Bab 1

594 38 5
                                    

Sreett! Srettt! Entah berapa banyak kain pakaian yang sudah ia sikat. Tangannya pegal dan kakinya kram tapi pakaian masih banyak menumpuk di keranjang. Tidak ada seorang pun di rumahnya mencuci pakaian selama 4 hari!

"Kenapa lama sekali cuci pakaiannya?! Ini sudah jam berapa?!" Bentak wanita setengah baya berdiri di depan pintu. Kesal pada gadis yang tidak memperdulikannya.

Wanita itu mengambil gayung yang ada di atas ember dan melemparnya ke arah gadis itu begitu kuat. "Nika! Kamu pikir aku tidak tahu kamu memaki ku di belakang, hah?!"

"Iya, kenapa memangnya?!" Gadis bernama Nika berdiri memasang ekspresi marah.

"Oh, berani melawan kamu sudah, hah?!" wanita itu melangkah lebar ke arah Nika. Baru dua langkah, kakinya terpeleset lantai semen yang licin karena air sabun.

Brakkkkkk!!!! Suara keras begitu nyaring diikuti rintangan kesakitan. Tubuh wanita yang besar menghancurkan satu ember kecil dan air tumpah membasahi tubuhnya.

Nika tidak peduli dengan wanita yang jatuh di hadapannya. Ia malah bersyukur dan berharap wanita itu tidak bisa bangun!

"Ada apa?" Seorang pria setengah baya berlari ke belakang rumah. Melihat istrinya yang meringis kesakitan. Tidak dapat bangun dan hanya bisa terlentang sambil mengusap pinggulnya.

Pria itu dengan tenaga yang kuat menarik tangan istrinya tetapi ia malah jatuh menimpanya.

Wanita itu kesakitan sambil memukul suaminya agar berdiri.

"Kenapa kamu diam aja?! Cepat bantu!" Bentak pria itu pada Nika yang dari tadi diam melihat kedua orang tuanya.

Nika membantu ayahnya menarik tubuh ibunya yang besar.

"Aduh, sakit semua badanku!" Wanita itu mengusap pinggul dan tangannya. "Ini semua gara-gara kamu!" Ia memukul bahu Nika begitu kuat. Melampiaskan semua amarahnya.

"Nika kan lagi cuci! Siapa suruh Ibu ga hati-hati jalan di lantaj licin!" Balas Nika tidak ingin disalahkan. Terutama ibunya ingin memukulnya sebelum ia jatuh!

"Berani melawan kamu! Menyahut kalau salah!"

"Sudah, sudah. Ayo masuk," Ayah Nika menuntun istrinya masuk ke dalam rumah.

"Cepat cuci pakaian sana!" Bentak ayahnya sebelum masuk ke dalam rumah.

Tanpa disuruh pun Nika lebih memilih kembali cuci pakaian dibandingkan bersama orang tuanya di dalam rumah. Ia pasti akan dimarahi entah berapa jam lamanya. Lebih baik ia meneruskan pekerjaannya sebelum menghadapi mereka.

Nika membuang ember yang rusak lalu mencuci pakaian sampai selesai. Setelahnya, ia memasak makan siang untuk keluarganya.

Ia mengambil nasi dan mengambil lauk yang baru masak sambil menumis sayur. Makan selagi tidak ada yang memperhatikan. Kalau ia tidak makan sekarang, pasti ibunya tidak akan memberikan bagian lauk yang ia suka. Ia selalu mendapat potongan lauk yang kecil! Selalu mendapatkan sisa makanan yang tidak orang rumah makan!

Ia mencuci piring bekas ia makan sebelum menghidangkan makanan di atas meja makan. Lalu mandi saat semua pekerjaannya selesai.

Begitu Nika selesai mandi, semua anggota keluarga sudah duduk di meja makan. Tidak pernah menunggu sampai anggota keluarga lengkap.

Nika sudah terbiasa dengan itu semua. Bahkan ia di titik tidak peduli dengan keluarganya. Hatinya sudah mati rasa pada keluarganya.

Nika mengambil tempat duduk yang kosong. Mengambil piring dan menyendok nasi yang tersisa sedikit. Ia sudah memasak nasi yang banyak tetap saja bagiannya selalu sedikit! Bahkan lauk pun hanya tersisa bumbu dan tumisan sayur hampir habis. Hanya ada lauk yang tidak terlalu mereka sukai yang tersisa banyak.

EnvyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang