak perlu tahu. Lagipula kita tidak akan pernah bertemu lagi!" Diva melepaskan tangan Vernon darinya.

"Tapi aku yakin kita akan bertemu." 

"Untuk apa? Aku bukan orang baik. Semua orang membenciku! Kamu juga pasti akan benci denganku!"

Setelah Vernon tahu megenai dirinya, pria itu akan bersikap sama dengan orang-orang yang ada di pesta! Ia pasti akan membenci Diva. Pasti akan membicarakan hal buruk mengenainya! Memandangnya seakan ia orang paling jahat di dunia ini!

EnvyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang