Valen berusaha untuk tenang. Menekan rasa paniknya. Walaupun pengawal Nika sudah menghubungi Rumah Sakit untuk segera menangani Diva saat mereka tiba, tetap saja Valen khawatir karena darah yang dikeluarkan Diva banyak. Bahkan outernya yang digunakan untuk menekan luka sangat basah.
Sesekali Valen melirik keluar jendela. Berharap mereka cepat sampai ke rumah sakit. Ia tidak menyangka jika harus melihat Diva terluka sangat parah.
Ia memang membenci Diva. Tetapi bukan berarti ia senang menyaksikan Diva hampir meninggal di hadapannya!
Valen menunduk menatap Diva yang pucat pasi. Matanya seakan lelah terhadap dunia. Valen kembali terserang panik.
"Diva, jangan sampai kamu tertidur!"
"Apa aku akan mati?" Matanya terasa sangat berat. Tenaganya lenyap seketika. Ia hanya dapat merasakan rasa sakit begitu kuat.
"Tidak!" Ia tidak akan membiarkan Diva meninggal saat bersamanya!
Suara dering ponsel di tas Valen. Valen menekan luka Diva dengan tangan kirinya. Sedangkan tangannya membuka tas. Mengambil ponsel di dalamnya.
Nika. "Halo," Valen sangat panik. Diva telihat sudah tidak bisa menahan dirinya untuk tetap sadar.
"Dimana Rumah Sakit Diva dibawa?" Tanya Nika diseberang telepon.
"Di Rumah Sakit Bayanaka. Itu rumah sakit terdekat." Valen meminta pengawal Nika untuk segera membawa Diva ke Rumah Sakit Bayanaka. Tidak hanya dekat, tetapi juga Diva akan ditangani dengan ahli medis yang terbaik di Rumah Sakit milik Adikara.
"Aku akan segera menyusulmu." Ucap Nika sebelum menutup sambungan telepon.
Valen bernafas lega setelah melihat ke jendela mobil tinggal beberapa meter sampai ke Rumah Sakit. "Sebentar lagi kita sampai. Bertahanlah."
Tangan kanan Valen masih memegang ponselnya. Ia baru ingat harus menghubungi keluarga Diva. Ia mencari daftar kontak di ponselnya. "Halo, Gavin."
"Ada apa denganmu?" Tanya Gavin begitu mendengar nada suara Valen yang berbeda dari biasanya.
"Diva.. ia terluka. Kamu harus cepat ke rumah sakit Bayanaka!"
Diva terluka?! Gavin berdiri dari kursi kerjanya. Bergegas keluar kamarnya. "Aku akan segera ke sana!"
Begitu Gavin sampai ke lantai bawah, Bagas sudah menerima kabar jika Diva terluka. Bagas yang dapat menerima kabar cucu kesayangannya ditikam, hampir pingsan. Ia duduk di sofa dengan pelayan dan Gunar menenangkannya.
"Gavin!" Panggil Bagas begitu melihat wajah putranya. "Diva.."
"Tenang, daddy. Gavin sudah tahu."
"Antarkan daddy ke rumah sakit sekarang. Daddy ingin bertemu Diva."
Gavin membantu Bagas berdiri. Ia memapah Bagas menuju mobil yang sudah siap untuk mengantarkan tuannya ke Rumah Sakit.
Valen menutup sambungan telepon setelah memberikan kabar pada ayah Diva. Meletakan ponselnya di pangkuannya dan terus menekan luka Diva dengan kedua tangannya.
Valen sangat lega saat melihat mobil masuk ke halaman rumah sakit. Mobil berhenti di depan ruang IGD. Pengawal Nika keluar dari mobil dan membuka pintu. Ia menunduk masuk ke dalam. Mengangkat Diva keluar dengan mengendongnya.
Para staf medis langsung datang dengan membawa brankar. Mereka membantu pengawal Nika membaringkan Diva ke atas brankar. Segera mendorong ke dalam ruangan dengan Valen dan pengawal Nika mengikuti dari belakang. Hanya beda beberapa detik, Nika sampai dan menyusul Valen masuk ke ruang IGD.
KAMU SEDANG MEMBACA
Envy
RomanceHal yang paling dibenci oleh Nika terlahir miskin. Ia selalu iri pada teman-temannya yang kaya raya terutama Diva Adikara. Diva terlahir di Keluarga nomor satu di kotanya memiliki semua yang diinginkan oleh Nika. Ia berharap mendapatkan semua yang D...