Bab 14

146 25 0
                                    

Pupus sudah harapan Nika setelah pulang dari bank. Cek yang ia harapkan bisa membayarkan utang Juno tidak dapat dicairkan.

Nika menatap lembaran cek yang kusut. Kenapa ia sangat bodoh?! Gara-gara emosi, ia melampiaskan amarahnya pada lembaran berharga.

Meremas lembaran itu sampai lecek. Ia kira cek itu tetap bisa digunakan. Ternyata ia salah. Cek itu sudah tidak ada harganya!

"Kamu kenapa?" Tanya Trisha saat masuk ke dalam kamar melihat ekspresi sahabatnya kesal sambil menatap lembaran kertas di hadapannya.

"Ini cek dari siapa?" Tanya Trisha yang sadar kalau itu bukan lembaran kertas biasa. Ingin melihat jelas tanda tangan pemiliknya.

Nika meremas lembaran itu sebelum Trisha melihat nama Xander. Menyembunyikannya dari Trisha.

"Ini punyaku." Jawab Nika yang tidak ingin menjelaskan orang yang memberinya. 

Trisha memutar bola matanya. Tentu saja ia tahu kalau itu milik Nika. "Dari siapa? Coba lihat" Trisha masih penasaran. Ingin merebutnya dari tangan Nika. 

Nika menjauh dan merobek kertas menjadi dua itu sebelum Trisha merebut dari tangannya.

"Kamu segitu rahasia denganku! Kita ini berteman sudah lama!" Protes Trisha akan tindakan Nika yang tidak masuk akal!

"Aku tidak mau bilang. Lagipula cek ini sudah tidak ada artinya." Lagipula cek ini hanya sampah. Tidak ada artinya. 

"Ya, sudah." Trisha mengangkat bahunya tidak peduli. Toh, pasti ia akan tahu juga nanti. Sebaik apapun Nika merahasiakan sesuatu darinya, pasti akan ketahuan juga.

"Ayo makan. Aku ada beli kerang saus tauco kesukaanmu." 

NIka terdiam. Ia merasa bersalah pada Trisha akan kelakuannya tadi. Tapi ia tidak bisa memberitahu Trisha yang sebenarnya. Ia tidak ingin temannya tahu jika ia ada hubungan dengan om - om yang jauh lebih tua dari usia mereka. Terutama om itu papinya Diva. 

"Ayo, cepat. Aku sudah lapar" Desak Trisha sambil keluar kamar.

Nika mengikuti Trisha ke ruang makan. Baru masuk beberapa langkah, bau menyengat menusuk indera penciumannya. Perutnya tidak bisa menerima bau yang begitu kuat.

Nika menutup mulutnya. Berlari ke arah kamar kecil dan muntah.

"Kenapa? Kamu sakit maag? Asam lambung kamu naik?" Tanya Trisha mengejar Nika sampai ke depan pintu kamar kecil. Khawatir akan keadaan Nika yang tiba-tiba saja sakit.

Nika mengibaskan tangannya. Setelah selesai mengeluarkan cairan dalam perutnya, ia berkumur dan keluar dari kamar kecil.

Lagi-lagi bau itu menusuk penciumannya. Ia berlari ke ruang tengah. Trisha kembali mengikutinya dari belakang.

"Ada apa?" Tanya Trisha yang kebingungan begitu masuk ke ruang makan, Nika kembali muntah. 

"Bau. Kenapa kerangnya bau sekali" Mengingat baunya saja sudah membuat Nika merinding dan mual.

"Bau apa? Itu kan seperti bau biasanya. Aku beli baru selesai dimasak."

"Tapi itu bau sekali!" 

"Masa bau? Kamu seperti orang hamil saja." 

Setelah mengucapkan kalimat terlarang itu, Trisha dan Nika saling pandang. 

"Kamu benaran tidak hamil, kan?" Tanya Trisha curiga. Hanya wanita hamil dan orang yang sensitif indra penciuman yang mual mencium bau menyengat. Jelas Nika bukan pilihan yang kedua. Apalagi mereka berdua sama tahu kalau sebulan lalu Nika tidur dengan pria.

EnvyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang