15. Dunia kita berbeda

399 71 3
                                    

Happy reading
.
.
.

"Rumah dengan seluruh rasa sakitnya dan dunia yang berbeda dengan segala luka di dalamnya"

- Tujuh⁷ Bintang

***

BRAK! BRAK! BRAK!

Nares dengan sebuah luka yang terdapat pada lengan kirinya duduk meringkuk di pojok kamar. Meratapi kejadian yang terjadi pada hari ini, buliran air berbentuk sungai mengalir mendengar umpatan serta cacian yang dilontarkan untuk dirinya.

"BODOH!"

"KAMU ANAK YANG GAK GUNA!"

BRAK! BRAK!

Jordan menggedor-gedor pintu yang Nares kunci dengan sekuat tenaga bersama teriakan berupa umpatan ia layangkan, sampai-sampai urat yang berada di lehernya terlihat.

"KAMU GAK PERNAH BECUS! KAMU SELALU MENGECEWAKAN SAYA! LIHAT NATTA, COBA SEKALI SAJA KAMU SEPERTI DIA!"

Kedua mata semakin memanas serta bahu yang juga ikut bergetar hebat. Bisakah untuk sekali saja, Jordan tidak membedakan dirinya dengan Natta?

Nares memejamkan kedua mata bersamaan dengan buliran air yang mengalir kembali, telinga yang ia gunakan untuk mendengar ia tutup dengan serapat mungkin.

"LEBIH BAIK SAYA PUNYA SATU ANAK SAJA, DARIPADA SAYA PUNYA ANAK SEPERTI KAMU!"

Ucapan yang begitu menusuk langsung membelah hati rapuh dari jiwa remaja malang ini. Kata-kata kasar penuh cacian semakin menyerbu dirinya.

"Gue bukan Natta.."

Dada terasa sesak, Nares semakin meringkuk, jiwa yang ada dalam dirinya semakin rapuh. Bahu bergetar hebat dengan isak tangis yang ia tahan sekuat tenaga. 

Nares memejamkan mata seerat mungkin, menutup kedua telinga untuk menghindari kata-kata menyakitkan itu.

"DASAR ANAK SIALAN!"

"Ibu..." lirihnya semakin merasakan sebuah kesedihan yang amat begitu dalam.

*****

Geo berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan menyilang di depan dada. Pandangan lurus bersama mata tajam miliknya menatap Garvi yang tengah memarkirkan motor.

Garvi yang sadar dengan tingkah Geo berkeringat dingin. Ia meneguk ludah kemudian mulai berjalan mendekat untuk memasuki rumah bernuansa mewah itu.

Dan, tibalah di saat dua orang berbeda usia itu berdiri berhadapan. Mata tajam berlawanan dengan mata yang penuh ketakutan.

"Garvi mau masuk" pinta Garvi ingin sekali segera berlari masuk dan bersembunyi agar lolos dari Geo.

"Rapor" ucap Geo langsung menagih sambil mengulurkan tangan, ia tidak mengizinkan Garvi untuk masuk.

Garvi menggeleng. "A-anu.." ucapnya dengan nada rendah. Nyali yang sempat hilang tadi kini benar-benar hilang lenyap dihempas ketakutan.

"Cepet! Mana?!" tagih Geo dengan tidak sabaran, ingin sekali mengambil paksa rapor yang Garvi sembunyikan.

Garvi dengan keringat dingin kemudian membuka tas lalu mengambil rapor miliknya, dan ia serahkan kepada Geo dengan tangan gemetar.

Tujuh⁷ Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang