39. Kecelakaan

438 36 0
                                    

Happy reading
.
.
.

Setelah acara panjat pinang, lomba sudah berakhir untuk hari ini. Lalu lomba berikutnya akan kembali diadakan keesokan harinya. Tujuh orang laki laki yang badannya penuh dengan oli kini sudah bersih setelah diguyur dengan air, meski ada sedikit rasa licin pada tubuh mereka. "Gila, badan gue panas" ucap Nares.

"Lah gue gatel" sahut Dharma sambil menggaruk garuk badannya.

"Gue juga" imbuh Najandra.

Dharma melihat kulitnya yang tampak memerah. "Merah banget anjir" ucapnya sambil menunjukkan lengannya yang tampak memerah seperti habis dicubit.

"Mungkin setan yang cubit" jawab Raditya menebak, ia juga sadar jika lengan Dharma memerah seperti bekas cubitan.

Dharma memiringkan kepalanya. "Iya juga kali ya?" Ucapnya percaya.

Nares melirik Raditya dan Dharma. "Gausah bahas setan ih" pintanya karena ia tiba tiba merinding, padahal masih siang.

Dharma dan Raditya tidak bisa menahan tawa, melihat Nares yang terlihat sedikit ketakutan.

Sedangkan Harsa tengah mencari keberadaan Bu Rety yang sempat ia lihat tadi. "Bu Rety mana?" Gumamnya sambil melihat sekeliling lapangan bola tersebut.

Keadaan di lapangan bola masih ramai, terdapat siswa dan siswi maupun para warga yang masih duduk bersantai di sana, atau mungkin membeli makanan di pedagang kaki lima. "Itu tuh" tunjuk Kenzie melihat Bu Rety dari kejauhan dan sedang berjalan mendekat ke arah mereka.

"Ibuu" sapa Raditya ketika Bu Rety sampai di hadapan mereka.

Bu Rety tersenyum lembut dan memberi mereka air minum yang ia bawa menggunakan kantong plastik. "Hebat" pujinya penuh senyuman.

Mereka hanya tersenyum, lebih tepatnya merasa malu bercampur senang apabila mereka dipuji oleh Bu Rety. "Ibu bisa aja" balas Garvi dengan pipinya yang sudah memerah seperti kepiting rebus.

Bu Rety terkekeh dan menepuk pipi Garvi pelan, ia gemas sendiri melihat tingkah Garvi. "Kan kalian emang hebat" jawabnya lagi sambil mengacungkan kedua jempolnya.

Mereka lagi lagi hanya tersenyum malu, dan tidak lupa mereka mengucapkan terima kasih atas pujian dan air yang diberi oleh Bu Rety.

Nares meneguk air minum itu, lalu terdiam sejenak seperti berpikir, beberapa detik setelahnya Nares menepuk dahinya. Ia baru ingat dengan sesuatu lalu segera berlari menuju meja tempat panitia, yaitu Pak Candra.

"Ngapain tuh anak?" Tanya Najandra.

Nares kemudian berlari kembali kepada mereka sambil membawa sebuah boneka.

Boneka yang dibawa adalah boneka yang sempat ia pungut ketika Garvi menjatuhkannya dari atas tadi. "Buat Ibu" ucapnya sambil menyerahkan boneka beruang berwarna coklat pada Bu Rety.

 "Buat Ibu" ucapnya sambil menyerahkan boneka beruang berwarna coklat pada Bu Rety

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tujuh⁷ Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang