Edrik masuk ke dalam ruang kerja Xander setelah mengetuk pintu. Xander hanya sekilas menatapnya sebelum kembali membaca dokumen di atas mejanya.
"Permisi Pak. Saya ingin melaporkan. Semua berjalan sesuai dengan rencana." Edrik berdiri dengan perasaan cemas. Walaupun ia melaporkan hal yang dapat membuat atasannya senang, tetapi ia harus melaporkan hal yang terpenting menyangkut keselamatan istri dan anak Xander yang menjadi perhatian utamanya.
Xander mengangguk puas. "Terima kasih, Edrik." Mulai sekarang, ia bisa kapanpun melepaskan dirinya dari Perusahaan Bayanaka dan Keluarga Adikara.
"Apa kamu sudah mengurus Mira dan Juno?"
"Sudah, Pak. Sesuai perkiraan, Juno dan Bu Mira menerima tawaran iklan yang diberikan."
Xander tersenyum sinis. Mira dan Juno tentu akan menerima tawaran iklan yang menjadi perangkap untuk mereka. Mereka tidak akan melepaskan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan. Tidak peduli akan resiko yang akan mereka terima nantinya.
Edrik sudah terbiasa menjalankan perintah dari Xander yang dapat menjadi kejam pada orang yang tidak ia sukai. Ia harus memenuhi perintah Xander tanpa ada rasa belas kasihan. Baginya asal pekerjaannya selesai dengan hasil yang memuaskan itu lebih dari cukup.
"Bagaimana dengan informasi yang aku minta?" Tanya Xander yang membuat Edrik gugup. Akhirnya Xander menanyakan yang sangat ia cemaskan.
"Maaf, Pak. Kami belum berhasil mendapatkan informasi yang Bapak inginkan. Kami minta waktu untuk mencari tahu siapa yang bekerja sama dengan Pak Bima, Keluarga Wistara dan Hansa." Jawab Edrik tidak berani menatap langsung pada Xander.
Timnya sangat susah mencari tahu orang yang bekerja sama dengan Bima, Hansa dan Wistara. Orang itu memiliki pengaruh yang sangat kuat sehingga mereka selalu gagal.
"Apa Vernon juga belum menemukan siapa orang itu?" Xander tidak menyalahkan Edrik. Ia tahu orang dibalik Pamannya memiliki kekuatan melebihi Keluarga Adikara. Jika orang itu dibawah adikara, tentu sejak awal Xander ingin tahu siapa orangnya, informasinya akan langsung dilaporkan dalam waktu yang singkat.
"Kami sudah komunikasi dengan asisten pak Hilbert akan tetapi mereka juga belum menemukannya."
Vernon juga belum menemukannya? Pengaruh Vernon begitu kuat di luar negeri. Baginya mendapatkan informasi di negara ini seperti membelah kue pie. Seberapa besar kekuasaan orang itu hingga Vernon juga tidak menemukannya hingga saat ini?
"Bagaimana dengan Bima dan Hansa? Bukankah timmu mengawasi mereka?" Xander memerintahkan Edrik untuk mengawasi pergerakan Bima dan Hansa. Ia yakin mereka pasti akan menghubungi orang itu.
"Mereka menghapus jejaknya begitu bersih sehingga kami tidak dapat melacaknya. Mereka seperti tahu kalau kami mengawasi kemanapun mereka pergi dan siapapun yang mereka temui."
Xander mengetuk jari telunjuknya di atas meja. Ia tahu jika Bima sangat licik. Ia tahu betul Bima lah dibalik penyerangan Bagas dan Diva. Hanya saja baik Bagas dan ia sendiri tidak dapat membalas Bima karena tidak memiliki bukti.
Cara satu-satunya yaitu menemukan dengan siapa Bima bekerja sama. Ia harus segera membereskan orang itu agar Nika dan William tidak menjadi korban berikutnya.
Ding! Xander mendapat notifikasi email masuk di layar komputernya. Ia hanya melihat sekilas tetapi subjek email membuatnya tertarik.
'Mastermind kehancuran Keluarga Adikara'
Xander langsung membuka email yang dikirim oleh orang yang tidak dikenal.
Sebuah foto pria berkulit coklat dengan mata berwarna hitam. Sekilas ia tidak jauh berbeda dengan orang Indonesia. Hanya saja perawakan tubuhnya yang lebih besar yang meyakinkan Xander jika sosok di foto orang asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Envy
RomanceHal yang paling dibenci oleh Nika terlahir miskin. Ia selalu iri pada teman-temannya yang kaya raya terutama Diva Adikara. Diva terlahir di Keluarga nomor satu di kotanya memiliki semua yang diinginkan oleh Nika. Ia berharap mendapatkan semua yang D...