40. Seseorang

287 37 1
                                    

Happy reading
.
.
.

Rumah sakit teratai salju, Garvi terbaring lemah di brankar dengan luka di sekujur tubuhnya serta kepala yang diperban lumayan tebal.

Mata Garvi perlahan terbuka, ia mengejap matanya berkali kali, lalu setelah itu melirik sekitarnya untuk melihat ia sedang berada di mana, dan bersama siapa. Dirinya berada di ruangan serba putih, dan dikelilingi dengan bau obat obatan yang begitu keras.

"Alhamdulillah.. gue masih hidup.." ucap Garvi bersyukur dengan suara lirih.

Lalu setelah itu hal pertama yang ia sadari adalah punggung tangan yang ditusuk oleh jarum. Dan hal kedua, paling membuat dirinya terkejut.  Yaitu karena ia tidak memakai baju, dan hanya ditutup dengan selimut.

Di sekujur tubuh Garvi, terdapat banyak luka gores dan memar paska kecelakaan tadi.

"Anying baju gue.." ucap Garvi sedikit panik bercampur terkejut.

Hal ketiga, lengan kanannya diperban dan tidak bisa digerakkan. Lengan serta tangannya terasa seperti mati rasa, tidak bisa bergerak. Menggerakkan jari tangannya saja terasa begitu sulit.

"Ssttt.."

Garvi memejamkan mata sambil meringis ketika lengannya terasa begitu perih.

Ia meringis bukan hanya sekali saja, namun berkali kali. Sekujur tubuhnya terasa begitu perih, bergerak sedikitpun ia tidak bisa. Garvi merasa semua tulang di dalam tubuhnya sudah remuk.

"Mama.. sakit.." lirihnya.

Garvi hanya bisa menggerakkan kepalanya, meski terasa sedikit pusing dan berdenyut. Garvi menoleh ke arah kiri, di mana terdapat sebuah cermin di sana. Garvi menatap dirinya, wajahnya dipenuhi dengan luka gores, sudut bibirnya robek, bagian pinggir matanya terdapat luka yang lumayan besar dan panjang.

"Kok jadi gini sih.. shttt.." gumamnya sekaligus sedikit meringis.

"Lo udah bangun?" Tanya seseorang membuka pintu lalu memasuki ruangan yang Garvi tempati. Garvi melihat orang yang bertanya padanya tadi dengan seksama.

Seseorang yang baru membuka pintu tadi mendekat, lalu menyiapkan segelas air untuk Garvi. "Minum" suruhnya. Garvi menatap tajam orang itu.

"Gak" jawab Garvi dengan tegas.

Laki laki tersebut terkekeh lalu menaruh gelas itu kembali di atas nakas, ia menghela napas. "Diberi kebaikan malah ditolak, aneh." Ucap laki laki yang merupakan remaja SMA kelas dua belas.

"Ngapain lo di sini?" Tanya Garvi dengan sinis.

Remaja laki laki itu menatap Garvi. "Gue?" Tanyanya kembali sambil menunjuk dirinya sendiri, Garvi memutar bola matanya. Ia kesal dan lebih memilih untuk tidak menjawabnya.

Siapa lagi kalau bukan dia?

Remaja itu terkekeh lagi. "Gue yang bawa lo ke sini ege" jawabnya sambil melihat kondisi Garvi yang merupakan adik kelasnya sendiri.

Garvi membalas tatapan remaja itu. "Lo yang bawa gue?" Tanya Garvi tidak percaya, dan remaja yang merupakan kakak kelasnya itu mengangguk.

Tujuh⁷ Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang