52. Musibah

276 43 10
                                    

Happy reading
.
.
.

Kecepatan motor Raditya semakin bertambah ketika memasuki jalan raya yang sudah terisi padat oleh kendaraan. Ia berbelok bahkan menyalip beberapa kendaraan dengan kecepatan yang membuat orang lain terkejut.

Banyak pengendara yang menegurnya supaya berhati hati saat berkendara, akan tetapi Raditya tidak mendengar nasihat itu. Ia merasa panik, bahkan lampu merah yang mengharuskan pengendara untuk berhenti ia terobos.

Tit tit tit!

Tiiiiitt!

Tit!

"HEI HATI HATI"

"APA KAU INGIN DITABRAK?!"

"DASAR ANAK NAKAL"

"LAIN KALI HATI HATI"

Berbagai omelan dan suara klakson pengendara bersahutan di jalan raya untuk menegurnya. Namun tetap sama saja, Raditya tetap tidak mau mendengarkan mereka.

Sampai pada akhirnya ia berbelok ke arah kanan, dan berhenti di depan gerbang berwarna putih. Tanpa memasukkan motornya, ia turun dan meninggalkan motor tersebut di depan gerbang dan berlari masuk ke dalam pelataran rumah.

Ia berlari, akan tetapi langkahnya seketika berhenti. Di mana mata Raditya menangkap belasan polisi berada di depan rumahnya, juga terdapat garis polisi berwarna kuning mengelilingi rumah. Para warga juga banyak berada di pelataran rumah tersebut.

"Apa ini?" gumam Raditya bingung. Di berbagai arah terdapat polisi yang tengah berjaga dengan memakai seragam juga dengan tampilan kekar serta tinggi badan yang benar benar tinggi.

Di tengah kebingungan, salah satu polisi keluar dari kerumunan kelompok yang ada di depan rumah, mendekat ke arahnya. "Kamu Raditya?" tanya polisi itu.

Raditya tidak menjawab, ia berjalan mundur dengan mata yang mulai memanas. Isi pikirannya kacau, hati yang tidak karuan, dadanya terasa sesak. Ada apa ini? Apa yang terjadi?

"I-ini.. ada apa? Kenapa kalian di sini?"

Polisi itu berjalan mendekati Raditya yang semakin mundur. "Nak, dengar dulu"

Raditya menggeleng. "Di mana Mama?" tanyanya kini tertuju pada Arsyla.

Polisi yang berada di hadapan Raditya mencoba untuk menjawab, akan tetapi tertahan karena Raditya lebih dulu berteriak memanggil manggil Arsyla.

"Mama!"

"Mama?!"

"Mama di mana?!"

Raditya menjerit jerit memanggil Arsyla, celingukan ke berbagai arah untuk mencari sosok yang ia cari. Bahkan suara Raditya mengundang perhatian para polisi yang sibuk berjaga di depan rumah.

"Itu remaja yang dimaksud?"

"Mungkin saja iya"

"Anak itu terlihat masih muda"

"Lihat saja seragamnya masih SMA"

"Oh astaga.."

Beberapa polisi yang berjaga itu berbisik bisik setelah melihat Raditya yang tengah berteriak dengan salah satu anggota yang merupakan ketua mereka, tengah mencoba menenangkan laki laki itu.

Tujuh⁷ Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang