Bab 43

107 17 3
                                    

Bagas tidak akan pernah memaafkan orang-orang yang sudah berani menyakiti cucunya. Orang yang berani merusak nama baik keluarganya dan merusak pernikahan cucu kesayangannya! Ia harus membalas mereka sekaligus memperingati orang yang ingin berniat menghancurkan keluarganya, Adikara!

"Bagaimana?" Tanya Bagas sambil mengusap satu persatu daun bunga kesayangannya. 

"Perusahaan Bayanaka tidak akan melanjutkan kerja sama dengan perusahaan Wistara dan menghentikan kerjasama dengan perusahaan Ardoko." Lapor Gunar berdiri di samping Bagas. Ia terbiasa dengan hobi Bagas merawat seluruh bunga di ruang kerjanya seperti anaknya sendiri setelah kepergian Melati. 

"Hanya itu?" Bagas tidak puas. Ia merasa itu belum cukup.

"Perusahaan Wistara dan Ardoko tidak akan mendapatkan pinjaman uang dari bank manapun."

Bagas tersenyum puas. Ini hanya awal. Ia tidak akan langsung menghancurkan mereka. Ia ingin mereka perlahan merasakannya. Terutama gadis bernama Nadia!

"Permisi, tuan." Seorang pelayan datang. "Pak Aris dan David ingin bertemu dengan tuan."

"Biarkan mereka masuk." Kebetulan sekali ia ingin bicara dengan mereka. Terutama David. 

"Baik, tuan." Pelayan itu keluar melaksanakan perintah Bagas. Meminta penjaga keamanan di pos depan untuk membuka gerbang vila. 

"Gunar, menurutmu apa yang harus dilakukan pada mereka?"

Gunar mencondongkan tubuhnya. Berbisik di dekat telinga Bagas. Bagas tersenyum mendengar informasi dari Gunar. Mendengar ide dari Gunar.

"Bagus. Sangat bagus." Ia akan merusak hubungan ayah dan anak, dua pilar perusahaan Wistara. Tak lama perusahaan itu akan hancur sehebat apapun kakak David berusaha menyelamatkannya. Perusahaan itu hancur dari luar dan dalam. 

"Mari kita temui tamu kita." Bagas berdiri tegap. Ia menatap tongkat hitam mengkilap di pajang dibalik kaca. Tongkat yang biasa ia gunakan untuk memberi pelajaran pada generasi muda keluarga Adikara. Ia ingin sekali membawa tongkat itu dan menghajar David. Sayang, tongkat itu tidak boleh ternoda oleh orang yang tidak pantas.

Bagas sengaja melambatkan langkah kakinya. Ia ingin Aris dan David menunggu lama. 

"Pak Bagas," Aris sangat senang begitu melihat Bagas telah datang. David hanya diam menahan malu karena ia merasa ayahnya tidak memiliki harga diri. 

"Duduk," Perintah Bagas lebih dahulu duduk tanpa menunggu tamunya. "Mau apa kalian kemari?"

"Kami ingin bertanya kenapa Perusahaan Bayanaka tidak melanjutkan kerja sama? Bahkan beberapa project yang akan ditanda tangani dibatalkan." Aris yang merasa ia sudah melakukan apapun yang diminta oleh Bagas. Ini sangat tidak adil!

"Pernikahan Diva dan David batal. Untuk apa Bayanaka bekerja sama dengan kalian?"

"Tapi bukan dari pihak kami yang membatalkan. Walaupun nama keluarga kami juga dirugikan kejadian waktu itu, kami tidak berniat sedikitpun membatalkan pernikahan." Keluh Aris yang merasa mereka sangat dirugikan. Bahkan saat mereka jadi bahan gunjingan, Aris tetap ingin agar Diva dan David menikah. 

"Nama keluarga kalian hancur bukan karena cucuku. Itu karena ulah anakmu." Bagas menatap tajam David yang gugup.

Apa maksud Bagas? Apa Gavin yang memberitahu semuanya padanya? David tidak menunduk tidak berani menatap Bagas.

"David?" Tanya Aris bingung. Ia menatap David yang panik. Apa lagi yang anak ini lakukan?!

"Saya rasa ada salah paham. David begitu mencintai Diva. Ia tidak akan melakukan apapun pada Diva." Aris tahu jika mereka dalam masalah karena David. Akan tetapi ia harus menenangkan Bagas dengan menyangkal apapun yang telah dilakukan oleh anaknya. 

EnvyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang