Happy reading
.
.
."Tidak ada kata sempurna di dunia yang sementara, karena suatu saat kita akan kembali pada yang kuasa, jadi kesempurnaan itu tidak ada lagi gunanya"
- Garvi
*****
Keesokan harinya adalah hari Senin. Di mana hari yang dinantikan serta ditakutkan oleh para murid tiba, yaitu ujian. Ujian sudah ditentukan untuk dimulai tepat pada hari ini.
Seluruh siswa dan siswi tengah bersiap siap untuk menghadapi ujian yang akan segera dimulai pada pukul 07.00 pagi. Terutama tujuh orang siswa laki-laki ini, tak kalah sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian.
Mereka berjalan beriringan di koridor menuju kelas mereka masing-masing.
"Gue deg-degan jir" ujar Nares sembari menghafal beberapa rumus matematika di otaknya.
"Bukan lo doang" jawab Kenzie dengan begitu ketus karena rumus yang ia hafalkan mendadak hilang, hilang begitu saja seperti tertiup angin.
Nares mengiyakan dan indra penglihatan Nares tidak sengaja tertuju pada pipi kiri Kenzie yang nampak berwarna merah.
Tapi meski ia melihatnya, Nares tidak ingin bertanya dan lebih memilih untuk tetap fokus untuk mengingat rumus.
Harsa, Raditya, dan Garvi juga nampak serius dan fokus untuk menghafal rumus. Mereka berjalan dengan pandangan lurus menghadap ke depan dengan otak yang terus bekerja.
Berbeda dengan Najandra dan Dharma yang nampak santai sambil menghisap permen. Sebab semua rumus sudah mereka hafal dengan begitu lancar dan berada di luar kepala.
Mereka berpisah di pertigaan koridor. Lima orang berbelok ke arah kiri, dan dua orang berbelok ke arah kanan menuju ruang kelas masing-masing.
Dan tepat pada pukul tujuh, bel berbunyi, menandakan peserta harus masuk ke ruangan untuk menghadapi ujian yang akan dilaksanakan.
Semua murid berada di dalam ruang kelas masing-masing. Duduk di kursi dengan selembar soal ujian serta selembar kertas jawaban yang dihidangkan untuk mereka semua.
Siswa dan siswi fokus untuk mengerjakan soal yang ada di hadapan mereka dengan bantuan otak yang terus bekerja. Cukup menegangkan, hari pertama, jam pertama, asupan pertama, ujian hari ini adalah matematika.
Semua orang fokus. Sama halnya dengan Harsa, Nares, Kenzie dan Najandra, terlihat fokus untuk menjawab meski sekali dua kali Kenzie menggerutu dan mengumpat karena lupa dengan rumus.
Keadaan ruangan begitu sunyi, hanya terdengar suara gesekan alat tulis dengan kertas yang berkelahi bersama otak dan dengan angka yang berjejer rapi.
Penjagaan begitu ketat. Dan tidak ada yang berani menyontek atau menoleh sedikit pun. Dikarenakan pengawas hari ini adalah Pak Reno.
Pak Reno berjalan berkeliling melewati bangku murid satu persatu, sambil memperhatikan dengan begitu jeli dan amat teliti untuk memastikan supaya tidak ada yang menyontek.
"Jangan ada yang menyontek!" peringat Pak Reno mengambil tempat untuk berdiri di pojok ruangan paling belakang, sambil masih memperhatikan sekeliling.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh⁷ Bintang
Teen FictionDilarang keras plagiat! •|All Enhypen members|• Kisah ini menceritakan tentang persahabatan tujuh orang laki-laki yang dipertemukan pada jenjang masa SMA, sifat mereka lucu dan terbilang receh. Tapi di balik semua itu terdapat luka yang tersimpan ra...