Happy reading
.
.
.Malam hari pukul tujuh.
Najandra berada di ruang tamu tengah menonton televisi. Mata Najandra memang fokus menonton ke arah layar, akan tetapi isi kepala Najandra tidak ada di sana. Melainkan sudah bercabang cabang entah ke mana.
Jujur saja, kepala Najandra terasa berat karena terus memikirkan kondisi Harsa. Pikirannya seperti benang kusut, sulit diatur. Ia merasa hidupnya sangat tidak tenang, Najandra ingin mencari keberadaan Harsa lagi, akan tetapi ia tidak tahu harus ke mana.
Sampai terdengar suara langkah kaki yang turun dari tangga secara tergesa gesa membuat perhatian Najandra langsung teralihkan, dan ternyata itu adalah Narika.
"Jandra, Mama mau pergi bentar ya" ucap Narika pamit dan berjalan melewati ruang tamu secara tergesa gesa.
Najandra tidak menjawab, ia bangun dari tempat duduknya lalu memanggil Narika. "Mama" panggilnya membuat langkah Narika terhenti.
Narika diam sejenak, sepertinya Najandra akan terus bertanya seperti hari hari sebelumnya, Narika kemudian membalik badan. "Kenapa? Jandra mau sesuatu?" tanya Narika sengaja supaya Najandra tidak bertanya tentang Harsa.
"Mama mau ke mana?" tanya Najandra dengan nada yang begitu datar.
Narika terdiam menatap Najandra kaget, baru pertama kali ini putra satu satunya itu menatap dirinya seperti menahan rasa kesal, dan suara yang setiap harinya selalu lembut serta girang kini berubah menjadi suara datar.
"Mama mau ke kantor" jawab Narika dengan ekspresi yang ia buat sebiasa mungkin.
Najandra menaikkan sebelah alis. "Kantor? Kantor Mama libur hari kamis" ucapnya kini sudah sangat tidak tahan dengan semua ini.
Setiap hari Narika selalu pergi, dan ketika Najandra bertanya tentang Harsa, Narika selalu berusaha menghindar.
Narika mematung, ucapan Najandra benar. Ia benar benar lupa jika kantor pada hari kamis libur. "Mama ada urusan penting, Jandra" ucap Narika kembali memberi alasan.
"Urusan apa? Kasih tau"
"Urusan penting di kantor"
"Kantor Mama libur, ngapain ke sana?"
"Mama ada rapat nak..."
"Jandra gak percaya"
Najandra berkata demikian, ia merasa begitu emosi. Ia menatap Narika nanar, entah kenapa dirinya juga merasa sakit hati.
"Mama gak ke kantor, iya kan?"
Narika menggeleng. "B-bukan gitu-"
"Bohong! Mama bohong!"
Narika terdiam, Najandra terlihat marah. Bisa ia lihat kedua tangan kekar anaknya mengepal bersama deru napas terdengar memberat dan tidak terkendali.
"Mama pasti tau Harsa di mana. Cuma, Mama gak mau kasih tau Jandra!"
Cukup sudah, emosinya sudah berada di ujung tanduk. Sejak beberapa hari yang lalu ia bertanya Harsa ada di mana, akan tetapi Narika terlihat menyembunyikan sesuatu dan selalu menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan, membuat Najandra merasa curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh⁷ Bintang
Teen FictionDilarang keras plagiat! •|All Enhypen members|• Kisah ini menceritakan tentang persahabatan tujuh orang laki-laki yang dipertemukan pada jenjang masa SMA, sifat mereka lucu dan terbilang receh. Tapi di balik semua itu terdapat luka yang tersimpan ra...