Bab 36

134 18 1
                                    

Bagas duduk berhadapan dengan Xander. Setelah lama ia tidak ingin melihat Xander kali ini ia terpaksa. Ia memanggil Xander ke vilanya karena ada hal penting yang ia inginkan dari Xander.

"Apa yang ingin daddy bicarakan?" Tanya Xander duduk tanpa ada segan sedkitipun. Ia ingin segera mengakhiri pertemuan dengan ayahnya. 

"Kamu tahu kan dua minggu lagi Diva dan David akan menikah?" 

"Ya," Ia tahu karena kabar itu sudah menyebar. 

"Diva ingin kamu menjadi walinya di pernikahannya."

Xander tertawa sinis. "Wali? Bukannya ada Gavin  yang lebih berhak?" Xander melirik Gavin yang bersandar di pagar pembatas di lantai dua. Ia tersenyum ke arah Xander mendengarkan pembicaraan Bagas dan Xander di bawah.

"Aku sudah bicara dengan Gavin dan ia setuju."

Xander mengangat alis kanannya ke arah Gavin. Mempertanyakan keputusan Gavin. Apa yang ia rencanakan sehingga begitu mudah setuju?

"Tetap aku tidak bisa. Lagipula aku hanya om tirinya."

"Aku tidak meminta pendapatmu! Ini perintah!" Jika bukan karena Diva sedih seharian, ia tidak akan meminta anak durhakanya menjadi wali Diva!

Selain itu ia juga tidak mau dibicarakan orang banyak begitu semua orang melihat Gavin. Sudah cukup gosip yang beredar dan nama baiknya rusak karena pengakuan Gavin. 

Lagipula di hari bahagia Diva nanti orang-orang memaklumi kenapa Xander yang menjadi wali Diva bukan Gavin.

Xander tahu bukan hanya Diva yang menginginkannya tetapi ayahnya juga. Bukan kah ini kesempatan yang baik. 

"Aku tetap tidak mau!"

"Kamu!" Bagas menunjuk Xander lalu memegang dadanya. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya.

"Xander, apa kamu lupa kalau kamu sudah melanggar perjanjian menikah dan memiliki anak sebelum Gavin keluar dari penjara?!  Kamu juga menyetujui keluarga Laksmana yang mengumumkan William sebelum aku melakukannya!"

Bagas mengungkit kesalahan Xander untuk mendapatkan yang ia inginkan. Ia masih marah dengan kesalahan Xander terutama pengumuman William yang sangat fatal dan mencoreng namanya!

"Baik," Xander yang tidak ingin beradu argumen dengan ayahnya "Tapi aku ada satu syarat. Aku ingin tangan Ardika patah karena sudah mengganggu Nika dan William."

Ardika berkilah jika ia hanya ingin bertemu dengan William tidak bermaksud menyakiti ataupun menculik William. Ia bahkan melemparkan kesalahannya pada asistennya yang salah menyuruh preman itu untuk bersikap kasar pada Nika dan William.

Xander yang ingin sekali menghajar Ardika ditahan oleh Kakek Bima. Ia berjanji akan mengajari cucunya untuk menenangkan Xander. Tentu saja hasilnya tidak memuaskan Xander. 

Bima berbohong sudah mematahkan tangan kiri cucunya. Nyatanya, Ardika hanya berpura-pura patah tangan. Bima hanya berani menghajar asisten Ardika sampai masuk rumah sakit. 

Bagas tentu sudah mendengar apa yang dilakukan Ardika. "Baiklah."

Bagas menyanggupi permintaan Xander. Baginya itu masalah yang sangat mudah. Sekaligus memberi adiknya pelajaran agar tidak berani lagi mengganggu anak dan cucunya. Bagaimana pun mengganggu mereka sama saja meremehkan kekuasaannya di Adikara!

"Jangan ingkari janjimu!" 

"Tenang saja. Jika daddy benar-benar mematahkan tangan Ardika, aku akan menepati janjiku." Xander berdiri dan mendongkak menatap Gavin.

"Kamu tidak keberatan aku menjadi wali putrimu lagi?" Tanyanya memancing Gavin yang hanya tersenyum.

Bagas langsung menoleh. Ia tidak sadar jika Gavin mendengarkan percakapannya dengan Xander. Ia pikir Gavin keluar rumah. 

EnvyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang