Valen memandang gedung di balik dinding kaca. Membalut tubuhnya dengan selimut. Ia sendiri di kamar hotel di negeri orang. Sendirian setelah Gavin selesai dengannya.
Jika biasa setelah bercinta dengan Gavin, ia dapat menyelusuri kota dan berbelanja, kali ini ia hanya diam di dalam kamar. Ia ingin menunggu Gavin kembali. Ia membutuhkan Gavin saat ini.
Sebelum ia datang kemari, papinya memberitahunya jika ia harus menikahi seorang duda salah satu partner bisnis papinya. Bahkan pria itu lebih tua dari papinya! Salah seorang anaknya lebih tua 10 tahun darinya!
Ia jelas menolak keinginan papinya dengan melaporkannya pada kakeknya. Siapa sangka jika kakeknya lah yang memberi ide pada papinya.
Tentu saja Valen sangat murka. Bukankah ia sudah memberikan kontribusi yang begitu besar pada keluarga dan perusahaan? Bukankah berkatnya mereka dapat kemakmuran seperti sekarang? Kenapa ia masih saja menjadi alat untuk dinikahkan dengan pria tua bangka?! Lalu apa yang ia lakukan untuk mereka sampai saat ini hanya sia-sia belaka?!
Bukannya merasa bersalah, papinya malah menamparnya. Memarahinya. Yang tidak dapat Valen lupakan, saat papi mengatakan jika ia tahu kelakuan Valen yang sangat liar. Siapa yang ingin menikah dengan wanita jalang yang tidur dengan banyak pria?
Orang-orang tahu jika ia wanita murahan tetapi diam. Tidak mengatakan jelas padanya. Mereka berpura-pura bersikap biasa di hadapannya tetapi dibelakang mengejek dan jijik padanya.
Semua pria menganggapnya wanita murahan yang dapat ditiduri kapanpun. Hanya partner bisnis papi yang mau menikah dengannya. Bukankah ia harus merasa bersyukur ada pria yang menjadikannya istri tanpa mempedulikan gunjingan orang-orang? Bukankah ia harus berterima kasih dan menerima lamaran pria itu?
Valen tidak dapat membalas ucapan papinya. Ia menerima kebodohan yang ia buat. Ia terlalu berpikir pendek dan merasa ia tidak akan pernah jatuh cinta. Ia merasa bagaimanapun dirinya pasti keluarganya akan menjualnya pada pria tua sehingga ia merasa bebas melakukan hubungan bebas pada lawan jenis seumurannya.
Hanya pada Gavin, ia memberi pengecualian dengan tidur bersamanya. Itu pun karena ia mengira Gavin lebih tua beberapa tahun darinya saat Gavin menjadi Ryan. Hanya pada Gavin, ia menaruh perasaan yang tidak dapat ia lupakan meskipun ia bersikeras untuk melenyapkannya.
Apa yang harus ia lakukan? Ia tidak ingin balik. Keluarganya sudah menyetujui lamaran pria itu. Begitu ia pulang, mereka akan langsung menikahkannya. Tidak peduli jika ia setuju atau tidak.
Apa ia minta bantuan pada Gavin? Kakek dan papinya menghormati Gavin. Apalagi setelah tahu Gavin lah pemilik perusahaan yang menjadi partner bisnis perusahaan keluarganya.
Tapi bagaimana kalau Gavin menolak? Lagipula hubungan mereka hanya sebatas tidur bersama tidak lebih.
Bagaimana setelah Gavin mendengar ia akan menikah, Gavin berhenti tidur dengannya. Gavin benci perselingkuhan. Mantan istrinya berselingkuh dengan pria lain. Tentu Gavin tidak akan menjadi pria yang berselingkuh dengannya. Lebih baik ia membuang Valen dibandingkan tidur dengannya. Tidak akan pernah menemuinya. Tidak! Ia bisa gila jika tidak ada Gavin.
Suara dering ponsel membuyar lamunan Valen. Ia menatap nomor yang menghubunginya. Sudah kesekian kali ia menolak panggilan telepon papinya. Kali ini ia tidak melakukannya. Ia menerima panggilan telepon papinya.
"Kemana saja kamu?!" Bentak papinya di seberang telepon. "Kamu pikir dengan kabur ke luar negeri, pernikahan kamu akan kami batalkan?!"
"Pi, aku udah bilang kalau aku tidak ingin menikah dengan siapapun selain orang yang aku suka."
"Yang kamu suka? Siapa? Apa ia lebih baik dari Pak Ardan?!" Tidak ada yang cocok di mata papi Valen selain Pak Ardan yang menikah dengan putrinya. Ardan sangat kaya dan hanya ia menerima Valen yang begitu kotor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Envy
RomansaHal yang paling dibenci oleh Nika terlahir miskin. Ia selalu iri pada teman-temannya yang kaya raya terutama Diva Adikara. Diva terlahir di Keluarga nomor satu di kotanya memiliki semua yang diinginkan oleh Nika. Ia berharap mendapatkan semua yang D...