19. Hilang

460 64 1
                                    

Happy reading
.
.
.

Waktu berjalan dengan waktu yang juga ikut berputar, hari demi hari berganti. Siang berganti dengan malam, kemudian malam berganti siang, begitulah seterusnya. Sekolah berjalan seperti hari-hari biasanya, para murid yang sudah muak untuk datang ke sekolah mengeluh kesal. Namun berbeda dengan empat orang laki-laki yang sudah was-was karena tiga sahabat mereka sudah hilang selama seminggu.

Bel istirahat sudah berbunyi, Dharma dan Najandra pergi menuju kelas Garvi dan Raditya untuk membicarakan tentang trio onar yang tidak pernah masuk sejak satu minggu lalu.

"Ini gimana? Mereka kemana?" tanya Raditya panik bercampur gelisah.

Garvi dan Dharma juga sama gelisah nya dengan Raditya, entah ke mana mereka bertiga selama ini, tidak ada yang tahu. Najandra masih berusaha keras untuk menelepon nomor tiga orang itu secara bergilir, akan tetapi tidak membuahkan hasil sama sekali.

Tut.. tut.. tut..

"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi"

Memanggil...

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif"

Suara itu terus saja terdengar berulang kali dari ponsel Najandra, membuat pikiran mereka semakin tak karuan. "Mereka kemana sih!?" kesal Najandra ingin membanting ponsel. Ia geram, tiga orang yang terus-menerus ia telepon tidak pernah mengangkat panggilan.

"Berarti mereka udah alpa seminggu?" tanya Garvi baru sadar dan membuat sebuah pertanyaan muncul di kepalanya.

Najandra menggeleng. "Udah gue bilang izin ke guru" jelasnya.

Tiga orang di hadapan Najandra menghela napas lega, syukurlah jika sudah diberi izin. Jika tidak, bisa saja tiga orang itu akan dicari dan kena skors.

"Bang, ini gimana?" bisik Raditya di telinga kanan Dharma yang ada di sebelahnya.

Dharma tidak langsung menjawab, ia terlihat berpikir keras untuk mencari jalan keluar dan menemukan tiga orang tersebut.

Beberapa saat berpikir, muncul sebuah ide yang tercantum di dalam otaknya. "Gimana kalo kita ke rumah mereka?" usul Dharma menemukan sebuah rencana dan telah ia pikirkan matang-matang.

Wajah Najandra dan dua orang lainnya nampak sedikit tidak setuju. "Tapi orang tua mereka gimana?" Najandra bertanya karena ini adalah cara yang menurutnya agak sulit.

"Jangan pikirin itu, kita cuma nanya aja" jawab Dharma mencoba meyakinkan mereka bertiga yang masih terlihat berpikir keras untuk memilih setuju atau tidak.

"Ayo.. daripada mereka hilang gini" ucap Dharma lagi tetap berusaha untuk meyakinkan tiga orang yang masih berpikir.

"Yaudah ayo deh" Raditya setuju dengan usulan yang diajukan oleh Dharma dikarenakan tidak ada pilihan lain, daripada mereka seperti ini.

"Gue juga" sahut Garvi ikut setuju.

Kini giliran Najandra yang belum membuka suara karena masih ragu untuk mengambil keputusan seperti ini. Ini memang rencana yang terdengar biasa, akan tetapi ia juga takut dengan sikap seperti apa orang tua mereka nantinya. Apakah peduli, atau sebaliknya.

Tujuh⁷ Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang