49. Cita cita dan orang tua

243 38 0
                                    

Sedikit pengumuman!

Hai semua, ini al. Tumben gini al nulis di awal chapter, hehe.. soalnya al mau kasih tau sesuatu nih. Buat kalian yang udah baca, vote, atau komen, terima kasih banyak yaa.. al seneng tau, meski gak seberapa.

Sebelum masuk ke cerita, al mau kasih nama panggilan buat kalian, boleh kan? Sekarang al panggil kalian "alders". Gimana? Bagus kan? Al yang buat sendiri nihh, buat pembaca cerita al, makasih yaa, makasih banyaakk

Semoga alders bisa baca dan betah sampe end yaa.. dadahh

Happy reading
.
.
.

"Pantes kayak lem china" kata Najandra.

Raditya dan Garvi hanya tersenyum kecil, sedikit malu. Tapi itu memang benar adanya, mereka berdua sangat lengket dan tidak bisa terpisah seperti lem.

"Cerita apa lagi nih?" ucap Nares.

Mereka diam sejenak, untuk mencari topik yang bagus dan menarik untuk dibahas. Beberapa saat, Kenzie menepuk tangan ketika sebuah pikiran terlintas di benaknya.

"Cita cita!" usulnya.

Kenzie terlihat bersemangat, dan enam orang itu mengiyakan usulan Kenzie, daripada mereka bersedih, bukankah membicarakan tentang masa depan itu lebih baik?

Kenzie dengan semangat tingkat tinggi mulai menunjuk mereka satu persatu sambil bertanya apa cita cita mereka nantinya.

"Cita cita lo apa?" Dharma adalah orang pertama yang Kenzie beri pertanyaan.

"Pengacara" jawabnya dengan senyum yang merekah bak bunga yang bermekaran.

"Nyengir juga lo" kata Nares sambil tertawa.

Dharma tidak menjawab, ia hanya tersenyum. Senyuman yang semakin mengembang, bagaimana tidak? Cita cita yang ia sebut adalah sebuah impian yang sudah ia angankan dari kecil.

"Nyengir aja sampe gigi lo kering" celetuk Najandra membuat suasana sedikit receh.

"Oke, Jandra. Cita cita lo apa?" tanya Kenzie mengoper pertanyaan.

"Gue mah mau jadi psikolog" jawab Najandra.

"Besok kalo beban hidup lo kebanyakan, bisa cerita ke gue" jelas Najandra membuat tawa keluar secara serempak.

"Beban pas masih muda aja udah gini Jan.." jawab Harsa.

Kenzie berdecak. "Suutt.. gausah sedih, sekarang waktunya kita happy" ungkapnya.

Suasana di antara mereka bertujuh senyap, dan Kenzie mengajukan pertanyaan berikutnya kepada Raditya.

"Gue sama Garvi mau jadi TNI" ungkap Raditya. Saking akrab dan sering bersama sampai sampai mereka memiliki cita cita yang sama.

"TNI angkatan apa?" Dharma bertanya.

"Laut!" jawab Garvi dan Raditya serempak. Dan lihatlah, semuanya sama. Cita cita dan cara mereka berbicara sangat mirip.

Pertanyaan yang sama selanjutnya dioper kepada Nares dan Harsa, dan lagi lagi dengan serempak kedua laki laki itu menjawab semangat pertanyaan Kenzie.

Tujuh⁷ Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang