5. Lemah

795 104 70
                                    

Happy reading
.
.
.

Malam yang berisik oleh rintik hujan yang berjatuhan kini telah lenyap berganti dengan sang surya yang terbit dari arah timur menyinari bumi yang penuh akan kehidupan, burung-burung beterbangan ke sana kemari dengan kicauan yang selalu menyertai ikut menyambut pagi cerah ini.

Waktu menunjukkan pukul 06.15 menit. Dharma dan Najandra baru tiba di sekolah dengan penampilan rapi, kemudian akan berjalan menuju kelas setelah menaruh kuda besi mereka pada parkiran sekolah.

Keadaan sekolah pada pagi hari ini masih sepi, membuat suasana sekitar begitu sunyi.

Semua pintu kelas masih tertutup rapi, tidak ada orang sama sekali seolah olah hanya mereka saja yang menjadi penghuni.

Mereka berjalan di koridor lantai satu, suasana sunyi nan sepi bergabung bersama angin pagi yang berhembus lumayan kencang dengan suhu dingin terasa menusuk kulit.

Suara sepatu yang membalut kaki mereka terdengar ketika melangkah pada lantai koridor.

Dharma meniup telapak tangannya karena cuaca yang begitu dingin membuat tangan beserta bagian tubuh lainnya seperti mati rasa.

"Dingin.." ucap Dharma dengan badan yang bergetar. Angin yang berhembus dingin serasa tembus memasuki hoodie yang ia kenakan.

Hidung Dharma memerah, dan berkali kali ia menarik ingus. "Lo gak kedinginan?" ia bertanya dengan suara sedikit serak kepada Najandra yang tampak biasa saja.

Najandra dengan sebuah permen karet tengah ia kunyah menjawab. "Dingin, tapi gue udah biasa"

Dharma mengangguk angguk mengerti, Najandra berhenti berjalan kemudian menoleh sambil menelisik sekeliling mereka, dan matanya menemukan warung bakso yang berada di kantin ternyata sudah terbuka.

Dharma tidak menyadari bahwa temannya itu tertinggal di belakang tetap berjalan untuk menuju lantai dua. Najandra berjalan dengan langkah lebar kemudian menarik tudung hoodie berwarna hitam milik Dharma yang masih berjalan.

Dharma sedikit kaget dan terhuyung ke belakang karena Najandra tiba tiba saja menarik tudung hoodie yang ia kenakan.

"Ish Kaget gue, kenapa?" ujar Dharma menepuk punggung tangan Najandra pelan.

Najandra menunjuk warung bakso yang sudah terbuka. "Kantin, beli bakso" ajak Najandra.

Dharma menyipitkan mata menuju arah yang ditunjuk oleh Najandra, ia bisa melihat warung yang sudah terbuka bersama sang penjual yang berada di sana tengah mengaduk kuah bakso.

Dharma dengan hidung merahnya mengangguk. "Boleh deh, ayo"

Mereka kemudian berjalan menuju kantin. Najandra memang sengaja mengajak Dharma ke sana. Selain untuk mengisi perut, supaya Dharma bisa merasakan suhu yang lebih hangat setelah memakan bakso. Najandra tahu bahwa Dharma sensitif terhadap udara dingin.

Sesampainya di tempat tujuan, mereka mendekat ke arah meja kosong yang berada di sana. Sontak aroma dari bakso menyeruak di penciuman dua laki-laki itu.

"Mas! Baksonya dua mangkok ya!" pinta Najandra dengan nada sedikit berteriak.

Pedagang bakso yang tengah mengelap mangkok tidak menyadari kedatangan mereka kaget, dan hampir saja menjatuhkan mangkok yang ia pegang.

"Astaghfirullah.. kaget saya" ujar tukang bakso laki-laki itu sambil menyentuh dadanya, jantung terasa akan terlepas dari tempatnya.

Najandra merasa tidak enak langsung meminta maaf, karena sungguh ia tidak berniat untuk membuat tukang bakso tersebut kaget. Tukang bakso itu mengangguk dan memaafkan Najandra, ia paham jika Najandra tidak sengaja membuatnya keget.

Tujuh⁷ Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang