Bab 31

143 22 2
                                    

Pesta yang diadakan di salah satu Ballroom hotel oleh Bagas Adikara sangat meriah. Semua tamu undangan menghadiri pesta dari Keluarga nomor 1. Kehadiran mereja bukan hanya menjalin hubungan baik pada Bagas tetapi juga menambah koneksi dengan orang berpengaruh lainnya. 

Tentu saja bintang utama malam ini Xander Adikara.  Mereka penasaran dengan berita jika Xander sudah menikah dan menyembunyikan pernikahannya selama 3 tahun. Mereka ingin melihat secara langsung wanita yang berhasil menjadi Nyonya Xander, Penerus Kepala Keluarga Adikara selanjutnya. Terutama para wanita pengagum Xander yang sejak dari dulu mengejar Xander. 

Seberapa besar rasa penasaran mereka, tetap mereka harus menekannya. Tidak ada yang berani bertanya pada Xander. Takut jika Xander menandai mereka dan memasukannya dalam daftar hitam.

"Bagas," Panggil Daksa Wijaksono memeluk Bagas terlihat sangat akrab. 

"Selamat datang," Bagas membalas pelukan Daksa dengan tersenyum lebar.  

Mereka terkenal bersahabat walaupun jarak usia mereka jauh berbeda. Bahkan Bagas berharap jika putranya menikah dengan keluarga Wijaksono. Sayang, kedua putranya malah memilih wanita yang salah!

"Kamu masih terlihat gagah." Puji Bagas menatap sahabatnya dengan penuh bangga.

"Hahaha... Terima kasih.  Aku rajin olah raga agar selalu bugar meski usiaku sudah lanjut usia. "

Bagas hanya tersenyum mendengar jawaban  sahabatnya. Ia harus berolahraga agar bisa bugar seperti sahabatnya. 

"Di atas, Pak Ekawira da Wistara sudah berkumpul." Lantai 2 tempat tamu khusus dimana 7 keluarga yang bisa hadir di sana. 

Bagas berbincang dengan Daksa sambil naik tangga. 

"Sayang sekali aku tidak sempat berbicara dengan Pak Bagas" Bisik salah seorang tamu pada istrinya.

"Kita tunggu. Dekat puncak acara biasanya Pak Bagas akan menyapa para tamu."

"Bagaimana jika kamu mencoba bicara dengan Pak Bima dan Ardika." Saran istrinya sambil melirik ke arah Bima dan Ardika yang mengobrol dengan kenalan mereka.

"Aku akan mencobanya." Balas pria itu tidak bersemangat. Ia tidak yakin jika Bima dan Ardika mau mengobrol dengannya. Mereka terkenal lebih sombong dibandingkan Bagas.

Benar saja. Saat pria itu mencoba mendekat, seorang pengawal Bima menghalanginya. Memberi tanda agar menjauhi atasannya. Hanya orang ekslusive yang boleh berbicara dengan atasannya. 

Dengan wajah merah menahan malu dari tatapan semua tamu undangan yang menyaksikannya, ia kembali ke istrinya. 

"Ayo, kita pergi." Bisik pria itu pada istrinya sambil menatap orang-orang menatapnya penuh ejekan. 

"Pergi sekarang? Apa kamu tidak berpikir jernih." Tanya istrinya dengan suara kecil. Ia tidak mau pulang. Ia ingin tetap berada di pesta yang diadakan Adikara. 

"Apa kamu pikir orang-orang akan mau berbicara denganku setelah dipermalukan oleh pengawal Pak Bima?" Geram pria itu dengan suara kecil. "Ayo, cepat!" Ia berjalan lebih dahulu ke arah pintu keluar diikuti istrinya yang terlihat tidak senang akan keputusan suaminya. 

Saat keluar dari ballroom mereka masih beradu mulut dengan suara kecil. Istrinya protes. Ia merasa suaminya terlalu sensitif. Ia yakin bukan hanya suaminya yang akan ditolak oleh keluarga Adikara. Jika saja suaminya bermuka tebal, ia bisa mendapatkan banyak koneksi orang penting malam ini.

Pandangan pria itu jelas berbeda. Orang-orang di dalam sana memang punya pemikiran yang sama dengannya. Tetapi mereka menunggu siapa yang lebih dahulu mencoba berbicara dengan keluarga Adikara. Mereka tidak ingin dipermalukan jika niat mereka ditolak. 

EnvyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang