Happy reading
.
.
.Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas, dan lomba masih berlangsung. Saat ini, para murid diberi waktu istirahat sebentar sebelum lomba selanjutnya dimulai kembali.
Terdapat lima mata lomba yang telah diadakan tadi. Seperti tarik tambang, cerdas cermat, lari karung, makan kerupuk, dan memasukkan paku ke dalam botol, dan lomba selanjutnya entah apa itu tidak ada yang tahu.
Tujuh orang laki laki tadi, berada di kantin untuk mengisi perut mereka. Sedangkan Bu Rety pulang ke rumah sebentar, dan akan datang jika lomba sudah dimulai kembali.
"Keren banget lo" ucap Harsa pada Najandra, ia sangat tidak percaya jika Najandra secepat itu untuk menghitung.
Najandra tersenyum malu. "Biasa aja kok" balasnya sambil cekikikan sendiri.
Kenzie melirik. "Lo beruntung, lah gue? Perkalian aja gue gak hafal" ungkapnya dengan jujur dan penuh kesadaran.
Raditya menepuk bahu Kenzie. "Belajar" ucapnya. Bagaimana cara Kenzie bisa? Belajar saja ia tidak pernah, membuka buku juga tidak pernah, ia hanya membuka buku untuk menggambar pistol.
"Garvi, lo ikut taekwondo kan?" Tanya Dharma, pertanyaan itu langsung membuat Garvi teringat dengan ekskul yang pernah ia ikuti.
Garvi mengangguk. "Ikut, mau gue ajar gak?" Tanyanya serius, ia ingin membagi sedikit kemampuan yang ia bisa pada sahabat sahabatnya.
"Gue mau" jawab Raditya.
"Boleh deh, gue mau mukul Natta nanti" ujar Nares yang masih menyimpan banyak dendam pada adiknya itu.
Semuanya menertawakan Nares, tapi yang ditertawakan tidak peduli. "Gue juga deh" ucap Najandra ikut setuju dengan ajakan Garvi yang ingin mengajar mereka.
"Berarti semua kita ikut" ucap Harsa.
Garvi mengangguk. "Besok kalo gue punya waktu, oke?" Garvi berkata demikian, karena tidak mungkin ia mengajar mereka di rumahnya, ada Geo di sana.
Enam orang laki laki itu mengangguk mengerti.
Mereka kemudian lanjut mengisi perut, tidak lupa sambil mengobrol dan bercanda. Tidak lama kemudian, terdengar suara mikrofon yang sedang diuji coba.
"Tes tes, satu.. dua.. tiga.. dicoba.."
Setelah dirasa mikrofon tersebut sudah berfungsi, seseorang yang memegang mikrofon tadi berdehem sebentar.
"Baik, para hadirin. Lomba masih belum berakhir, jangan pulang dulu, karena lomba kali ini akan lebih seru"
"Lomba yang diadakan kali ini, adalah lomba tradisional"
Tujuh orang laki laki yang mendengar pengumuman tadi terdiam dan saling tatap menatap, itu adalah suara Pak Candra.
"Lomba tradisional?" Beo Dharma.
Tanpa berpikir panjang, mereka langsung bangkit dari duduk sampai suara kursi yang bergeser secara tiba tiba membuat Mas Dadi kaget. "Mas, ini bayarnya!" Jerit Garvi meninggalkan uang bayar bakso mereka semua di atas meja.
"Aduh gusti.. kaget aku" ucap Mas Dadi sambil mengelus dadanya.
Tujuh orang laki laki itu berlari secara tergesa gesa dari kantin sekolah menuju lapangan, dan ketika mereka sampai, segerombolan para siswa dan siswi sudah berada di lapangan, juga para warga yang masih setia berada di sana. Pak Candra berdiri di tengah lapangan sambil berbicara lewat mikrofon yang ia pegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh⁷ Bintang
Teen FictionDilarang keras plagiat! •|All Enhypen members|• Kisah ini menceritakan tentang persahabatan tujuh orang laki-laki yang dipertemukan pada jenjang masa SMA, sifat mereka lucu dan terbilang receh. Tapi di balik semua itu terdapat luka yang tersimpan ra...