Bab 50

105 18 3
                                    

Setelah seminggu Diva di Rumah sakit akhirnya ia diizinkan pulang. Vernon memaksa untuk mengantarkannya ke rumah tidak peduli akan penolakan Gavin yang sudah muak dengan Vernon. 

Bukannya takut, Vernon menebalkan wajahnya. Memasukan Diva ke dalam mobilnya begitu Gavin lengah. Gavin yang tidak mau kalah, duduk di kursi belakang samping Diva. Menantang Vernon apa berani mengusirnya. 

Vernon terpaksa duduk di kursi penumpang di depan. Sedangkan Don, asistennya dengan senang hati menumpang di mobil yang diperuntukan untuk Diva. Ia akhirnya dapat menjauh dari pertikaian bos dan Gavin.

"Daddy," Panggil Diva ragu-ragu begitu mesin mobil menyala. "Apa aku boleh bertemu dengan Nadia sekarang?" Tanya Diva meminta persetujuan dari Gavin. Ia sangat ingin bertemu dengan Nadia. 

Diva tidak bodoh. Ia merasakan suasana tegang di tengah keluarganya. Ia yakin ada sesuatu yang terjadi hingga kakeknya jarang menjenguknya dan tidak menjemputnya.

"Tidak boleh. Kamu harus beristirahat di rumah. Lukamu masih belum sembuh." Tolak Gavin tegas. Ia tidak ingin Diva bertemu dengan Nadia yang kondisinya masih belum stabil sampai saat ini.

"Tapi daddy aku sangat ingin bertemu dengannya. Ia pasti tahu siapa yang ingin mencelakakanku."

Ucapan Diva mengejutkan Gavin. Darimana Diva tahu jika ada orang yang ingin mencelakakannya? Ia menatap tajam pada Vernon yang duduk di kursi depan. Vernon yang melirik kaca depan mengangkat kedua tangannya. Memberi tanda jika ia tidak memberitahu Diva.

"Tidak ada yang memberitahuku." Diva tahu Gavin ingin terus menyimpan rahasia padanya. Akan tetapi ia bukan anak kecil harus selalu dilindungi!

"Daddy, Diva yakin bisa mendapatkan informasi dari Nadia. Diva sangat mengenalnya. Jadi, beri Diva kesempatan untuk bertemu dengannya. Hanya beberapa menit." Pinta Diva menggoyahkan pendirian Gavin.

Selama pemeriksaan sampai sekarang, Nadia terus bungkam dan meracau. Polisi tidak dapat keterangan dari mulut Nadia. Mungkin dengan adanya Diva, Nadia akan membuka mulutnya dan memberitahu siapa yang menyuruhnya. 

"Baik. Tapi kamu harus didampingi oleh daddy." 

"Iya, daddy." Diva senang permintaannya dipenuhi oleh Gavin. Sekarang ia dapat membantu daddy dan kakeknya mencari tahu orang yang sangat ingin menghancurkan keluarga mereka. 

Setelah kurang dari 30 menit perjalanan, mereka tiba di kantor kepolisian. Diva keluar dibantu oleh Vernon yang lebih dahulu menggendongnya seperti tuan putri. Gavin yang terlambat hanya mendengus. Meminta seorang pengawal menyiapkan kursi roda untuk Diva. 

Gavin lebih dahulu mendorong kursi roda begitu Vernon meletakan Diva di atas kursi. Ia hanya terlambat beberapa detik. Ia yakin memiliki kesempatan memonopoli Diva seperti di Rumah Sakit. 

Salah seorang pengawal Gavin ikut masuk ke dalam kantor polisi dengan Don. Sedangkan supir dan pengawal yang lain berjaga di mobil. Begitu di dalam, pengawal Gavin memberitahu tujuan kedatangan mereka. 

Staf polisi yang mengenal Gavin langsung menyetujui rencana Diva yang ingin bertemu dengan Nadia. Mereka tidak memiliki pilihan lain. Mereka berharap Diva berhasil mengorek keterangan yang mereka inginkan dari Nadia. Tentu dengan penjagaan yang sangat ketat. Khawatir jika penyakit Nadia kambuh dan menyerang Diva.

Diva dan Gavin duduk di ruang interogasi yang disiapkan oleh staf polisi. Ketua polisi dan anggota tim yang menangani Diva mengamati di balik kaca bersama Vernon. Sedangkan Don, pengawal Gavin dan beberapa anggota kepolisian berjaga di depan pintu. 

Seorang polisi membawa Nadia ke dalam ruangan. Ia berdiri di belakang Nadia. Bersikap siaga jika Nadia mengamuk. 

"Kamu masih hidup?" Nadia menatap Diva penuh kebencian. Ia tidak menyangka jika Diva masih hidup setelah ia menusuknya. 

EnvyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang