51. Cemas

307 41 10
                                    

Happy reading
.
.
.

Tidak terasa waktu berjalan dengan begitu cepat, hari pertama mereka berkemah hanya terasa seperti satu jam saja. Dan kini tiga hari mereka berkemah terasa seperti satu hari, waktu yang sangat singkat sudah berlalu. Sekolah yang semula diliburkan selama tiga hari kini sudah dibuka kembali.

Para murid mengeluh kesal, waktu liburan terasa begitu singkat. Mereka tidak puas karena merasa waktu libur kurang, hanya tiga hari saja. Tapi meskipun begitu, mereka tetap datang ke sekolah.

Pukul 06.53 pagi, sekolah sudah mulai terisi dan padat dengan kedatangan para murid yang sudah siap menimba ilmu. Pandangan seluruh siswa dan siswi di lapangan tertuju pada tiga orang yang tengah berkejaran.

Terdiri dari satu orang guru, dan dua orang murid laki laki. Siapa lagi jika bukan Pak Reno dan dua murid nakal yaitu Garvi dan Raditya. Dua orang murid ini pagi pagi sudah membuat seorang Pak Reno mengejar mereka sambil memegang sapu lidi.

"Raditya! Garvi! Sini kalian!" jerit Pak Reno tetap mengejar ngejar dua anak nakal ini dengan bantuan sapu lidi yang sudah siap menebas mereka.

"Pak, maaf gak sengaja!" jawab Raditya sambil berlari.

Murid murid yang melihat kejadian ini geleng geleng kepala. Garvi dan Raditya berlari ke sana kemari di tengah lapangan berusaha menyelamatkan diri dari Pak Reno. Dan Pak Reno menjerit jerit memanggil dua laki laki itu.

Pemandangan pagi yang sangat indah.

Alasan mereka dikejar oleh Pak Reno karena saat mereka sampai di sekolah, Raditya dan Garvi kumat tantrum berlarian seperti biasanya. Dan karena asik berlari dan tertawa mereka tidak melihat bak sampah yang sudah terisi penuh. Di mana akhirnya mereka menabrak bak sampah itu sampai semua isinya jatuh berserakan.

Dan, itu adalah sampah yang sudah dikumpulkan oleh Pak Reno. Apalagi jumlah bak sampah itu bukan satu, melainkan tiga bak sampah jatuh berserakan karena tertabrak Garvi dan Raditya.

"Raditya Garvi!" jerit Pak Reno lagi dengan usaha melangkah dengan selebar mungkin sampai akhirnya ia berhasil menarik tas Garvi dan Raditya bersamaan.

"Aduh Pak, maaf!" pinta Garvi dengan napas yang tidak beraturan sekaligus dengan jantung yang berdetak kencang.

Pak Reno tidak menjawab, ia menjewer telinga dua anak muridnya ini. "Kalian nakal sekali!" ucapnya sambil menjewer telinga dua murid laki laki ini dengan begitu keras, rasanya seperti ingin lepas dari tempatnya.

"Ya Allah.. Pak, maaf kita gak sengaja" pinta Raditya memelas. Ia tidak bisa berbuat apa apa, yang dirinya rasakan hanyalah rasa sakit yang terdapat di telinga kanannya.

"Jangan minta maaf, bersihkan sampah itu!" ucap Pak Reno akhirnya melepas jeweran.

Garvi dan Raditya langsung mengusap usap telinga mereka yang terasa panas. Mendengar perintah tadi juga membuat Garvi dan Raditya tidak berani membantah. Dengan segera mereka berdua berlari berbalik arah menuju lorong di mana sampah tersebut berserakan untuk mereka bersihkan.

Pak Reno melihat kepergian dua orang nakal itu, ia menghela napas sambil menutup mata dan memijat pangkal hidungnya. "Nakal sekali" gumam Pak Reno lelah.

Jauh di atas bangunan, tepatnya di rooftop. Empat orang laki laki yang terdiri dari Kenzie, Nares, Najandra, dan Dharma. Mereka berada di atas sana dengan pikiran yang kacau dan berantakan.

Tujuh⁷ Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang