4. Orang tua

440 100 66
                                    

Happy reading
.
.
.

"Dunia ini penuh omong kosong"

- Dharma

*****

Garvi baru saja tiba di depan gerbang rumahnya. Ia memasuki halaman rumah bernuansa megah saat gerbang telah dibuka oleh satpam yang berjaga di depan sana.

Garvi memarkirkan motor sport warna biru miliknya. Kemudian berjalan menuju pintu lalu membukanya secara perlahan.

Cklek

BUGH

"Akhh!"

Baru saja ia membuka pintu pukulan yang begitu keras menghantam rahang kanan miliknya membuat Garvi tersungkur jatuh ke belakang.

"DARIMANA SAJA KAMU?!" bentak Geo di depan wajah Garvi.

Garvi diam tak sanggup membuka suara, rahangnya terasa nyeri dan berdenyut saking keras pukulan yang dilayangkan Geo kepadanya. "JAWAB! BISU KAMU?!"

Garvi menunduk, masih diam untuk menetralkan rasa sakit di rahangnya membuat Geo naik pitam. "JAWAB!"

Garvi sebenarnya ingin menjawab, namun seperti tidak diberikan kesempatan karena rahangnya terasa begitu sakit.

Geo menarik rambut Garvi membuat pandangan antara mata tajam Geo yang penuh dengan amarah bertatapan dengan mata merah dan setengah sayu milik Garvi terjadi.

Geo menatap Garvi tajam dan cengkraman pada rambut Garvi semakin ia buat erat membuat Garvi meringis meminta untuk dilepaskan.

"L-lepas, sakit.." pintanya dengan suara terputus putus sambil berusaha membuka cengkraman tangan Geo yang begitu erat.

Tanpa memedulikan ucapan Garvi, Geo terkekeh kemudian langsung menghempas cengkraman tangannya dari rambut Garvi.

"KALO DITANYA ITU JAWAB!" bentak Geo setelah melepas cengkraman.

"Shh Garvi keluar sama tem-"

PLAK

Belum menyelesaikan ucapan lagi lagi tamparan keras mengenai pipi kirinya, Garvi meringis sebab kini rasa sakit bertambah dua kali lipat.

"MAIN SAJA YANG KAMU TAHU DASAR ANAK GAK GUNA ENYAH KAMU DARI SINI!" sembur Geo penuh amarah yang begitu besar, darahnya terasa panas dan mengalir deras di dalam sana.

"Kamu itu, gak berguna" bisik Geo sebelum mendorong keras kepala Garvi kemudian pergi meninggalkan anak semata wayangnya itu yang tengah mati matian menahan buliran yang ingin jatuh.

Namun tak sanggup, Garvi lebih memilih untuk mengeluarkan buliran bening itu tanpa suara. Ia tidak menangis karena pukulan tadi, namun ia menangis karena sakit hati.

Ucapan Geo sangat menyakiti dirinya,
rasanya sebuah luka besar dan dalam tertinggal di dalam hatinya. Garvi tidak masalah jika harus dipukul, asalkan jangan ucapkan hal yang membuatnya sakit hati seperti tadi.

Ia benci hal itu.

*****

Kenzie baru selesai melaksanakan shalat Maghrib dan ingin keluar kamar untuk mengambil air minum di dapur. Baru saja menyentuh gagang pintu, ia sudah bisa mendengar suara orangtuanya bertengkar di bawah sana.

Tidak hanya suara teriakan dan makian yang terdengar, namun suara bantingan benda keras berpadu menjadi sebuah alunan musik di telinganya juga bisa Kenzie dengar.

Tujuh⁷ Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang