59. Buka suara

266 44 9
                                    

Happy reading

.
.
.

Pukul delapan malam.

Lima orang laki laki terdiri dari Kenzie, Nares, Dharma, Garvi, dan Raditya baru saja tiba di pelataran rumah sakit dan kini tengah memarkirkan kendaraan pada parkiran yang ada di samping gerbang.

"Jandra ngapain nyuruh kita ke sini?" tanya Dharma pada Kenzie, namun Kenzie juga menggeleng seraya mengedikkan bahu tidak tahu.

"Udah, jalan aja ayo" suruh Nares berjalan paling depan.

Beberapa laki laki yang mendengarnya ikut berjalan mengikuti perintah tadi. Mereka berjalan dari lorong berupa parkiran, kemudian melewati halaman rumah sakit yang luas dan berakhir tepat di depan bangunan putih bertingkat tujuh.

Dan ketika mereka sampai, Najandra sudah lebih dulu berada di sana. Tepat di depan pintu masuk, memakai pakaian dari atas sampai bawah berwarna hitam.

"Oi Jan, lo ngapain nyuruh kita ke sini?" tanya Kenzie mendekat ke arah Najandra.

Najandra tidak menjawab, ia justru memandang mereka satu persatu. Dirinya tengah memikirkan bagaimana reaksi mereka ketika tahu dengan hal ini nantinya, apakah akan sama dengan dirinya?

Raditya memerhatikan raut wajah Najandra dengan saksama, dan pandangannya tertuju kepada kedua mata Najandra yang terlihat begitu sembab dan merah, seperti baru selesai menangis.

"Lo habis nangis ya Bang?" tanya Raditya penasaran.

Najandra menggeleng pelan. "Ayo masuk" suruhnya lalu berjalan meninggalkan lima laki laki itu.

Suara Najandra terdengar sedikit serak, terlihat sedikit mencurigakan jika diperhatikan. Akan tetapi mereka tetap mengikuti langkah Najandra masuk ke dalam bangunan tersebut.

Enam orang tersebut dengan sedikit rasa ragu hanya mengikuti langkah Najandra. Melewati lorong panjang yang masih diisi oleh beberapa orang berlalu lalang, bagian kiri dan kanan terdapat ruangan yang berjejer sepanjang lorong jalan.

"Lo udah tau Harsa di mana?" celetuk Nares bertanya pada Najandra.

Najandra yang tengah berjalan fokus tidak menoleh, ia hanya menggeleng. Akan tetapi pertanyaan Nares mampu membuat kedua mata miliknya berkabut kembali. Ia merasa sangat takut dan gugup.

"Kita ke sini mau ngapain Bang?" tanya Garvi.

"Lo sakit? Atau gimana, Jan?" imbuh Dharma.

Najandra hanya merespon dengan cara menggeleng tanpa menoleh atau mengeluarkan sepatah kata apa pun. Tingkah aneh itu membuat mereka heran dan sedikit curiga akan hal ini.

Sampai akhirnya mereka tiba pada lift yang ada di ujung lorong. Dengan segera, mereka berenam masuk ke dalam lift itu kemudian Najandra menekan tombol menuju lantai empat. Dharma yang melihat tangan Najandra menekan tombol angka empat merasa sedikit curiga, hatinya dan pikirannya juga terasa tidak karuan, apa jangan jangan..

Ting!

Lift berhenti tepat di lantai tujuan. Setelah itu mereka melangkah keluar dari lift itu, bertukar tempat dengan orang orang yang ingin berpindah lantai.

Tujuh⁷ Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang