"Aldi!" Panggil Bu Ceni dari luar. Kedatangan Bu Ceni ditunggu Nika. Setelah ini ia bisa lepas dari keluarganya.
"Aku mau siapkan uangnya dulu." Nika masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu. Ia tidak mau melihat Juno yang berbinar menatap tas ransel Nika.
Nika mengeluarkan amplop coklat berisi uang. Menghitung kembali uang selagi Bapak berbicara dengan Bu Ceni. Mengambil kelebihan uang sebesar 5 juta diselipkan Trisha untuknya dan menyimpannya di kantong jaketnya. Mengancing kantongnya supaya tidak terlihat oleh orang lain terutama keluarganya.
Ia berjaga-jaga jika Bu Ceni tidak puas hanya membayar lunas sebesar 100 juta. Mungkin saja rentenir itu meminta uang lebih dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal.
Nika memasukan kembali uang 100 juta ke dalam amplop coklat. Lalu keluar dari kamarnya menemui Bu Ceni yang terdengar tidak sabar di luar sana. Ia meninggalkan tas ransel di kamarnya.
Juno yang mengawasi Nika keluar kamar, langsung keluar dari persembunyiannya. Ia masuk ke dalam kamar Nika dan menutup pintu. Waktunya hanya sedikit sebelum Nika kembali membayar utang ke Bu Ceni.
Nika yang tidak sadar jika ia meninggalkan ranselnya, menghadapi Bu Ceni. "Maaf lama menunggu."
"Mana uangku?" Tanya Bu Ceni sambil melirik amplop tebal di tangan Nika. Ia tidak sudah muak berbasa basi. Ia bahkan menolak duduk saat ditawarkan Bapak untuk menunggu Nika selesai menghitung uang di dalam.
"Silakan duduk dulu, Bu." Tawar Nika mempersilakan Bu Ceni duduk di kursi teras rumah.
Bu Ceni pun duduk sedangkan dua anak buahnya berdiri di belakangnya. Bapak dan Nika pun ikut duduk di kursi. Tidak perlu ditanyakan dimana Ibu berada. Begitu mendengar suara Bu Ceni ia lari masuk ke kamar Juno bersama Juno. Bersembunyi di dalam.
"Sebelum kami bayar, saya minta surat keterangan lunasnya."
Bu Ceni memberi tanda pada anak buahnya meletakan map ke atas meja.
Nika membuka map yang berisi surat yang ia inginkan. Membaca isi surat. Setelah ia merasa semua tidak ada yang salah, ia mengangguk. Hanya saja yang harus tanda tangan Juno sebagai peminjam utang.
"Juno yang harus tanda tangan." Ucap Nika pada Bapak yang juga membaca rangkap surat keterangan lunas utang Juno.
"Bapak akan panggilkan Juno." Bapak meletakan kembali surat ke atas meja. Berdiri dan masuk ke dalam rumah.
"Juno!" Panggil Bapak mengetuk pintu kamar Juno. Ia pasti bersembunyi di dalam!
"Keluar sekarang! Kami perlu tanda tanganmu!"
Juno yang syok dengan apa yang ia temukan di tas ransel Nika terkejut mendengar suara Bapak. Ia kembali merapikan tas Nika dan keluar dari kamar Nika.
"Apa yang kamu lakukan di kamar Nika?" Tanya Bapak yang terkejut dengan kelakuan Juno yang bukannya di kamarnya malah di kamar Nika.
Bapak melirik ke dalam kamar. Begitu melihat tas ransel Nika yang diletakan di atas kasur, Bapak tahu sekarang niat Juno!
Ia memukul kepala Juno. "Awas saja sampai ada yang hilang di tas Nika! Bukannya terima kasih sudah dibantu, malah mau mencuri kamu!"
"Juno tidak ambil apapun. Juno cuma sembunyi di sini." Elak Juno. Ia bahkan mengeluarkan isi kantong celananya yang kosong tanpa ada apapun yang disembunyikan.
Meskipun Juno memperlihatkan jika ia tidak mengambil barang Nika, tetap Bapak tidak percaya. Tetapi ia tidak bisa berlama-lama menginterogasi Juno. Ia khawatir Nika sendirian menghadapi rentenir.
"Cepat keluar sana! Tanda tangan surat keterangan lunas utangmu!" Perintah Bapak yang langsung dituruti Juno.
Begitu Juno keluar melihat anak buah Bu Ceni, lututnya gementar. Ia masih ingat ia dihajar oleh dua orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Envy
RomanceHal yang paling dibenci oleh Nika terlahir miskin. Ia selalu iri pada teman-temannya yang kaya raya terutama Diva Adikara. Diva terlahir di Keluarga nomor satu di kotanya memiliki semua yang diinginkan oleh Nika. Ia berharap mendapatkan semua yang D...