54. Kemoterapi pertama

335 36 4
                                    

Happy reading
.
.
.

Sabtu, 2 November 2024.

Siang hari pukul 12.27 di SMA Garuda emas. Terik sinar matahari yang begitu panas dan menyengat sudah berada tepat di atas kepala. Membuat siapapun yang berjalan di bawahnya akan mengeluh karena kepanasan oleh hawa yang sangat panas.

Tujuh orang laki laki berada di rooftop tengah bersantai sambil melihat lihat pemandangan lapangan sekolah yang sudah dipenuhi oleh sinar matahari. Mereka duduk pada kursi bekas yang ada di sana, atau duduk langsung tanpa kursi.

Tujuan mereka di sini hanyalah seperti ini, duduk merenung tanpa alasan. Mereka juga ke sini karena jam pelajaran hari ini full kosong, sebab para guru sibuk rapat untuk mempersiapkan ujian semester ganjil yang akan segera diadakan.

"Panas banget gila" keluh Nares.

Kenzie tertawa. "Tergantung amal ibadah aja sih" jawabnya dengan tawa garing.

Nares memutar bola mata malas. "Dosa lo lebih banyak dari gue" balasnya.

Kenzie hanya tertawa garing sebagai jawaban, ia tidak ingin marah marah siang bolong seperti ini.

"Jangan kebanyakan ketawa. Inget, besok ujian, belajar yang giat" celetuk Dharma.

"Iya Pak Dharma, siap" jawab Kenzie memberi hormat kepada Dharma.

Kegiatan berlanjut. Garvi, Raditya, dan Najandra bermain kartu. Dharma membaca buku, Kenzie dan Nares bermalas malasan dengan cara bermain ponsel. Sedangkan Harsa hanya duduk menyender tanpa banyak bicara.

Harsa diam sambil memikirkan penyakit yang ada pada dirinya. Ia juga berpikir, dari mana uang yang akan ia dapatkan untuk membayar biaya kemoterapi, tidak mungkin jika ia meminta kepada Batra.

"Sa, kenapa? Diem aja" tanya Najandra seketika membuat lamunan Harsa langsung buyar dan menghilang.

"A-ah? Iya?" ucap Harsa kaku dan terlihat seperti orang linglung.

Najandra mengerutkan alis. "Lo kenapa? Kek mikir berat banget, lo sakit?" tanya Najandra karena kulit Harsa terlihat begitu sangat pucat.

Harsa lantas menggeleng cepat. "E-enggak, gue sehat kok" jawabnya membela dirinya sendiri.

"Beneran? Lo kayak lagi sakit" timpal Dharma mengomentari keadaan Harsa.

Harsa tertawa. "Mana ada, gue sehat" jawabnya seraya geleng geleng kepala.

"Bohong, gue sakit.." sahut Harsa di dalam hati.

"Abang gak bohong kan?" tanya Garvi kini mulai mengintrogasi Harsa.

Harsa terkekeh. "Buat apa gue bohong? Santai, gue sehat" jawabnya penuh dusta dengan raut wajah yang ia buat seolah olah semua baik baik saja.

"Kulit lo pucat, yakin?" tanya Nares.

Harsa berdecak. "Yaelah, yakin. Gue cuma kelelahan aja kok, gapapa" ucap laki laki berhidung mancung itu.

"Kalo ada apa apa kasih tau, ya?" pinta Raditya menatap Harsa lekat.

"A-ah? Iya iya.." jawab Harsa kaku.

Tujuh⁷ Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang